•~Percaya atau tidak, seseorang akan terbuka pada orang yang dicintainya~•
Hari semakin gelap, Erika menegakkan tubuhnya yang sudah pegal-pegal. Otaknya sudah tidak ingin diberi asumsi lain ia hanya ingin benar benar fresh. Jarum jam menunjukan angka 8 menandakan les akan segera berakhir.
Benar saja hanya butuh hitungan detik saja, bu Alya menutup bimbelnya.
"Baiklah, jika tidak ada yang ingin ditanyakan saya akan tutup"
Tidak ada satupun diantara mereka yang mengacungkan tangannya, mereka sudah sama-sama mengantuk dan lelah. Bu Alya mengangguk paham mengemas tas dan bukunya, "Yasudah hari ini dicukupkan sekian. Terimakasih"
Melihat beberapa temannya yang sudah keluar, Erika ikut berdiri dan memaksakan kakinya untuk ikut keluar juga. Ia mengamati lorongnya yang hanya diisi lampu dan tidak menandakan siapapun disana
Membuat sedikit bulu kuduk Erika naik, gebrakan meja didalam kelas membuat Erika berteriak dan refleks berlari sejauh mungkin. Namun tubuhnya seakan dibuat melayang, Erika hampir terjatuh dengan cerobohnya. Untung saja, ada tangan yang berusaha menangkap punggungnya membuat Erika sendiri melotot tidak percaya
"Bi-Bisma? "
Bisma membantu Erika bangun, membenarkan rambutnya yang berantakan dan berusaha bersikap normal. "Sorry-gue"
"Santai aja. Gue tahu kalo lo penakut, balik yuk gue anter" Bisma menarik Erika menuju parkiran. Belum sempat Erika menjawabnya Bisma sudah berjongkok dihadapannya
"Ngapain? "
"Gendong lo. Kalo lo cape biar gue gendong, lagian kan lumayan energi lo buat nanti"
Bisma menepuk nepukan diatas bahunya, ia siap menerima Erika dipangkuannya.
"Nggak ah gue bisa sendiri"
Bisma menyipitkan matanya, berlari mengikuti Erika yang terus menengok-nengokan wajahnya melirik Bisma
**
Seperti biasa Bisma mengantarkan Erika sampai depan rumahnya, sebab jika sampai kedalam sudah pasti Erika menolaknya.
"Perasaan nih ya perasaan, gue tiap kesini seumur-umur lo gak pernah ngajak gue masuk tuh! " seruan Bisma tergantung saat sebuah mobil hitam melintas diantara keduanya.
Erika girang dengan kedatangan orang tuanya yang tiba-tiba, padahal mereka menjanjikan 3hari namun lebih cepat pulangnya
"Emm..sorry Bis, gue mau sambut mereka"
"Ma, Ayah pulang cepet? Erika seneng banget" Anggun yang baru saja dikagetkan dengan kedatangan Erika membuatnya mengeratkan pelukan. Ia menciumi puncak rambut Erika
"Mama kangen sama kamu"
"Ahhh mama...serius? "
"Iya sayang, lagian kami inget terus keadaan kamu"
Afgan yang melihat kearah Bisma membuat tatapan Bisma berubah, ia tersenyum dan mendatangi Ayah Erika dengan senang hati. Batin Bisma sangat senang, lumayan kenalan sama camer.
"Hey, kamu-? Pacarnya anak saya? "
Bisma terkekeh kecil, mengedipkan matanya kearah Erika yang berusaha mengancamnya.
"Em..kayaknya sih baru calon om. Saya Bisma om"
Afgan tersenyum menepuk-nepukan bahu Bisma yang tegap. "Kamu ada ada aja, saya Afgan dan itu istri saya Anggun. Yauda ayo masuk dulu pasti Erika gak pernah sambut kamu dengan baik ya kan? "
"Bener banget om"
Bisma lagi lagi megedipkan matanya menang, keduanya masuk kedalam rumah diikuti Anggun yang menuntun Erika ikut masuk
"Ma, tolong buatin minum nih sama calon kita" Anggun tersenyum malu, mengingat dulunya persis Erika yang malu-malu
"Erika udah, kamu gak usah canggung gitu. Ini normal kok" Erika menghentikan berontaknya, percuma saja ia meyakinkan Anggun toh beliau sudah berlalu ke dapur mengambil minum
"Ma-yaampun! Ini gak normalnya-"
"Erika ayo duduk disini, ayah mau nanya sama kalian" Erika menurut saja duduk di samping Bisma yang tidak lepas dengan tatapan menjengkelkannya
Kenapa jadi deg-deggan sih.
Erika berusaha menahan dadanya yang butuh oksigen, lagi-lagi ia dibuat jatuh sejatuh jatuhnya dalam perasaan. Hehehe
"Sejauh mana kalian dekat Bisma? "
Bisma sedikit memajukan duduknya, menyimpan kedua tangannya diatas paha dan menegakan badannya. Erika dibuat kikuk melihat perilaku Bisma 180 derajat berbeda.
"Jujur saja om, saya sudah ingin dekat tapi puteri om sepertinya keberatan didekati saya. Makannya saya cuman mengganggunya saja om, soalnya itu buat saya sedikit terobati"
"Terobati? "
"Iya om, soalnya baru kali ini saya gagal deketin cewek. Jadi kalo Erika respon saya luka saya sedikit terobati om"
Cowok gesrek, lihat aja ya lo gue kasih pelajaran.
Anggun kembali dengan nampan yang berisikan cemilan dan air putih. Afgan menggelengkan kepalanya tidak mengerti dengan Bisma yang blak-blakkan
"Om sih gak apa-apa jika Erika mau sama kamu atau mau siapapun. Tapi inget, harus tahu batas dan jangan buat nilai kalian anjlok gara-gara pacaran"
"Siap om, di kamus saya selalu tertulis itu kok"
"Yauda nak Bisma diminum dulu" tawar Anggun diangguki Bisma yang kehausan, cowok itu segera meneguk airnya hingga menjelejar ke tonggorakannya
"Kalo boleh om tahu cara kamu ninggalin pacar kamu dulu kayak gimana? "
"Oh biasa om, saya pelan-pelan menghilang bukan seolah untuk dicari sih. Tapi untuk membuat mereka sadar bahwa saya ingin diputuskan. Tapi ya karena saya ganteng mereka sakit-sakitan hadepin saya"
Ketiganya membuka mulutnya tidak percaya, termasuk Erika yang sudah ingin sepenuhnya dijatuhi Bisma akan menimbangnya kembali
"Tapi tenang om. Kali ini saya mau coba setia, soalnya kan udah jenjang serius nih om. Kalo om gak percaya om bisa tonjok saya dimana aja terserah om" Bisma memopok pipinya kanan kiri. Ia sudah siap dipukuli oleh Ayah Erika bila melanggar
"Saya...beri kamu lampu hijau! " pekikan Afgan membuat Bisma berdiri bersorak ria menarik narikan tangannya berlagak 'yess'
"Makasih om.. Makasih banyak, makasih juga Tan"
Erika yang masih ingin menimbang kembali perasannya mulai ikut campur. Ia berdiri melirik Bisma dengan tatapan sinisnya
"Bisma. Lo tuh dikasih lampu ijo doang, gak tahu kan gue ngasih lampu apa ke lo? Tahu gini gue nyesel diganggu lo" Erika mulai berdiri menyambar tas nya ke dalam kamar. Diikuti Bisma yang takutnya salah ucap ia pun sama hal nya ikut berdiri ingin menyusul
"Maaf ya nak Bisma, saya harus bicara dulu Sama Erika. Biasa masalah perempuan"
Bisma mengangguk paham, "Iya tante gak papa"
Bisma masih tidak mengerti dengan maksud Erika yang tiba-tiba ketus kepadanya. Hal ini menjadi Bisma semakin penasaran dengan sosok Erika
"Bisma, sini duduk lagi"
Bisma menurut, ia membenarkan posisinya seperti tadi.
"Kalo kamu buat Erika nyaman, om yakin dia akan membuka rahasia rahasia nya. Percaya deh"
Bisma hanya menganggukan kepalanya, padahal ia sendiri tidak tahu maksud dari arah tujuan pembicaraan Afgan
Sampai sini masih penasaran gak nih selanjutnya? Harus ya...
Jangan lupa vote temen-temen
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Teen Fiction| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...