Seorang pria tampan bermasker hijau memimpin operasi siang ini. "Cut..." ujar Jeka pada Una yang berdiri di sampingnya. Una mengangguk dan menggunting benang bedah tersebut, sesuai dengan yang diperintahkan Jeka.
Cowok itu beralih memandang Una, "Selesai."
"Good job, dok..." kata Una.
"Kamu juga..." senyuman manis terukir di balik maskernya. Meski begitu, Una dapat melihat senyuman Jeka dari matanya yang menyipit.
"You guys did a great job!" ucap Jeka pada semua orang yang ada di dalam ruang operasi. "Terima kasih untuk hari ini..." dia mengangguk memberi salam lalu pergi keluar dari ruang operasi, diikuti oleh Una yang mengekor di belakang.
* * *
"Gue serius nanya, Na! Jawab!" Syifa menatap Una sinis. Sejak tadi dia memang menginterogasi Una tentang hubungannya dengan Jeka.
Una mendengus, "Gue kan udah bilang, gue nggak punya hubungan apa-apa sama Dokter Jeka."
"Terus? Kenapa dia bisa minta lo buat jadi partnernya? Kalo nggak ada hubungan, nggak mungkin tiba-tiba gitu kan?!" Deyra ikutan nimbrung.
"Apalagi, Dokter Jeka itu jarang banget punya interaksi sama cewek selain Dokter Rena. Kan nggak mungkin baru kenal langsung minta lo buat jadi partner!" tatapan Syifa semakin curiga.
"Dokter Rena itu satu-satunya cewek yang bisa deket sama Dokter Jeka. Setiap ada operasi, Dokter Jeka selalu minta dia buat ikut. Katanya sih mereka pernah pacaran, tapi sayangnya sekarang Dokter Rena udah berhenti kerja karena nikah," Deyra manyun, ikutan sedih.
"Mereka nggak pacaran," ucap Una.
"Lo tau darimana?" tanya Syifa dan Deyra bersamaan.
"Dokter Rena itu cuma nemenin Dokter Jeka di ruang operasi karena Dokter Jeka butuh dia."
"Butuh apa? Butuh cinta?" Syifa menaikkan satu alisnya.
"Duh, gue juga bingung mau ngejelasin kayak gimana, soalnya ceritanya berbelit-belit dan lo berdua nggak bakal ngerti! Udah ah, banyak pasien yang harus gue periksa. Bye," Una beranjak bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan kedua temannya di kantin rumah sakit.
Una menutup rapat kedua telinganya saat mendengar teriakan Deyra dan Syifa yang memanggil namanya. Namun, Una tidak mengindahkan panggilan mereka dan terus melangkah pergi.
* * *
Pasien yang Una periksa kali ini adalah Hana, seorang remaja perempuan yang menderita Peritonitis.
"Dok... Sebelum aku dioperasi, dokter jangan kemana-mana ya? Temenin aku di sini. Aku takut!"
"Nggak papa, nggak usah takut. Kamu nggak bakal kenapa-napa..." Una mencoba menenangkan.
"Tapi dok, aku tuh belum pernah dioperasi. Ngebayangin badan aku dibelah aja udah lemes. Gimana dong?"
Una terkekeh, "Nggak sakit kok. Kamu bakal dibius dan pas bangun semuanya bakalan baik-baik aja. Jadi kamu harus tenang..." Una tersenyum manis menatap Hana yang begitu panik.
"Dok, nanti kalo aku udah bangun, temenin aku ya... Bunda sama ayah aku nggak bisa dateng ke sini."
"Iya. Operasi kamu akan dilaksanakan dua jam lagi. Jangan makan dan minum sebelum operasi, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...