Masih ada yang nungguin extra part?
Ya udah, Happy Reading deh! ✨
* * *
Pagi ini, tepatnya hari Minggu, sepasang suami istri tengah menikmati waktu akhir pekan mereka dengan berjalan santai di dalam taman yang masih terlihat sepi karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Langit masih belum terlalu cerah, suasana dingin pagi membuat segalanya terasa begitu menenangkan. Saling bergenggaman tangan, keduanya terus melangkah menyusuri jalanan taman yang masih basah karena hujan baru saja mengguyur kota Jakarta beberapa menit yang lalu.
"Jadi, berapa lama lagi ya?" tanya Jeka kemudian menoleh ke arah Una yang ada di sampingnya.
"Apa?"
"Itu," cowok itu menunjuk perut istrinya yang sudah membesar.
Una tersenyum. "Bulan depan kita udah punya anggota keluarga baru!"
"Aku nggak sabar," senyuman tampak semakin jelas terukir pada bibir Jeka lalu ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, membuat Una langsung menatapnya bingung.
"Kenapa?"
Jeka berjalan ke depan Una dan berhenti tepat di hadapannya kemudian berjongkok seraya menatap wajah cantik Una yang tengah menunjukkan ekspresi kebingungan. Jeka beralih menyentuh perut Una dan mengelusnya perlahan. "Terima kasih sudah hadir..." ujar Jeka dengan volume kecil, namun masih dapat didengar oleh Una. Pria itu mendekatkan wajahnya pada perut Una dan mengecupnya sekilas.
Dari setiap momen yang pernah terjadi dalam hidup Jeka, momen ini adalah salah satu momen yang paling membahagiakan dalam dirinya. Jodoh, umur, dan bahkan masa depan, semuanya memang tidak terduga. Siapa yang menyangka jika sekarang dirinya bisa memiliki seorang wanita seperti Una? Una adalah perempuan yang selalu mendukungnya dalam segala hal dan selalu ada di setiap saat, dan Jeka bersyukur dirinya bisa dipertemukan dengan wanita ini.
* * *
Pukul sepuluh malam.
Sudah hampir dua jam, tetapi saat-saat menegangkan ini belum juga terlewat. Semua anggota keluarga Kastara sudah berkumpul di depan ruangan bersalin. Di sana juga ada Karin dan Siny yang sejak tadi terlihat khawatir dengan kondisi Una yang masih berjuang di dalam ruang bersalin.
Leyra yang dari tadi mondar-mandir di depan ruangan bersalin kini beralih menggigiti kuku jarinya. Dia juga cukup khawatir jika sesuatu terjadi pada Una dan calon keponakannya. Meski sudah dua puluh kali berdoa di dalam hati, Leyra masih belum bisa tenang juga. Rasanya, dia ingin sekali masuk ke dalam ruangan bersalin dan melihat langsung bagaimana kondisi Una dan bayinya.
Kepala Siny yang tadinya tertunduk dalam, kini mendongak menatap pintu ruangan bersalin ketika suara tangisan bayi merasuki gendang telinganya. Cewek itu langsung beranjak dari tempat duduknya kemudian melompat heboh karena kesenangan. Bersama Leyra, mereka berteriak seperti orang kerasukan sampai membuat Arifan, Karin, dan Fersyha tertawa terbahak-bahak.
"Ponakan gue lahir, Sin!" pekik Leyra, begitu senang.
"HOREEEE! PONAKAN BARU! PONAKAN BARU!" teriak Siny disertai nada seperti orang bernyanyi.
"Cucu pertama kita, pa..." Fersyha berbisik pada Arifan, ayah Jeka.
"Iya, ma... Akhirnya kita punya cucu juga!" Arifan mengukir senyuman lebar karena begitu bahagia dan lega.
Sedangkan Karin malah berdiri di depan pintu bersalin sambil berusaha mengintip lewat celah pintu yang masih tertutup rapat, tapi tidak bisa. Dia malah mundur dua langkah ke belakang ketika pintu bersalin terbuka tiba-tiba hingga menampilkan pria tampan berkemeja hitam yang berjalan keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...