Prolog

243 20 17
                                    

Diantara ribuan banyaknya orang, hanya sebagian dari mereka saja yang menyaksikan penampilan menarik dari tata boga ala anak SMA. Yang di perankan parahnya lagi dengan siswa laki-laki yang sudah berseragam ala chef.

"Baiklah, siapa tahu dari kalian akan mencicipi hidangan kami. Dipersilahkan" ucap salah satu chef bermata sipit itu. Ia mengenakan kacamata kotaknya, Beberapa gadis seusia sibuk mencicipi hidangan mereka yang sengaja di simpan di meja yang berukuran besar

Namun, hanya satu dari setengahnya mereka. Erika Adnan Fauzziya. Gadis blasteran yang mempunyai lesung pipi dan berkulit sawo matang. Rambutnya yang ia biarkan terurai tak menghalanginya sama sekali dalam belajarnya.

Iya, kali ini ia sibuk menyelesaikan ketikannya di dalam laptop. Sebab tidak ada waktu lagi untuk ia menunda-nunda nya. Pengunjung semakin ramai dengan para pemuda pemudia dan para gadis.

Erika sama sekali tak tertarik dengan mereka yang sibuk bergantian mencicipi makanan.

Namun, salah satu cowok tinggi dengan rambut lebatnya, hidung mancung, dan bertubuh tegap itu sengaja berjalan membawa menunya dan menyimpannya diatas meja yang Erika duduki.

Gadis itu mengangkat wajahnya melihat cowok alias salah satu chef diantara mereka datang menghampirinya.

"Sorry. Kenapa gak ikut gabung? "

Erika tidak menjawab. Ia kembali pada laptonya dan mulai membereskan seluruh perkakasnya diatas meja.

"Kenapa harus diberesin sih? Gak ngerasa keganggu kok. Santai aja kali, gue juga bukan tamu special" ucapnya dengan menunjukan giginya yang rapih.

Memang sih, jika dilihat sekilas cowok tersebut tampan, namun tingkat kepercaya diriannya membuat Erika tak suka berlama lama dengannya.

"Cuma mau rapihin doang" akhirnya Erika mengangkat suara, ia sama sekali tak melihat kembali wajah cowok tersebut yang terus menggodanya

"Gue Bisma Arhan. Lo sendiri? "

Cowok itu mengulurkan tangannya percaya diri, hari ini saja Erika akan membantu ekspetasinya tergapai.
Akhirnya Erika menjabat tangan Bisma yang sedikit mendingin karena pengaruh Ac dari ruangan

"Erika Adnan" jawabnya singkat. Buru buru Erika mengaitkan tas laptop beserta buku bukunya.

Ia beranjak tanpa mengucapkan kata pamit pada Bisma yang masih memandangnya.

"Tunggu! "

Erika tak menghimbau, ia terus berjalan menyusuri tiap jalan yang dipenuhi dengan manusia manusia gabut sama sepertinya.

"Erika? Gue bisa kan minta no WhatsApp lo? "

Erika mengecilkan jalannya karena Bisma terus mengejarnya, dan bahkan mereka sudah sejajar sejak tadi

"Gue gak punya WhatsApp" jawab Erika bohong. Bodohnya Bisma ia hanya memangut mangut saja percaya dengan perkataan Erika barusan

"Kalo gitu.. Bbm? "

"Udah gak zaman"

"Facebook aja? "

"Bukan anak alay"

"Em.. Tweet? "

"Bukan anak hits"

"Instagram? Iyakan? Lo pasti punya kan? " rayunya yang terakhir

Erika berhenti dengan nafasnya yang menggebu. Ia mengeluarkan nafasnya kasar, kesal dan bahkan ingin mendorong Bisma sekalipun ke selokan

"Kenapa lo harus minta sih? Bisa kan nyari sendiri. Manja banget"

Bisma tertawa melihat Erika yang kian menjauh, baiklah ia bisa menemukan tifenya sekarang. Erika, ya cewek ketus dan kasar itu telah hilang dari pelupuk matanya. Suatu saat ia akan menemukannya kembali jik di takdirkan






Baru pengenalan loh gengs, jangan lupa ya tinggalin jejak kalian di part berikutnya ya. Selamat membaca:)))

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang