Una menghela napas berat sembari memandangi makanan yang ia masak tadi sudah berubah warna menjadi hitam. Sudah berulang kali Una mencoba untuk memasak, tetapi hanya tiga kali yang berhasil. Sisanya selalu saja gosong.
"It's okay..." Jeka menghampiri Una yang masih meratapi hasil masakannya dengan mata berkaca-kaca.
"Kayaknya, aku emang nggak punya bakat masak," Una manyun.
"Itu kesalahan kita..." Jeka lalu menggenggam tangan Una dan menariknya menuju ruang tengah. Dia menyuruh Una duduk di atas sofa yang langsung menghadap ke arah televisi berukuran lima puluh inch. "Tunggu sebentar," kata Jeka lalu kembali berjalan memasuki dapur.
"Mau ngapain?"
"Masak mie instan," Jeka membalas.
"Tapi, itu kan nggak sehat."
"Sesekali nggak papa kan? Daripada kita kelaperan?"
5 menit kemudian.
Gemuruh asap dan aroma yang khas dari kuah mie instan itu berhasil membuat perut Una berbunyi nyaring, ingin cepat-cepat melahapnya. Perutnya seakan meminta agar mie instan itu segera masuk dan berdiam di dalam sana. Jeka berjalan ke arah ruang tengah lalu menaruh semangkuk mie instan di atas meja, tepat di depan Una.
"Cuma satu mangkuk?" tanya Una, bingung.
"Mienya sisa satu bungkus. Aku nggak begitu laper, jadi kamu aja yang makan."
Una mengambil sumpitnya, mengangkat sesuap mie, dan meniupnya selama beberapa saat kemudian menyodorkan sesuap mie instan tersebut kepada Jeka.
"AAAA..." Una membuka mulutnya seolah sedang memperagakan cara membuka mulut pada seorang anak kecil.
Jeka terkekeh pelan, "Aku bikinin mienya buat kamu."
"Tapi kamu harus makan juga! Kita bagi dua!"
"Kamu aja yang ma—"
"Nggak boleh nolak!" omel Una. Pipinya menggembung, menambah kadar keimutan di wajahnya.
Jeka menggeleng pelan seraya tertawa kecil, "Iya, iya." Dia membuka mulutnya untuk menerima suapan dari perempuan cantik yang duduk di hadapannya ini.
"Lain kali, nggak akan gosong lagi kok!" ujar Una sembari tersenyum lebar.
Jeka mengangguk kemudian tangannya mengelus kepala Una dengan lembut, "Iya, sayang..."
* * *
Langit sudah mulai gelap, tetapi Una masih betah berdiam diri di dalam rumah mewah nan megah milik keluarga Kastara yang kini seperti tak berpenghuni. Meski begitu, sepasang kekasih itu sepertinya begitu menikmati keheningan di rumah ini. Keduanya sama-sama masih nyaman dengan posisi mereka sekarang, berbaring di atas ranjang berukuran king size sambil membaca sebuah buku yang berjudul 'Panduan Cinta'. Buku ini sengaja dibeli Jeka setelah mendapat rekomendasi dari Leyra. Katanya sih, Leyra melihat buku ini di salah satu drama korea. Tapi yang Jeka beli adalah versi KW-nya.
Semoga isinya tidak menyesatkan.
"Semua wanita akan suka jika kita mengikatkan rambutnya..." Jeka membaca panduan dari buku bergambar itu.
"Emang bener ya?" tanya Jeka, dia sedikit melirik Una yang kini bersandar di dada bidangnya.
Una tersenyum dan langsung mengangguk mengiyakan. "Menurut aku, iya."
"Ya udah, ayo aku iketin!" Jeka mengubah posisinya menjadi duduk tegap, begitu juga dengan Una.
"Sekarang?" Una mengernyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...