Ke-Tujuh

39 9 6
                                    

•~Terkadang orang yang menyukai kita lebih suka melihat kita marah~•

"Ada yang belum paham?"

Tidak ada sahutan dari ruangan, nampaknya mereka sangat lelah karena waktu semakin lama semakin larut saja. Jam sudah menunjukan pukul 20.00 seisi ruangan sudah tak bergairah dan bersemangat

"Em..baiklah jika sudah paham semuanya. Kita bahas minggu depan saja. Kalo gitu saya tutup, terimakasih"

Meski les sudah ditutup Erika masih membereskan buku bukunya dan berniat untuk berlama lama. Andai saja ia seperti anak yang lain, yang bisa bercengkrama, bercanda, pulang bareng, dan diajak kompromi bahkan. Namun semuanya hanyalah semu

"Erika?"

Erika mendongakkan kepalanya mengaah kearah Fatimah selaku dosen disalah satu Universitas namun sengaja menggurui di GO. Ia mempunyai wajah yang sangatlah cantik, hidung mancung, putih dan bulu mata yang tebal. Rambutnya yang ia ikat kearah belakang sama sekali tak memperlihatka usianya seperti ABG sekarang

"Iya kak?"

"Kamu kok dari tadi saya perhatiin kayak gak fokus. Kenapa?" Akhirnya Fatimah duduk di hadapan Erika

"Enggak kak. Saya lagi banyak tugas aja, jadi gak fokus. Ini juga saya mau pulang nunggu jemputan"

"Baiklah. Kalo gitu gimana saya tawarin khusus buat kamu?"

"Penawaran apa?"

"Kamu boleh kapanpun datang kerumah saya untuk les privat gimana? Dari pada pulang larut larut seperti ini tapi kamu sama sekali gak fokus, ya kan? Khusus mata pelajaran saya"

Erika mengangguk setuju, ia nampak bersemangat dengan tawarannya. "Mau kak mau. Tapi yakin nih kak gak papa?"

Fatimah mengangguk setuju, "Terimakasih kak"

"Sama sama. Yauda saya pulang duluan ya, sepertinya teman saya sudah sampai. Gak papa saya tinggal?"

"Enggak apa-apa kak"

Erika akhirnya bangkit dari duduk, ia menendeng tas nya dan segera turun dari kelas.

Melihat segerombolan teman temannya yang masih bergosip Erika hanya duduk sambil meminta jemputan. Ketika Erika merongoh pada sakunya, ponselnya sudah tak berdaya ia melihat ponselnya sudah lowbat dan tidak bisa apa apa pada akhirnya.

Andai saja Tuhan memberikan malaikat pada dirinya sekarang. Ia sangatlah bersyukur

"Erika? Lo balik bareng siapa?"

Erika membuka matanya, melihat Jessie yang bertanya dengan sedikit wajah mesemnya. Entahlah gadis itu dari dulu memang menjengkelkan wajahnya

Erika tidak menjawab. Percuma saja jika ia membalas omongan Jessie yang bertolak belakang dengannya

"Yeah bocah! Bukannya nyaut gak punya mulut atau?"

"Lo bisa gak sih gak usah buang waktu gue?" tukas Erika beranjak dari duduknya. Lama lama ia juga gemas sendiri dengan perkataan dan sikap Jessie padanya. Meski ia berbeda dengan satu kelasnya tapi tak menutup kemungkinan untuk membuat Erika darah tinggi

"Berani banget sih lo ngomong gitu sama gue! Nyesel banget gue pernah kenal sama lo"

"Lo salah besar bilang gitu Jes"

Jessie mengepal tangannya kuat, sebelum sedetik ia mengangkat tangannya Bisma sudah datang disambut dengan Erika yang tiba tiba manja padanya.

"Hai Bis"

"Hey. Oh ya balik sekarang?" Bisma tahu kode Erika makannya ia harus akting tanpa dibayar

Erika mengangguk senang, "Yauda gue duluan ya...bye, jangan kebanyakan temen kalo gak guna"

Jessie semakin dibuat kesal, ia menghentak hentakan kakinya marah membuat kedua sahabat dekatnya itu menenangkan. "Udahlah Jes kita kasih pelajaran besok"

"Iih...jangan Maura kasihan Erika. Dia udah banyak tugas kali di kelasnya"

"Terserah ya oke terserah lo" sumpel Maura gemas pada Erlin ya..yang memang otaknya dibawah rata rata itu

**

Bisma memarkirkan motornya di depan gerobak biru dengan asap yang menguap ketika sebuah benda sengaja dibuka.

"Kita ngapain kesini Bis?"

"Bentaran ya. Udah lo ikut aja"

Erika dibuat nurut, ia berjalan dengan lelah karena kesehariannya. Gadis itu ikut duduk di depan Bisma tepatnya. Sebab tidak ada lagi tempat yang kosong, semua kursi sudah terisi penuh itupun Erika duduk hasil kerja keras Bisma meminta satu kursi plastik khususon Erika

Erika mengusap wajahnya mengantuk, melihat Bisma dengan semangkuk mie instan dan teh hangatnya tak membuat ia disadarkan

"Lo pesen satu doang?"

Bisma mengangkat wajahnya, membiarkan kedua tangannya terus mengaduk mie nya.

"Oh iya. Lo mau Erik? Sorry ya, gue laper sekarang. Sejam lebih gue nunggu lo keluar gak sempet makan deh"

"Bodoamat sih gak nyuruh juga" delik Erika kesal, ia juga menghentakan kakinya hingga terjedot meja. Aduh, sakit banget lagi.

Erika menahan rengekannya karena sakit, bertahun tahun ia baru menemukan orang seaneh Bisma

"Gue pesenin kalo lo mau"

Ini cowok gak peka atau gak peduli sih. Batin Erika semakin tidak kuat, ia langsung menutup wajahnya dengan tangan

"Gak usah gue ngantuk"

Bisma tertawa ia berhasil membuat Erika marah, biasanya juga seperti itu yekan?

"Erik?"

"ERIKA BISMA!" tekan Erika mengangkat tubuhnya. Ia sungguh dibuat ngantuk malam ini, entah karena faktor suasana atau faktor lain yang disebabkan karena Bisma yang terus menguras tenaganya untuk berdebat

"Ah iya sama aja. Pemborosan kata kata kalo kata bu Una"

Hanya kalimat itu yang Erika dengar, selebihnya ia serahkan pada yang Mahakuasa karena ia tak kuat menahan kantuknya yang luar biasa. Ya Erika tidur diatas meja panjang yang menjalar dengan beberapa mangkok dari pelanggan lain.

"Urat malunya putus kali ya nih bocah" bisik Bisma sendiri

Sesekali cowok itu tertawa melihat Erika yang terlihat kelelahan. Namun sesekali ia juga dibuat iba dan bahkan kalian tahu sendiri lah gimana rasanya melihat orang yang kita suka tertidur yakan? Maniss.

"Maaafin gue ya Rik. Gue emang ngesellin soalnya. Dari lahir gue diajarin ngeselin karena punya wajah ganteng, kalo gak ganteng ya gak bakalan ngesellin. Nanti gue dibilang cowok apaan sama cewek cewek"

"Makannya nih ya, gue percaya diri karena keseringan ngaca. Cuman lo aja yang katarak gak lihat gue ganteng"

"Emang ya kebanyakan kode buat hati gue sendiri yang ke blokir. Gue juga gak tahu gimana bukanya. Masa iya ke tukang service"

Bisma terus mengerutuk membuat beberapa deretan mata yang berpasangan menatap kearahnya. Namun cowok itu tetap melihat dan mengaduk mie nya santai.

"Mas mas maaf mas.."

Bisma menoleh karena ia percaya bahwa panggilan itu untuknya.

"Ngomong sendiri?"

"Ganteng ganteng kok ngigo sih haha"

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang