Tumpangan

9.1K 874 10
                                    

"Ada-ada saja hari ini." Jennie menghela nafas dan melihat jam tangan miliknya menunggu pintu lift dibuka.

Jennie berjalan lemas lalu membuka pintu apartemen yang sama sekali tidak dikunci, karena Lisa ada didalam.

"Aku pulang." Jennie lesu, melempar tasnya sembarangan.

Lisa yang tengah asyik menonton Powerpuff girls dengan serealnya itu hanya mendengus pelan. Jennie membaringkan tubuhnya di sofa kecil tepat disamping Lisa.

Lisa senyum-senyum sendiri. Jennie kira karena kartun tontonannya itu, tapi Jennie salah tebak. Dia senyum-senyum sendiri melihat sereal makannya yang hanya ia putar-putar menggunakan sendok. Apa dia sehat?, memikirkannya saja sudah membuat Jennie bergidik ngeri.

Ting.

Suara dari nontifikasi smartphone Lisa.
Lisa tampak makin heboh dan menjerit.

"Berisik Lisa! Aku mau tidur." Jennie kesal.
Lisa tidak banyak bicara dan pergi meninggalkan Jennie menuju kamar kedua.
Jennie memutar bola matanya setelah menatap kepergian Lisa, Jennie segera menyetel alarm di Smartphone milikya.
Jennie tertidur dengan lelap, siang ini jadwal kuliahnya. Jadi, Jennie akan tidur dengan tujuan bangun jadi fresh.

—— 🧸✨ BLACK CARD✨ ☘️ ——
- Chapter 5  Tumpangan -

Drrt.. Drrt..Drrt..Drrt..Drrt..

Ponsel Jennie bergetar di sofa tempat dia tidur. Jennie masih lelah, terpaksa bangun untuk kuliahnya hari ini.

Jennie menguap dan meregangkan otot-ototnya. Jennie melihat jam menunjukkan pukul 11:00, Dua jam lagi jadwal masuk kelas.

Jennie segera membersihkan diri dan bersiap-siap. Anehnya, Jennie tidak mendengar satu kata pun dari seorang Lalisa. Kemana perginya sialan itu?. Mungkin saja ada janji dengan teman-temannya. Jennie berpikir positif.

Setelah Jennie selesai, jennie mengunci pintu dan pergi untuk kuliahnya.

__________________________________

16:29

"Yha! Bahkan hari itu dia tertawa sendirian di sebuah bar." Ucap wanita itu sembari mengaduk-aduk minumannya dengan sendok. 

Yang di depannya membelalak tak percaya. "Jinjja?, waah!. Sepertinya dia stres?!."

"Sudah jelas lah, Jen!. Di usianya yang muda sudah memimpin perusahaan memang hebat, tapi dia kurang puas menikmati,merasakan,masa masa mudanya!."

" Eonnie, apa dia mempunyai seorang yeojachingu?."

"Entahlah, Jen. Kurasa tidak, yang aku lihat hanya asisten asistennya saja. Masalahnya semua asistennya laki-laki."

"Apa dia seorang gay?."

"Yha! Jennie-ya?. Kenapa kau sangat penasaran? Kau tertarik?."

"Mwo?!. Tidak tuh?!"

" Lalu kenapa kau menanyakan yeojachingu?."

"Aku hanya penasaran."

"Sama saja, bodoh!."

Wanita itu menoyor kepala Jennie. Jennie sedang berada di dalam sebuah kafe. Sepulang kelasnya, Jennie memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe bersama teman curhatnya, Jisoo. Diluar hujan masih berisik dengan kegiatannya turun ke bumi di tambah angin yang kencang dan petir. Untungnya Jennie selalu membawa jaket di tasnya itu.

"Oh iya, Lisa bilang dia tinggal bersamamu?."
"eoh." Jennie meminum kopinya
"Apa dia kuliah?."
"Tidak, anak itu hanya menanggur."
"Bisa se-santai itu ya?, Lisa?!."
"Dia memang seperti tak ada beban."

Dan obrolan-obrolan lainnya sampai hujan berhenti dan matahari menyudahi tugasnya.

🌃🌃🌃

Jennie berpamitan dengan Jisoo dan segera pergi menuju halte bus. Saat tiba di halte, Jennie duduk menunggu bus giliran yang datang. Jennie membuka ponsel miliknya meihat jam menunjukan pukul 18.57, Jennie sangat mengantuk malam ini, dalam situasi seperti ini ingin sekali Jennie memiliki sebuah mobil dan bisa mengendarainya namun Jennie tak punya cukup uang Jennie dilahirkan di keluarga yang pas-pasan namun bisa mengontrol keuangan mereka dengan baik dan berkecukupan.

Setengah jam setelah Jennie duduk di halte ini sendirian, Jennie memutuskan untuk berjalan kaki karena dia tidak membawa cukup uang untuk naik taksi. Jennie terpaksa untuk berjalan kaki, walau kenyataanya apartemen tempat dia tinggal cukup jauh.

Tiba-tiba mobil BMW hitam berhenti disamping kanannya. Kaca mobil itu turun dan dapat Jennie ketahui itu adalah Tuan Kim dengan kacamata hitamnya. "Tidak baik seorang wanita berjalan sendirian di tempat sepi, apalagi saat malam hari."  Jennie mengangkat alisnya dan membungkuk canggung "Selamat malam, tuan." Jennie tersenyum canggung.

"Naiklah." Taehyung memberi tumpangan. Jennie hanya menangguk menurut tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Jennie menutup pintu mobil dengan Taehyung membantu memasangkan sabuk pengaman untuk Jennie yang sukses membuat Jennie mengeluarkan keringat dingin.
"Eh?." Jennie sedikit terkejut karena jarak mereka sangat dekat sampai sampai Jennie merasakan bembusan nafas seorang Kim Taehyung yang beraroma alkohol.

"Kau terkejut?."

Jennie malu, yang benar saja? Pertanyaan macam apa itu. Sudah jelas Jennie terkejut.

Taehyung menjalankan mobilnya.
"Apakah kau sendiri, tuan?."
"Jangan panggil aku 'Tuan' panggil saja Taehyung."
"Eh?."
"Tak apa, ini kesempatan langka. Asal kau tahu, karena kau telah menemukan black card ku, kau akan aku specialkan. Kim Jennie."
"Oh, Black Card itu? Tak usah Tua—."
Jennie menghentikan kalimatnya karena tatapan Taehyung.
"Maksudku, Tae."
Taehyung tersenyum dengan ciri khas senyum kotaknya dengan kedua matanya yang tenggelam membentuk bulan sabit. Jujur, ini kali pertama Jennie melihat seorang Kim Taehyung tersenyum.

Kiyowooo - batin Jennie menjerit.

"Panggilan yang bagus." Jennie tersenyum menunduk menutupi wajahnya yang sudah memerah dari tadi. Mereka berdua terdiam sejenak.

"Dimana asistenmu, Tae?." Jennie merasa canggung dengan panggilan itu.

"Entahlah, tadi pagi tiba-tiba dia ingin cuti untuk sehari." Jennie ber-oh-ria.
"Apa kau kuliah?." Kali ini Taehyung yang bertanya.
"Hm."
" Dimana?."
"SNU."
"Jurusan?."
"Estetika."
"Aku dari New Zealand datang ke Korea karena beasiswa dan diterima di SNU ini."
Taehyung mbelalak. "Ku pikir kau menyogok?."

"Enak saja!, aku bahkan di biayai pemerintah untuk tinggal disini, kecuali apartemen."

"Kau anak yang pintar ternyata, apa kau bekerja?."

"Paruh waktu di minimarket milik Park Ji-Sung."

"Bagaimana kalau kau berhenti bekerja paruh waktu?."

"Aku tidak bisa tinggal di apartemen."

"Bukan itu maksudku."

"Lalu?."

"Kau berhenti bekerja disana, dan bekerjalah di perusahaan milikku, kebetulan kami kekurangan seorang designer terutama bidang estetika."

Kesempatan Emas!.

— 👜 BLACK CARD ☘️ —

Black Card. || Taennie ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang