Sepak terjang Carlo Dante ketika masa restorasi kapal induk Saturn Gallant II. Menghadapi komplotan penjahat membutuhkan konsentrasi tinggi dan pengorbanan fisik.
Ia harus rela berpisah dari Eyn Mayra selama bertahun - tahun, bahkan dipenjara di Ch...
"Di mana Ratu?" Ramshad menyongsong kehadiran Dante yang tiba - tiba muncul entah dari mana.
Dante tersenyum. "Di istananya. Sudah kupastikan dia tak bisa melakukan teleportasi untuk menyusul kita walaupun dengan bantuan Eyn Huza. Misi ini harus selesai, agar aku bisa kembali pada keluargaku."
"Bagaimana dengannya?"
Pertanyaan Ramshad mengalihkan perhatian Dante pada sosok tak berdaya yang masih terbujur menghadap tanah. Tangan dan kakinya telah diborgol tali cahaya yang hanya Ramshad yang bisa melakukannya. "Andai Eyn Mayra tidak mencegahku, kau sudah mati!" murka Dante, terlihat dari kepalan tangannya yang mengeras. "Kita tinggalkan dia di sini. Biarkan menjadi santapan makhluk kegelapan lain yang lewat."
"Tunggu!" Belum jauh Dante melangkah, Rafael menghentikannya. "Aku bisa membantumu. Ada jalan pintas, kalian tidak perlu bersusah payah melintasi kota. Dengan petunjukku, cuma makan waktu beberapa jam saja. Sebelum tengah hari, kita sudah sampai. Kalian akan segera menemui peradaban, dunia manusia yang sesungguhnya!"
Black Dean buru - buru menghampiri Dante. Ia tak sabar ingin segera keluar dari kota setelah kehilangan semua anak buahnya akibat serangan serigala. "Orang itu sudah menghabisi semua anak buahku! Kau percaya kata - katanya? Tapi tempat ini terlalu menakutkan dan kurasa kita perlu mempertimbangkan tawarannya."
"Kau, sungguh plin - plan!" cela Dante, membuat Black Dean tertunduk dan mundur, memilih menunggu keputusan raja kerajaan Eyn itu. Dante kembali berpaling pada Rafael dan berkata, "Dengar, aku tidak perlu repot - repot, sekali kutembus isi kepalamu, aku akan langsung tahu apa rencanamu."
"Silakan! Baca pikiranku! Bahkan jika kau membunuhku sekarang, aku tidak peduli! Kau juga menghabisi kawananku, bukankah kita impas?! Tentang yang kulakukan pada istrimu, aku minta maaf. Aku akan menebus kesalahanku dan aku bukan orang yang suka ingkar janji. Kumohon! Terlunta - lunta di sini jauh lebih buruk!"
Dante merasakan kejujuran pada lidah Rafael. Alam pikiran pemimpin kawanan serigala itu sama seperti ucapannya. "Kesempatanmu tidak terulang dua kali. Sekali mengkhianati kami .... "
"Maka lakukan hal yang sama seperti pada kawananku yang kau penggal itu." Rafael menyanggupi syarat ketidaksetiaannya.
"Ramshad, buka belenggunya! Kita berangkat!"
***
Eyn Mayra membuka pintu kamar dan terkejut ketika Hafiz Saif, putranya, telah berdiri menunggunya. Putra semata wayangnya dengan Carlo Dante itu memiliki figur wajah yang teduh. Tinggi tubuhnya hampir menyamai sang paman, Al Hadiid, begitu pula kekuatannya. Dididik keras bertahun - tahun oleh pamannya membuatnya menjadi pemuda tangguh dan dapat diandalkan, termasuk ketika kerajaan menghadapi perang melawan Goud tanpa kehadiran ayahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayah kembali?"
Eyn Mayra menggeleng. "Ia takkan kembali." jawabnya, menyeka sesuatu dari ujung matanya. Cepat - cepat melangkahkan kaki sebelum ditanya Hafiz lagi.