•13

135K 10.6K 184
                                    

Cewek cantik berjubah putih itu berjalan memasuki lobby rumah sakit sambil menggerutu di dalam hati. Pikirannya kacau. Suapan yang ia berikan pada Jeka tadi malam berhasil membuat Una frustrasi. Yang membuatnya seperti ini bukan karena ditolak, tetapi pria itu malah menerima suapan dari Una.

"Bego banget sih!" Una merutuki dirinya sendiri. "Gimana kalo dia salah paham? Aku kan cuma nawarin. Bukan pengen nyuapin!"

"Una!!!" Syifa berlarian ke arah Una. Sudah dapat dipastikan jika cewek itu ingin memberitahu gosip terbaru.

"Tumben banget lo dateng jam segini. Biasanya kan telat mulu," celetuk Una sembari tertawa meledek.

"Ye... Gue kagak pernah telat! Gue mah orangnya on time. Asal ngomong aje lu, tapir!" omel Syifa.

Una tertawa geli, "Iya, iya... Bercanda!"

"Eh, btw... Temen lu yang namanya Siny itu kenal sama Dokter Jeka ye?" tanya Syifa, begitu penasaran.

Una mengernyit lalu menggeleng, "Kayaknya enggak deh."

"Loh? Masa sih?" Syifa memastikan sekali lagi dan Una mengangguk. "Tapi kemaren malem mereka berdua kayak akrab banget gitu. Ngomongnya pake 'lo-gue'. Dokter Jeka yang kaku kayak kanebo kering aja, ngomongnya santai banget sama--" ucapan Syifa berhenti mendadak ketika matanya menemukan Jeka yang sekarang berjalan memasuki lobby rumah sakit.

"Na, gue ada urusan. Nanti aje ngomongnya, bye!" Syifa berlari kencang meninggalkan Una.

"Loh? Kok malah pergi?" Una mengernyitkan keningnya, merasa bingung dengan kelakuan Syifa yang menurutnya aneh.

"Selamat pagi, Una..." sapa Jeka yang tiba-tiba berdiri di samping Una.

Una tersentak, "Dokter Jeka?! Malam, eh pa-pagi!" Una gugup, benar-benar gugup sampai mendadak bego.

"Kamu kenapa?" Jeka mengerutkan keningnya, heran.

"Sa-saya? Nggak papa..."

"Semoga dia udah lupa sama suapan tadi malem!" Una membatin.

"Yakin nggak papa?"

"Iya, dok," Una tersenyum kikuk.

"Okay. Oh iya, hari ini ada jadwal operasi buat pasien peritonitis. Kamu bisa bantu saya kan?

Una mengangguk cepat, "Bisa, dok!"

"Ya udah, sampai ketemu nanti!" Jeka tersenyum tipis kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari Una.

Una membuang napas lega. Entah mengapa, suapan yang ia berikan pada Jeka tadi malam membuatnya menjadi tidak karuan hingga begitu gugup seperti tadi.

* * *

Jam makan siang kali ini Una tidak menghabiskan waktu bersama Syifa dan Deyra di kantin rumah sakit seperti biasanya. Setelah selesai melakukan operasi, dia langsung menuju kamar rawat Siny untuk melihat keadaannya. Una membuka pintu kamar, memperlihatkan Siny yang masih berbaring di atas ranjang sembari memainkan ponselnya.

"Sin... Lo baik-baik aja kan?" Una duduk di bangku yang tersedia di samping ranjang rawat Siny.

"Eh, ibu negara!" Siny tersenyum lebar.

"Cepet sembuh dong! Gue kesepian nih, nggak ada yang jahilin gue kayak biasanya..."

Siny terbahak keras, "Kangen yak?!"

Una mengangguk, "Sedikit."

"Yaelah! Bilang aja kalo lu kangen banget ama gue, gengsi amat!"

"Emang kenyataannya cuma dikit. Ngapain ditambah-tambahin?" sahut Una.

Doctors In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang