•~Cinta sempurna itu, saat keduanya saling mencintai dan berjuang bersama~•
"Pagi istriku" Erika dibuat kaget dengan keberadaan Bisma yang tiba-tiba datang dengan memepet jalannya.
Bisma tertawa, "Sorry deh. Bareng gue yuk!"
"Nggak" delik Erika yang terus berjalan
"Gak boleh galak Erika, lo lupa pak Gunawan titipin lo ke gue?. Nih ya, gue selaku guru lo bakal ngasih wejangan tentanh penting-"
Erika menarik nafasnya berat, ia terpaksa ikut bersama Bisma melebarkan kakinya untuk menaiki motor. "Gue belom selesai. Pentingnya bersosialisi, eh entar aja pas di jalan. Gue tahu lo mau deket-deket gue"
"Terserah lo!"
Bisma menjalankan agak cepat, sebab sedari tadi waktunya sudah terkuras habis karena membujuk Erika. Bahkan tak lupa sepanjang jalan Bisma memberi masukan tentang sosial
Sesampai dihalaman sekolah Erika turun dengan menenteng ranselnya yang disoren. Bisma yang sebelum ke parkiran menarik tangan Erika hingga membuat rambut gadis itu bergelombang di udara.
"Kenapa? "
"Lo..pake ransel disoren, biar dibilang couple kayak gue? " Bisma menaikan raut wajahnya menyelidik jelas membuat Erika mengijak kakinya.
"Enak banget sih lo bilang. Gue udah dari dulu dulu dulu banget sebelum lo. Ngerti! "
"Aww"
Erika mengulurkan lidahnya begitu pergi dari tatapan Bisma.
"Apes mulu deh hidup gue...kenapa sih" Erika terus mengerutuki dirinya sepanjang koridor. Melihat segerombolan orang yang berlarian membuat dirinya menghela nafas berat. Suasana kayak gini sih yang akan gue kangenin nanti
Erika mulai mempercepat langkahnya menerobos kalangan manusia yang sedang bercanda gurau dengan kelompok mereka masing masing. Erika iri kepada mereka, iri terhadap orang yang mempunyai masa SMA untuk diceritakan nanti.
Sedangkan dirinya? Monokrom, tidak ada perubahan. Ada sih perubahan, awalnya baik menjadi buruk. Dan setelahnya tidak ada perkembangan sama sekali.
"Permisi..Bisma ada? "
Perempuan yang sedang menghitung uang dibagian meja depan menoleh pada Erika. Kacamatanya yang sedikit kebesaran dan yang terus melorot tak mampu menutupi wajahnya yang galak, ketus, dan juga judes.
Oh ya, Erika baru tahu ada yang lebih menyeramkan dari wajah Fanya. Argh... Iya dia menemui Bisma ada alasan sekarang, sedari tadi tubuhnya berteriak ingin ke kelas Bisma tapi tidak tahu untuk apa
"Ada, sebentar"
"BISMA! ADA YANG NYARI LO TUH KELAS A. " Teriakan perempuan berkacamata itu membuat Bisma menaikan tangannya menolak. "Gak ah"
Erika mengerutkan keningnya, perasaan ia tak pernah bermain jauh selain dengan teman kelasnya, itu pun dulu saat dirinya kelas 10.
Ia membalikan badannya dari belakang dan membalasnya dengan teriakan pula "BILANGIN GUE LAGI TIDUR"
"ERIKA YANG NYARI LO! "
Oke! Mungkin dirinya dikenal banyak orang karena selalu mendapat apresiasi dibidang akademik, namun Erika tak mengenali mereka.
Bisma segera beranjak menemui Erika yang berdiri diambang pintu, jika boleh menebak perempuan berkacamata itu seorang bendahara yang melanjutkan aktivitasnya untuk menarik uang kas.
"Bilang dong sayang dari tadi"
Bisma menyentil ujung hidung perempuan itu, yang hanya mendapat pukulan karena ia tidak suka dicolek colek. "Hallo... Istriku"
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Teen Fiction| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...