09. Blood

147 28 9
                                    

Biar malem minggunya nggak jadi kelabu aku update deh hehehe,

Aku kasih tantangan, 10 komentar aku update lagi minggu malam wkwkwk

Selamat membaca:)





**







Beberapa jam yang lalu benar-benar membuatku ketakutan, aku tidak tahu lagi harus bagaimana kalau saja Seokjin Oppa, dan Yoongi Oppa tidak datang saat itu juga.

Dua pria yang sama-sama keras kepala itu tidak mau mengalah satu sama lain. Terus saling memukul sampai keduanya sama-sama puas dengan apa yang mereka lakukan.

Kedaan Taehyung sekarang tidak bisa dibilang baik. Tubuhnya lebih kecil dari pada Chanyeol, membuatnya harus terhuyung beberapa kali dan mendapatkan luka di beberapa bagian wajah dan tubuhnya.
Tapi Chanyeol juga tak kalah menderita, mengingat bahwa Taehyung pernah mengikuti beberapa kejuaraan Taekwondo pada saat dia masih Sekolah menengah.

Sekarang mereka ada dirumahku, kecuali Chanyeol. Aku langsung menghubungi Narra untuk menjemputnya dan mengobati pria itu dirumah saja. Aku tidak mau sampai ada keributan lagi di rumahku.

Taehyung masih diam di tempatnya, duduk di sampingku dengan tangan terlentang dan nafasnya yang tidak teratur. Kami semua menatap pria ini jengah, dia sama sekali tidak mau diobati oleh siapapun, Bahkan ibuku sekalipun.

Dan, dia juga terlihat marah padaku. Tidak mau menatapku, padahal aku selalu di sampingnya. Ia juga langsung menepis tanganku bila aku hampir saja menyentuhnya.

"Tae, kau mau sampai kapan begitu terus? Lukamu itu bisa infeksi. Biarkan Hyejin mengobatimu" Kata Yoongi Oppa.

Tapi tentu saja, seperti apa yang tadi ku bilang, dia sama sekali tidak menghiraukan siapapun.

Karena aku sudah mulai mengantuk dan merasa jengah terhadapnya. Aku memaksakan diri untuk mengambil obat merah itu dan bergerak mengobati lukanya. Aku tahu dia terus saja menolak dan menyingkirkan tanganku, tapi aku terus melakukannya, "Kau tuli ya? Aku tidak mau di obati olehmu!" Teriaknya membuatku diam.

Ah sialan, mataku berair lagi. Aku diam, tidak mengatakan apapu juga tidak bergerak dan tetap menatapnya.
"Kalau tidak mau diobati olehku, pergi saja dari sini. Ini rumahku!" Kataku pada akhirnya yang mulai terbalut emosi.

Taehyung menatapku remeh, aku tidak tahu apa yang ada pada pikiranya. Pria itu berdiri dari tempatnya dan pergi meninggalkan rumahku dengan langkah terhuyung. Tidak ada satupun dari kami yang menyusulnya. Itu hanya akan menambah masalah pada kami semua.

"Sudah, ayo kita pulang saja dan tidur. Besok kita bicarakan lagi kalau dia sudah sedikit tenang" Ucap Namjoon yang di angguki oleh yang lainnya juga.

Sekarang tersisa Jungkook yang enggan meninggalkan rumahku, dia ingin menginap katanya.

Sebenarnya aku ingin menangis, menahan rasa sesak sedari tadi mulai membuatku pusing setengah mati. Tapi untuk apa aku menangis kali ini? Karena Taehyung membentakku? Rasanya tidak logis, karena ia memang sering membentakku sebelumnya.

"Menangislah Hyejin-ah, aku tidak akan memberi tahu siapapun" Celetuk Jungkook. Ia mendekatkan diri padaku, dan merengkuh tubuhku dalam pelukannya.

Tangisku pecah saat itu juga.

***

Pagi ini, aku bangun dengan mata panda yang tergambar di kelopak mataku. Semalam, aku menangis lama sekali. Jungkook yang menemaniku sampai larut malam. Padahal ibu sudah beberapa kali datang dan menenangkanku, namun aku tak kunjung menghentikan tangisku.

HOLD ON | Taehyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang