Umurnya 17 tahun waktu itu. Gadis yang terbilang cantik dan merupakan anak dari seorang Dokter Bedah Jantung di Surabaya. Dia termasuk murid yang pintar dan selalu mendapatkan nilai yang memuaskan. Yeira Tesyato.
Pagi hari yang cukup menenangkan bagi Yeira tiba-tiba berubah menjadi pagi yang buruk saat dia mendengar hasil ujian yang baru saja diumumkan. Bukan berarti nilainya jelek, bahkan dia mendapatkan nilai yang hampir sempurna.
Seorang pria paruh baya berdiri di depan kelas sembari memegang beberapa lembar kertas ulangan. "Aleyuna Delunica! Silahkan diambil. Kamu mendapatkan nilai tertinggi. Selamat ya!" kata pria itu lalu memberikan selembar kertas dan disambut oleh Una.
"Yeira Tesyato! Selamat, nilai kamu tertinggi kedua..."
Yeira bangkit dari tempat duduknya dan melangkah untuk mengambil kertas ulangan. Sebelumnya, Yeira selalu mendapatkan nilai terbaik. Tapi sekarang, sudah berkali-kali Una mengalahkannya dalam setiap ujian. Padahal, gadis yang bernama Una itu baru dua bulan menjadi murid di sekolahnya. Una memang murid pindahan dari sekolah yang terbilang biasa dan sekarang dia bisa mendapatkan beasiswa untuk pindah ke sekolah mahal ini.
"Ra," suara itu membuat Yeira langsung menoleh ke belakang.
"Iya? Kenapa Vey?" tanya Yeira pada Vey, sahabatnya.
"Sorry ya... Hari ini aku nggak bisa dateng ke acara ulang tahun kamu. Soalnya, aku mau les sama Una di rumahnya bareng yang lain. Kamu nggak mau ikutan?"
Yeira tersenyum paksa lalu menggeleng, "Nggak... Kalian aja."
Yeira kembali memutar tubuhnya seperti awal, di dalam hati ia mengulang kalimat yang tertera di papan tulis. 'True Friend Never Leave.'
Yeira berusaha menahan diri agar tidak menangis. Kenapa semuanya menjadi seperti ini? Kenapa Una seakan menggantikan posisinya?
* * *
Jam pelajaran berakhir, Yeira segera keluar dari kelas untuk langsung pulang. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menemukan seorang Geo Alexander, lelaki yang selalu mengisi hati Yeira sejak kelas sepuluh. Selama tiga tahun ini Yeira selalu mengaggumi sosok Geo, berbagai cara sudah dilakukan Yeira agar dapat bersama Geo. Tetapi, lelaki itu tidak pernah melirik ke arahnya sama sekali. Dan sekarang, cowok itu malah berjalan berdampingan dengan Una. Ini bukan pertama kalinya Yeira melihat mereka bersama, tapi sudah sangat sering, bahkan hampir setiap hari.
Cemburu? Sepertinya iya. Yeira selalu merasa tidak adil saat semuanya seolah berpihak pada Una. Melihat hal itu, Yeira memilih untuk menjauh dari mereka daripada harus menahan rasa sakit melihat kedua orang itu bersama.
"Na..."
"Hm?" Una menoleh ke arah Geo.
"Jadi gimana? Kamu udah punya jawaban dari pertanyaan aku kemaren?" tanya Geo sambil terus berjalan bersamaan dengan Una. "Will you be my girlfriend?"
Menghela napas, Una mencoba memalsukan senyuman. "Geo, sorry... Aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita cuma temen."
Jawaban yang sangat mengecewakan. Sudah berbulan-bulan mereka dekat, tapi Una masih belum bisa menerima pria sempurna seperti Geo. Apa kurangnya cowok itu? Kaya? sudah pasti. Tampan? Tentu saja. Tapi sepertinya cara Una memandang seorang pria bukan seperti perempuan kebanyakan, dia melihat pria dengan caranya sendiri.
* * *
Yeira melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, namun cewek cantik berambut hitam terurai itu belum juga kembali ke rumahnya. Dia masih berkeliling di dalam mall dengan sebuah burger yang ada di tangan kanan. Pesta ulang tahunnya batal karena tidak ada yang datang, ibu dan ayahnya pun masih sibuk bekerja. Lalu, untuk apa dia pulang ke rumahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...