Beat 29 : Seseorang dari Masa Lalu

18 1 0
                                    

Eyn Mayra menyusuri lorong istananya yang sedikit tertimpa cahaya rembulan malam. Sejak kehadiran Ardeth yang semakin leluasa dan dengan kurang ajar menemuinya kala Dante tak di rumah, membuatnya kurang nyaman tinggal di istana ini lagi. Ia bisa saja minta pertolongan Eyn Huza, tapi sebagai ratu, ia harus mampu mengatasi masalahnya. Bahkan Taja, disuruhnya tutup mulut supaya tak membesar-besarkan ancaman Ardeth.

Kini, termakan ketegarannya sendiri, Eyn Mayra terjebak dalam ketakutan dalam dinginnya udara malam, sehingga memaksanya membenamkan kepala dalam kerudung jubahnya. Belum sempat menuju pintu lorong berikutnya, langkahnya terhenti ketika dengan jelas menangkap sosok berkelebat di antara pilar besar, bersembunyi sambil mengawasi dirinya.

"Siapa kau?! Tunjukkan dirimu maka kau peroleh maafku. Jika belum jelas, dengan senang hati kuberitahu hukuman apa bagi para penyusup. Penyusup sepertimu!" ancam Eyn Mayra tanpa berteriak.

Sesaat hening, hingga si pemilik bayangan misterius itu pun membuka suara. "Dante bilang aku boleh menemuimu," ucapnya tegas, masih bersembunyi di balik sebuah pilar yang menjulang tinggi.

Suara itu ....

Terdengar tak asing, tetapi ... siapa?

"Entah mengapa telepatiku tidak bisa menjangkaumu. Katakan, siapa dirimu dan apa maumu. Jika benar suamiku mengutusmu, maka tidak ada yang perlu kucemaskan, bukan?"

Suara itu tergelak. Pemiliknya pastilah seorang pemuda dua puluh tahunan, tebak Eyn Mayra dalam hati. Berusaha keras mengingat, namun sia-sia.

"Aku ... lega, semua baik-baik saja." ucap pemuda misterius itu pelan.

Eyn Mayra menggeleng tak mengerti. "Apa maksudmu? Kau memata-mataiku hanya untuk mengatakan itu?"

"Aku senang, akhirnya kalian bersatu. Anda, Yang Mulia Ratu, dan Carlo Dante." jawab si pemuda setelah cukup lama terdiam.

"Tapi, mengapa tidak kau ungkap jati dirimu? Haruskah bersembunyi? Sedangkan Ardeth .... "

"Ardeth?"

"Dia begitu mudah mencuri muka, meneror hidupku saat Dante tiada. Bila kedatanganmu atas seizin Dante, seharusnya aku bisa melihat sosok dirimu."

"Ardeth datang kemari?"

"Hhh, apa pedulimu? Kau dan Ardeth sama-sama penyusup. Aku bahkan belum yakin apakah kau kawan atau lawan. Terlalu banyak pihak yang tidak bisa kupercaya!"

"Yang Mulia, saat ini perhatian raja sedang tertuju pada masalah lain yang jauh lebih besar daripada Ardeth. Beliau mengutusku menjagamu. Meskipun, perang dengan raja Hinnan tak bisa dipungkiri akan terjadi. Hanya kali ini, Dante harus memastikan bahwa perang ini mampu membuat Ardeth jera, lalu melupakan Anda selamanya."

"Menjagaku?" tanya Eyn Mayra tersenyum ragu. "Kau pikir sanggup menghadapi Ardeth? Hanya Dante yang mampu mengalahkannya!"

"Nanti, kita lihat saja."

Kalimat terakhir si pemuda menyudahi perbincangan. Bisik angin yang lembut menerpa telinga Eyn Mayra meyakinkannya, bahwa pemuda tersebut telah pergi.

"Yang Mulia tidak boleh terlalu lama di tempat sepi," tangan Taja mengagetkan Eyn Mayra, lanjutnya, "Ada apa? Ardeth mengganggu lagi?"

"Ti-tidak! Bu-bukan! Seseorang, tapi bukan dia."

Jawaban singkat ratu membuat Taja penasaran, kemudian berkembang menjadi kekhawatiran. "Mungkin lebih baik Ramshad kembali menjaga Yang Mulia. Ia mahir menyelinap dan mengawasi dari jarak dekat, jika ada penyusup datang, entah siapapun dia, Ramshad akan langsung menyergapnya."

"Tapi .... " gumam sang ratu ragu.

"Keraguan Anda hanya akan memberi peluang musuh untuk datang. Kelakuan Ardeth tidak bisa kita biarkan!" tegas Taja, bahkan ia tak kuasa membendung emosi tiap kali raja Hinnan itu berhasil menerobos masuk penjagaannya.

Carlo Dante: A King's Chapter of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang