Malam yang tadinya terasa indah, begitu saja berubah menjadi malam yang buruk bagi Una. Dia lebih memilih untuk langsung pulang ke rumahnya. Memang dia harus melakukan apa? Menyusul mereka? Atau menangis histeris dan melampiaskan kemarahannya seperti di film? Sepertinya, Una bukanlah tipe orang seperti itu.
12 pesan belum dibaca.
Notifikasi itu tertera di layar ponsel Una. Dia hanya diam sembari memandangi notifikasi yang kian banyak dari kekasihnya itu. Tak lama, ponsel Una berdering secara tiba-tiba. Tentu saja panggilan itu berasal dari kekasihnya, Jeka.Menghela napas kasar, Una akhirnya menjawab panggilan itu. Una ingin bersikap biasa saja karena dia belum bisa menyimpulkan apapun dari kejadian tadi. Una juga tidak ingin menjadi pasangan yang posesif, dia mencoba untuk berpikir positif meski sebenarnya terasa sulit untuk melakukan itu semua. Dia terlalu takut terluka.
"Halo?"
"Una? Kamu di mana? Udah pulang?"
"Udah."
"Kenapa nggak kasih kabar? Padahal, aku bisa nganterin kamu."
"Nggak papa... Aku pikir kamu lagi sibuk, jadi aku pulang sendiri."
"Udah sampe rumah?"
"Udah," jawab Una.
Siny yang tadinya tengah sibuk membaca novel, kini matanya tertuju pada Una yang masih berbaring di atas ranjang. Siny tersenyum jahil, "Pacar lo ya?" tanya Siny tanpa mengeluarkan suara.
Una tidak memedulikan temannya itu dan hanya berkonsentrasi dengan lelaki di seberang sana. "Kamu udah pulang?" tanya Una.
"Belum... Hari ini aku nginep di rumah sakit aja, rumah aku terlalu sepi."
"Ya udah, kalo gitu kamu istirahat gih dan jangan lupa minum air yang cukup," Una mengingatkan. "Good Night..."
"Night..."
Sambungan telepon terputus.
Una mencoba mengatur napasnya. Tidak tahan rasanya harus berpura-pura tenang seolah tak ada masalah seperti yang baru saja ia lakukan tadi.* * *
Hari ini Una bangun lebih siang dari biasanya. Una terlalu terlena dengan kasur yang seakan memanggilnya untuk terus tidur dan bermalas-malasan. Setelah satu minggu yang melelahkan, akhirnya Una bisa beristirahat lagi dihari Minggu ini. Baru saja terbangun, Una sudah dibuat kaget karena teriakan panik Siny.
"Lo kenapa sih?" tanya Una, bingung.
"Cepetan mandi! Pacar lo udah ada di luar."
"HAH?! SEPAGI INI?"
"Pagi apanya? Ini udah jam dua belas siang, maemunah!"
Una terbelalak kaget, jam tidurnya memang sangat mengerikan saat akhir pekan seperti ini. Una segera beranjak dari tempat tidurnya dan langsung berlari kencang memasuki kamar mandi.
"SIN!! Ambilin baju gue!" teriakan nyaring yang begitu heboh terdengar dari dalam kamar mandi.
* * *
Sudah sekitar empat puluh lima menit Jeka duduk diam di teras rumah tempat tinggal kekasihnya itu, namun orang yang ia tunggu belum juga keluar. Jeka menghembus napas pelan dan memilih untuk meraih majalah yang ada di atas meja. Dia membolak-balikan lembar majalah untuk menurunkan kadar bosannya.
"Ganteng banget anjrit! Siapa tuh woy?" bisikan-bisikan samar itu sesekali terdengar.
"Ya Allah, ciptaan-Nya memang sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...