20. Regret

94 14 4
                                    

Halo semuanya?
Sebelum baca, aku saranin buat menyiapkan diri. Part ini paling panjang dari biasanya. Aku nggk tau dah, nggak berasa tiba-tiba segini aja.

Oke
VOTE DULU DONG SEBELUM BACA

happy reading!

***





Aku tidak ingat pernah mengatakannya atau belum, yang jelas Jungkook adalah orang kedua yang aku temui setelah Taehyung. Dia masih diam sambil terus mengusap pundak ku lembut. Belum ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku untuk menjelaskan pada Jungkook perihal kedatanganku tengah malam begini. Tapi dia juga tidak berniat bertanya, padahal aku yakin Jungkook sangat penasaran dengan apa yang aku alami.

Kami duduk di kursi panjang rumah sakit tidak terlalu jauh dari kamar rawat inap Nyonya Jeon. Hanya saling diam di tengah koridor yang sepi dan sedikit mencekam ini, dingin tentu saja.

Ponselku bergetar beberapa kali, saat aku mengambilnya dari dalam tas kecil yang ku bawa. Ada nama ibu tertera di sana mengirimkan beberapa pesan tentang dimana aku dan bagaimana keadaanku sekarang, yah firasat seorang ibu akan selalu benar.

"Bilang saja kau bersamaku"

Jungkook tersenyum setelah mengatakan itu, dan aku hanya mengangguk perlahan. Masih belum ingin mengatakan sesuatu tentang diriku. Alasannya adalah karena aku terlalu bingung harus mulai bicara dari mana? Dari Taehyung meninggalkanku atau dari mau saja aku diajaknya masuk ke dalam rumah neraka itu?

"Hye, kemarin kau menangis karena aku dan sekarang kau menangis lagi. Berhentilah menangis, kau tau itu membuatku ingin terus berada di sampingmu" Katanya bermonolog.

"Aku tidak apa Jung, hanya lelah"

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk bercerita. Tapi sekarang, kau harus tidur. Wajahmu pucat sekali, tanganmu juga dingin kalau kau bertahan seperti ini terus aku yakin besok pagi kau akan demam"

Pria ini masih saja bawel dan manis secara bersamaan, walaupun terkadang aku sangat takut saat ia marah padaku atau ah saat dia marah pada siapapun.

Setelah itu Jungkook mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam kamar rawat inap ibunya. Bisa ku lihat Nyonya Jeon yang sudah tertidur pulas, semoga keadaanya cepat membaik dan segera pulang dari sini.

"Tidur di sofa itu tidak apa kan?"

"Lalu kau dimana?"

"Aku bisa menggelar tikar dibawah"

"Aku akan tidur di bawah bersamamu"

Jungkook menghela nafasnya pasrah. Sekarang aku tahu bahwa dia hanya ingin aku baik-baik saja dan tidak berniat memperburuk suasana hatiku.

Kami berbaring bersisian di kasur lipat berwarna abu gelap. Aku sendiri sedang berusaha memejamkan mataku, menahan semua tangis dan sesak yang masih tersisa karena ada hal yang tidak bisa aku percaya untuk ini. Ku pikir dia benar-benar akan menjagaku. Aku tau ini salahku, tidak seharusnya aku menaruh rasa percayaku padanya seratus persen. Harusnya aku bisa lebih tegas untuk mengatakan tidak pada hal yang tidak aku sukai.

Bagaimana aku bisa begitu bodoh bila harus berhadapan dengannya. Aku selalu berani menghadapi siapapun. Aku selalu bisa menyangkal pendapat orang lain. Bahkan aku bisa bersikap ketus dan kasar pada orang yang sekiranya tidak aku sukai. Tapi ini berbeda, rasanya aku seperti manusia edo tensei yang sudah dirancang untuk menuruti apa katanya.

Tiga Puluh menit berlalu tapi aku tetap tidak bisa berjalan ke dunia mimpiku. Padahal aku ingin sekali bermimpi, mimpi yang membuatku jauh lebih kuat dan berani. Tapi nyatanya, terpejam saja aku tidak mampu. Langit-langit ruangan ini seakan lebih menarik daripada mimpi yang sudah aku rancang sedemikian rupa. Lihat, bahkan mimpi saja tidak ingin aku jamah.

HOLD ON | Taehyung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang