Entah mengapa, malam ini Una merasa sangat bahagia ketika baru melihat layar ponselnya. Terdapat 20 panggilan tak terjawab dari Jeka. Dia terlalu sibuk membersihkan seisi rumahnya malam ini, sehingga tidak sadar akan panggilan dari kekasihnya. Sementara itu, Jeka kini tak berhenti mengacak-acak rambutnya. Wajahnya terlihat stres karena tak kunjung mendapat jawaban dari Una. Sejak tadi dia hanya berjalan mondar-mandir sampai menghalangi layar televisi yang sedang ditonton oleh adiknya.
"KAK JEKA!" ucap Leyra dengan nada membentak.
Jeka menghentikan langkahnya tepat di depan televisi sehingga benar-benar menutupi layar televisi tersebut. "Apa?" tanya Jeka dengan wajah memprihatinkan.
Leyra menghela napasnya berat sebelum melanjutkan perkataannya, "Aku nggak yakin kakak bakalan baik-baik aja di rumah sendirian tanpa papa... Telepon nggak dijawab aja, udah panik banget. Apalagi kalau liat Una selingkuh sama cowok lain!" perkataan Leyra sukses membuat Jeka memelototinya.
"HEH! Jangan ngomong yang aneh-aneh! Mana mungkin Una selingkuh sama cowok lain."
"Jadi kalian udah itu?"
"Udah apa?" Jeka bingung.
"Udah jadian?"
Jeka berjalan mendekati sofa dan duduk di samping Leyra, "Menurut kamu?" Jeka malah bertanya balik.
Tepat saat itu juga, ponsel Jeka berdering nyaring, menampilkan nama Una di layar ponselnya. Jeka tidak bisa menahan senyumannya lagi, hal kecil begitu saja sekarang sudah dapat membuatnya begitu bahagia. Secepatnya Jeka mengangkat panggilan dari seseorang yang sudah dia tunggu sejak tadi.
"Halo, dok?" suara manis Una terdengar dari seberang sana.
"Halo, Una... Belum tidur?"
"Belum."
Terasa canggung memang, karena ini adalah panggilan pertama mereka setelah menjadi sepasang kekasih.
"Cih, monoton banget sih topiknya!" sindir Leyra yang masih duduk di samping Jeka. Mendengar hal itu, Jeka langsung memberikan tatapan sinis yang mengerikan kepada adik perempuannya yang satu ini.
"Dokter udah makan malem?" tanya Una.
"Udah... Kamu?"
"Aku juga udah!" senyuman bahagia terukir di wajah Una. Walau hanya dari balik panggilan, suara Jeka tetap terdengar menenangkan dan nyaman untuk didengar.
"Ya udah, mendingan kamu tidur sekarang. Udah malem..."
Leyra tersenyum meledek, "Semua orang juga tau ini malem!" Leyra masih tak hentinya menyindir Jeka.
"Oke. See you besok, dok!"
"Iya, good night!"
"Night."
Pembicaraan singkat dan tidak begitu penting, tetapi mampu membuat keduanya bahagia. Ternyata rasanya sebegitu membahagiakan ini memiliki seseorang yang begitu berharga dan dapat mengisi kehidupannya yang kosong setelah tiga tahun terakhir. Senyuman Jeka merekah, hatinya sudah terasa lebih lega. Setidaknya, dia sudah tahu jika sekarang Una baik-baik saja.
Jeka beranjak dari posisi duduknya, kali ini tujuannya adalah kamar tidur. Baru saja Jeka berjalan tiga langkah, langkahnya terhenti setelah mendengar teriakan dari ruang tengah. "Kak! Mulai besok kalo aku sama papa berangkat ke Jepang, jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh waktu di rumah sendirian! Dan jangan terlalu monoton kalo ngomong sama cewek!" teriakan adiknya membuat Jeka kesal seketika. Namun, dia memilih untuk tidak menghiraukannya. Jeka segera berjalan masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya rapat-rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...