•15

127K 10.7K 404
                                    

Cowok bermasker hijau itu menghela napas lega, "Selesai."

"Good job, dok!" ujar salah satu perawat yang membantunya untuk operasi hari ini.

"You too!" balas Jeka.

"Kalau gitu, saya permisi," Una mengangguk memberi salam sekadarnya kemudian melengos pergi begitu saja meninggalkan ruang operasi.

Jeka mengernyit, sedikit bingung dengan sikap Una yang terkesan menjauhinya sejak tadi pagi. Una yang biasanya bersikap ramah, sekarang berubah menjadi dingin dan selalu menghindar jika bertemu dengan Jeka.

Jeka mengangguk beberapa kali untuk memberi salam pada semua orang yang ada di dalam ruang operasi, lalu segera keluar dari ruangan itu.

"Una!" Jeka berlari kecil mengejar Una di sepanjang koridor rumah sakit. "Saya mau ngomong. Sebentar aja!" ucapan Jeka tidak mendapat jawaban dari cewek itu, dia terus berjalan tanpa memedulikan Jeka.

"Kamu kenapa sih?!" kali ini dia berhasil menahan pergelangan tangan Una.

Una menatap Jeka sekilas dan langsung melepaskan tangannya dengan kasar. "Saya sibuk. Kalau mau ngomong, nanti aja!" ujar Una lalu kembali melanjutkan langkahnya, berniat pergi.

"Tunggu! Saya cuma mau ngomong sebentar. Kamu kenapa ngejauhin saya terus?" Jeka menahan pergelangan tangan Una lagi.

"Dokter, saya sibuk. Maaf!" Una berujar dingin dan langsung melesat pergi.

"Dia kenapa tiba-tiba kayak gitu sih?" Jeka hanya memperhatikan Una dari tempatnya berdiri hingga cewek itu menghilang dari pandangannya.

* * *

"Kenapa lo jadi nyuruh gue?!" tanya Syifa, agak ngegas.

"Sekali doang kok! Ya? Please lah..." Una memelas.

"Ogah! Gue juga sibuk."

"Gue yang gantiin lo deh. Terus, lo yang nemenin Dokter Jeka buat operasi hari ini. Oke?"

"Udah gue bilang, gue nggak mau! Maksa amat dah!"

"Syif, please... Tiga jam doang kok. Bantuin gue ya...?"

"Lagian, lo aneh-aneh aja dah! Ngapa tiba-tiba nggak mau ngelakuin operasi sama Dokter Jeka?"

Una menggigit bibir bawahnya, mencoba mencari jawaban yang tepat. "Soalnya...—"

"Lo lagi berantem sama Dokter Jeka? Masalahnya apa?" Deyra menyelak, dia menatap Una dengan penuh rasa penasaran.

"Hah? Nggak." Una menggelengkan kepalanya, "Ngapain juga gue berantem sama dia?!"

"Terus?"

"Udah ah! Gue minta tolong sama yang lain aja," panas mendengar pertanyaan heboh kedua temannya itu, Una langsung berjalan menuju pintu, hendak keluar.

"Una, ikut saya sebentar!" Jeka tiba-tiba saja berdiri di depan pintu ruang jaga dan langsung menarik Una untuk pergi bersamanya. Hal itu jelas membuat mata Deyra dan Syifa melotot kaget, tetapi mereka  tidak berani bergerak sama sekali apalagi melarang Jeka membawa Una.

* * *

Kedua orang itu kini berada di rooftop rumah sakit. Una membuang muka, tidak ingin menatap Jeka yang berdiri di hadapannya.

"Una..."

Una tidak menanggapi panggilan Jeka dan terus mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Una, tolong bersikap dewasa dan jelasin apa kesalahan saya sampai bikin kamu jadi kayak gini..."

Doctors In Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang