04. Broom!

150 33 0
                                    

Begitu banyak orang yang hadir dalam pertandingan ini. Aku masih belum bisa mencerna kalimat Taehyung yang dengan gambalngnya menerima tawaran bodoh itu lagi. Dan menjadikan aku sebagai bahan taruhan lagi dan lagi.

Tae aku tau kita berteman cukup lama, tapi bisakah kau mengerti saja bahwa aku bukan barang yang bisa kau gunakan seenaknya ketika kau merasa marah dan ingin menang? Wah aku benar-benar merasa tidak berguna atas hidupku sendiri.

Aku dan Narra hanya bisa memandang orang-orang yang berlalu lalang sambil sesekali menengok ke arah kami dan berbisik satu sama lain. Mungkin mereka tidak percaya, bahwa gadis-gadis cupu macam kami lah yang menjadi taruhan kedua geng terkenal di Seoul.

"Ah Narra, aku ingin kabur rasanya" Kataku sambil menghela nafas kasar.

Narra mengangguk dengan penuturanku, tetapi kami juga tidak bergerak dari tempat yang sama seperti kemarin. Hal yang sama pula terjadi ketika Taehyung dan Chanyeol sudah bersiap di garis start dan mula menyalakan mesin mobil mereka. Aku sampai muak dan benci dengan suara mesin mobil yang seperti ini.

Kalau saja kali ini Taehyung kalah, mungkin aku akan sedikit berpetualang tanpanya. Tidak tahu apakah itu ide yang bagus atau tidak, tapi aku merasa sedikit takut setelah mengetahui fakta perihal kelakukan Chanyeol pada Narra.

"Kau jangan khawatir Hyejin, Taehyung pandai sekali mengendalikan mobilnya kan?" Narra berusaha membujukku, aku tahu itu. Tapi rasa khawatir ini benar-benar membuatku kesal setengah mati.
Aku hanya menanggapinya dengan senyum yang ku paksakan.

Mobil-mobil itu mulai melesat kencamg setelah wanita yang sama mengibarkan kain keatas. Suara sorak penonton mulai menyeruak di sana. Mereka bahagia tentu saja, tapi tidak dengan aku dan Narra yang sedang berada dalam ambang kematian mungkin. Narra yang tidak mau kembali dengan Chanyeol, dan aku yang mulai takut dengan Chanyeol. Ah sialan, apa aku harus benar-benar kabur dari sini?

Suara mobil itu perlahan mulai menghilang, masih sama seperti malam sebelumnya yang menghilang di persimpangan jalan. Aku semakin khawatir dengan perasaanku sendiri. Rasanya seperti akan ada hal buruk yang menimpaku kali ini. Entahlah, tapi aku merasa takut sekarang.

Seokjin Oppa datang mendekati ku dan Narra. Dia tersenyum kala mendudukan dirinya disampingku, "bagaimana kabarmu?" Katanya pelan.

Aku menatapnya dalam diam, mencoba menetralisir detak jantungku yang masih saja ketara ketika aku berada disampingnya. Iya, aku pernah hampir menjalin hubungan dengan pria ini beberapa tahun yang lalu. Pernah sangat dekat, tetapi suatu hal membuat kami tidak berniat untuk melanjutkan hubungan itu. Seokjin yang tiga tahun lebih tua dariku, membuat aku merasa dia lebih pantas dijadikan seorang kakak yang melindungi aku. Dan Taehyung menjadi salah satu alasannya juga.

"Aku baik Oppa, aku hanya sedikit khawatir bila Taehyung kalah nanti"

Dia hanya diam sambil menyesap botol bir yang ada dalam genggamannya itu. Tidak berniat mengucapkan apapun setelahnya, aku memejamkan mataku dengan bersender di kursi yang aku duduki.
Narra sepertinya masih sibuk dengan ponselnya dan tidak menghiraukan aku maupun Seokjin Oppa.

"Semua akan baik-baik saja Hyejin, kau percaya padaku. Aku akan melindungimu bagaimanapun juga" Dia mengusap rambutku setelah mengatakan itu dan pergi meninggalkan kami.

Aku selalu suka dengan caranya memperlakukanku. Dia lebih memperhatikan aku dari kejauhan, tidak terlalu menunjukan pada orang-orang bahwa sesungguhnya lelaki itu menyayangiku. Selalu seperti itu sejak dulu. Tidak berbeda jauh dari Namjoon dan Yoongi Oppa yang memperlakukan aku seperti itu. Aku seperti adik diantara mereka bertiga. Tapi bedanya, aku tidak pernah menaruh perasaan ku pada Namjoon dan Yoongi Oppa, seperti aku pada Seokjin Oppa dulu.

HOLD ON | Taehyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang