Jeka mengukir senyuman manis. Meskipun jalan raya terlihat padat merayap, namun Jeka merasa begitu bahagia. Tentu saja penyebabnya adalah karena cewek cantik yang duduk di sampingnya ini.
Sejak kemarin malam, Jeka tidak bisa tidur hanya karena memikirkan Una. Dia dibuat gila hanya karena perasaannya terhadap gadis itu. Makanya, hari ini dia datang untuk menemui Una dan memaksanya untuk makan malam bersama.
"Tuh kan, udah saya bilang jalan kaki aja. Lagian, supermarketnya nggak begitu jauh! Kalau kayak gini, kapan nyampenya?" omel Una sembari menatap lurus ke arah padatnya jalanan sore ini.
"Nggak papa, naik mobil kan lebih nyaman," Jeka tersenyum lagi. Sesuai dengan perkataannya, mereka akan pergi ke restoran favorit Jeka, setelah mengantarkan Una ke supermarket.
Menarik napas panjang, Una menghembuskannya dalam sekali hentakan. "Macet banget! Pasti bakalan lama," Una ngendumel sendiri.
"Tenang aja. Nggak bakal lama kok," Jeka mencoba menenangkan.
Mata Una beralih menatap ke luar jendela mobil. "Lucu banget bonekanya..." Una berujar dengan suara kecil, matanya masih memandangi sebuah boneka beruang yang dijual di pinggir jalan.
"Mau bonekanya?" tanya Jeka. Rupanya dia masih bisa mendengar suara Una.
"Eh?" Una terperanjat sesaat karena ternyata Jeka masih bisa mendengar suaranya yang padahal sudah teramat kecil. Cewek itu lalu menggelengkan kepala, "Ehm... Enggak..."
"Tunggu sebentar!" Jeka meninggalkan Una bersama mobilnya di tengah kemacetan ibu kota Jakarta.
"Lah?! Dia mau ngapain?" Una bingung, matanya mengamati pria itu dari balik jendela mobil.
Jeka berjalan menghampiri si penjual boneka, kemudian memberikan sejumlah uang kepada penjual itu dan berhasil mendapatkan sebuah boneka putih yang menggemaskan.
Melihat hal itu, bibir Una lantas mengukir senyuman, "Dia beliin buat siapa?" meski sebenarnya Una sudah tahu boneka itu akan diberikan kepada siapa, tapi dia tidak ingin terlalu ge-er duluan.
Jeka kembali masuk ke dalam mobilnya yang masih tertahan di tengah kemacetan. "Buat kamu!" Jeka menyodorkan sebuah boneka beruang yang ia beli tadi pada Una.
"Seharusnya dokter nggak usah repot-repot beliin saya boneka ini..."
"Nggak papa, ambil aja. Saya tau kamu suka sama boneka ini," kata Jeka dibarengi dengan senyuman indahnya yang menawan.
Tentu saja Una menerima boneka itu. Dia bukan tipe orang yang sok jual mahal. Lagi pula boneka itu sudah terbeli, untuk apa ditolak?
* * *
Audi hitam milik Jeka berhenti di halaman parkir supermarket. Setelah sekian lama tertahan di tengah kemacetan kota Jakarta, akhirnya mereka sampai juga. Keduanya segera turun dari mobil, berjalan meninggalkan tempat parkir dan masuk ke dalam supermarket. Suasana supermarket sore ini terbilang ramai.
"Mau beli apa?" Jeka bertanya.
"Banyak," jawab Una.
Jeka mengangguk mengerti. Cowok itu mengambil troli belanja berukuran besar lalu mendorongnya. Mereka melangkah menuju tempat buah-buahan segar yang terlihat begitu cantik. Una mengambil lima buah apel dan memasukannya ke dalam keranjang. Mereka melanjutkan langkah mereka untuk mencari barang yang Una perlukan.
Lumayan lama mereka berputar di dalam supermarket tersebut dan akhirnya berhenti di antrean kasir yang sangat panjang. Una menghembuskan napasnya kasar karena kesal dengan antrean yang sudah bisa menyaingi panjangnya kereta api ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctors In Love ✔
RomanceSemua perempuan baik dokter, perawat bahkan pasien juga memuja ketampanan seorang Jeynando Kastara, ia merupakan seorang dokter sekaligus putra dari pemilik rumah sakit tempat Una bekerja. Aleyuna Delunica, seorang dokter spesialis bedah yang beker...