Ke-Tiga puluh Sembilan

32 9 2
                                    

•~Terkadang hal yang dianggap istimewa, selalu berlalu begitu cepat~•

Esoknya, seperti rutinitas biasanya Erika beserta kedua teman satu kelasnya sedang ikut sarapan di kantin. Padahal Erika hanya mengintil saja, yang makan hanya Griyyan dan Edo saja

"Gak nyangka banget sih, kita udah mau lulus aja. Padahal kemarin sore masih ospek" celoteh Edo disela makannya. Erika hanya memangut-mangut saja mengiyakan.

Mungkin semua orang menyangka nya memang seperti itu, hal yang disenangi selalu saja dilewati begitu cepat.

"Oh ya, kesan lo yang suka pindah kayak bunglon gimana Gry? " Griyyan melirik sejenak, ia kembali pada nasi gorengnya yang masih panas

"B aja sih, cuman gue ngerasa kayak sekilas banget"

"Oh ya, dari tadi gue gak lihat Bisma. Kemana?" tanya Erika yang tiba-tiba membuat mereka terdiam. Erika tidak tahu apa yang sedang mereka sembunyikan, mengapa selepas kepergian Fanya harus ada keganjalan seperti ini?

"Em-anu-gue gak tahu"

Giliran Griyyan yang dilirik Erika hanya menggeleng pelan. "Gak tahu"

Gadis itu menghela nafasnya berat. Selain sifat Bisma yang berubah sikap teman-temannya pun sama.

**

Sepuluh menit berlalu, Bisma masih menyusuri koridor yang mulai ramai. Seperti kebiasaannya, ia mengedipkan dan melemparkan senyuman terindahnya pada adik kelas. Biasa pansos sebelum pergi

Bisma mencari sosok Griyyan sahabatnya, ia sama sekali tak menemukan jejak cowok itu.

Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantin sendiri. Biasanya juga kayak gitu sih.

Kedatangan Bisma disambut baik oleh Erika, gadis itu melambaikan tangannya dengan senyum. Namun Bisma mengartikan lain, ia tidak suka dengan senyuman itu. Tapi bagaimana lagi? Selama satu sekolah ia tidak bisa menghindar

Meski sedikit berdecak, Bisma berjalan biasa menghadap meja mereka. Kedua cowok yang tengah sarapan pagi mendongakan kepalanya.

"Gue laper nih, pesen dulu makan. Lo pada udah makan? "

"Makannya punya mata tuh dipake! Jangan lirik cewek mulu!" pekik Griyyan mendelik. Bisma tidak menjawab, ia malah memesan nasi goreng favoritnya untuk porsi sendiri.

Tidak lama ia kembali lagi ke meja dengan minumnya. Meski seperti biasanya Bisma duduk di samping Erika, tetapi Erika tetap saja merasakan keganjalan pada dirinya.

"Em Bis, gue mau nanya sama lo. Kenapa lo beda ya? "

Dengan santainya Bisma menjawab, "Lo aja yang ngerasa. Orang lain mah enggak"

Jleg

Kenapa Bisma jadi dingin? Dan bahkan cowok itu sepertinya tak sudi melirik Erika yang juga meliriknya

"Nggak sih, cuman-"

"Eh gengs, gue izin ke toilet ya. Pengen boker nih" Edo berdiri dan segera berlari kearah toilet, Griyyan pun memasang headseat nya sebagai alat penghindar.

Namun benda kecil itu sengaja tidak ia isi dengan musik, sebab Griyyan pun ingin mengetahui obrolan mereka selanjutnya

"Lo beda aja, lo gak kayak dulu. Gue ada salah ya? "

"Nggak. Gue aja yang salah"

"Bis gue serius" Bisma diam sejenak. Ia melihat nasi goreng yang dipesannya sudah datang.

"Makasih bi" Bisma masih meniupnya, aroma khas yang sangat enak membuatnya tidak sabar untuk melahapnya

"Lo belum jawab pertanyaan gue Bis"

"Gue lagi mau makan. Udah makan gue baru ngomong" Bisma sengaja mendatarkan kalimatnya, ia memang tifikal orang yang tidak mau menyakiti idamannya dengan kata-kata

Ya kalo dengan sifat beda lagi. Erika masih setia menunggunya, sesekali ia mengecek ponselnya barangkali saja ada pesan masuk

Hanya butuh 15menit berlalu Bisma meneguk airnya. Tidak lupa baca doa sesudah makan ia mengusap wajahnya dengan 'amin'

Perasaan dia gak baca doa sebelumnya deh. Pikir Griyyan

"Eh gue bayar dulu ya. Biar nanti langsung balik, lagian gak ada kepentingan lagi" Griyyan langsung berdiri ia sengaja meninggalkan keduanya agar tidak canggung

"Bis. Gue ada salah ya sama lo? "

"Gue mesti bilang berapa kali sih Rik, lo gak salah" Erika kembali memalingkan wajahnya. Wajahnya pucat, entah mengapa perkataan Bisma seolah tidak memberinya kejelasan

"Kalo gue ada salah lo tinggal bilang aja. Biar gue perbaikin"

Lagi-lagi Erika melirik wajah yang segan itu, wajah yang tampan dengan rahang yang kuat.

Disaat kita mulai membuka hati, mengapa justru mereka sendiri yang memaksa untuk menutupnya kembali?

"Gue-" Erika menarik nafasnya dalam dalam.

"Gue mau minta maaf kalo ada salah"

"Jadi, menurut lo omongan gue kurang kejelasan? " kini Bisma menarik wajahnya untuk menatap Erika.

Jantung Erika kembali memompa lebih cepat, sorotan mata kesal tiada arti membuat Erika takut

"Kalo lo ngerasa, gue jauh lebih ngerasa Bis. Gue mau balik" Erika mendorong kursinya kebelakang, ia sedikit mempercepat langkahnya untuk kembali ke kelas

Erika takut Bisma marah, Erika takut Bisma kasar. Dan Erika takut segalanya tentang Bisma. Perjalanannya tidak selalu mulus, Erika baru saja menubruk bahu Edo hingga terjadi saling tatap sejenak.

Edo memegangi bahunya sakit, ia tidak mengerti mengapa Erika melangkah begitu cepat? Dan?

Edo segera kembali menemui teman-temannya, melihat Griyyan yang sama dengannya baru datang membuatnya sedikit lega.

"Kalo lo mau jauhin dia, gak gini caranya Bis. Erika juga punya perasaan, lo juga punya kan? Jangan nyamain perasaan lo sama perasaan dia. Jelas tanggapan dia ke lo itu beda, dia jauh lebih selektif"

"Gue tahu"

"Ya kalo lo tahu kenapa lo lakuin? "

"Karena gue mau buat dia yang jauhin gue" Griyyan terkesima dengan jawaban Bisma yang melantur.

"Bukannya lo kan yang mau jauhin dia? Kenapa harus dia yang lakuin itu? Lo gak tega ninggalin dia?"

Bisma masih tidak menjawab, ia melinting kedua ujung bajunya tidak peduli

"Kalo gak tega ya gak usah ditinggalin lah Bis. Gimana sih lo"

Griyyan akhirnya memutuskan kontak mata dengan Bisma, tatapan Bisma yang sepertinya akan menyerang membuat Griyyan mengerutkan mentalnya

"Gue hargai keputusan lo." putus Griyyan sebelum Bisma menyerangnya

"Hm"

"Oh ya, pesen gue sih jangan terlalu cepet ngelangkah aja Bis. Yang cepet-cepet itu gak baik, mending timb-"

"Lo tuh sebenernya mihak gue atau siapa sih?" pertanyaan yang sedikit menampar membuat cowok di depannya itu menelan salivanya berat.

Meski volume yang masih santai, Griyyan tahu Bisma. Griyyan tahu betuk cowok itu, Bisma tidak pernah kasar dan bahkan menaikan volumenya jika marah. Sekali saja saat Griyyan merasa Bisma kasar itu saat kejadian di Rs. Dan itu salah Griyyan sendiri

"Gue gak mihak manatapun, gue ikutin kemauan lo"










Kira -kira kalian tim yang mana nih?
Tim Erika&Egy atau Tim Erika&Bisma?

Jawab di kolom komentar oke?

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang