Andy duduk di kursi kebanggaannya sambil menempelkan benda pipih itu di samping telinga. Sesekali bibirnya mengukir senyuman lebar, begitu bahagia karena seseorang yang sedari tadi berbincang dengannya lewat sambungan telepon.
"Kamu nggak perlu khawatir lagi, Karin. Una aman kok di sini. Aku pasti jagain anak kamu," ujar Andy.
"Makasih ya karena kamu udah jagain Una. Aku jadi nggak perlu khawatir lagi kalo ada kamu di samping Una."
"Aku udah menganggap Una sebagai anak kandung aku sendiri, Rin. Jadi kamu nggak perlu khawatir masalah Una lagi."
"Siap, Pak Dokter!"
Andy terkekeh pelan, "Ya udah, udahan dulu deh... Kamu lagi sibuk kan?"
"Iya nih, restoran lagi rame banget! Sampai ketemu nanti, ya, Ndy! Bye..."
"Bye..." Andy memutus sambungan telepon lalu menaruh ponselnya di atas meja kerja.
Wanita yang baru ia hubungi tadi adalah Karin, ibu Una sekaligus cinta pertama Andy saat masa kuliah. Karin-lah wanita pertama yang dapat meluluhkan kerasnya hati seorang Andy yang dulunya terkenal sebagai pria yang dingin dan sulit untuk tertarik pada perempuan. Karin dan Andy sempat menjalin hubungan selama empat tahun, tetapi kandas ditengah jalan saat Karin mengandung anak dari pria lain. Sebulan setelah putus, Andy langsung menikah dengan Gesha, perempuan yang dipilihkan orangtuanya.
Jika waktu dapat diputar, mungkin Andy akan menolak perempuan yang dipilihkan orangtuanya untuk dirinya. Sayang, saat itu dia membuat keputusan yang salah dan memilih menikah dengan Gesha, berharap bisa dengan mudah melupakan Karin yang hamil dengan lelaki lain. Tapi nyatanya, sampai sekarang pun, Andy tidak bisa menghilangkan bayang-bayang Karin dari benaknya. Dia begitu mencintai Karin dan tidak ada yang bisa merubah perasaan itu.
* * *
Una menghentikan langkahnya di ujung koridor rumah sakit, mata Una tertuju pada dua orang yang berdiri di depan ruangan kerjanya. Una mengurungkan rasa mengantuknya menjadi rasa penasaran. Jeka sedang berbicara dengan siapa? Una mengusap matanya yang sedikit mengatuk lantas berjalan mendekati kedua orang itu. Raut wajah mereka tampak serius, menandakan jika keduanya sedang membicarakan hal penting.
Hanya dalam hitungan detik, mata Una langsung melotot kaget. Sekarang posisinya hanya tinggal dua langkah menuju Jeka dan... Istri dari pemilik rumah sakit ini. Kata lainnya, wanita itu adalah ibu Jeka. Astaga! Una tersadar dan seketika merutuki dirinya sendiri di dalam hati. Seharusnya tadi dia kabur, bukan malah menghampiri kedua orang ini. Otak Una yang melambat karena mengantuk membuat dirinya harus terlibat dalam kondisi menegangkan dan mencengkam ini.
Deg!
Jantung Una berdegup begitu cepat. Mengapa wanita itu bisa ada di sini? Dari Jerman ke Jakarta bukanlah jarak yang dekat. Bukankah kemarin wanita itu masih berada di Jerman? Mengapa sekarang sudah berdiri di hadapannya?
"Una," Jeka menoleh ke arahnya saat menyadari kehadiran Una di sana.
Una memalsukan senyuman lalu mengangguk memberi sapaan hangat, "Selamat malam, Ibu Fersyha..."
Wanita cantik berbalut gaun merah muda itu menatap Una dengan tatapan tajam yang mengerikan. Entahlah, tatapan itu tidak bisa diartikan. Apa dia tidak menyukai Una?
"Ma... Ini Una, pacar aku," Jeka menggenggam tangan Una yang mulai terasa dingin.
Mata Fersyha ikut memandangi genggaman tangan itu dan kembali menatap Una dan Jeka secara bergantian. "Kalian harus dapet hukuman karena udah ngelakuin hal gila di ruang operasi!" tiba-tiba saja wanita itu menaikkan nada bicaranya hingga membuat Una merinding dan mulas sampai ingin pingsan.
![](https://img.wattpad.com/cover/210591818-288-k499436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...