•~Semua orang kalo mau baik-baikin orang lain selalu berasalan yang sama dengan cara memuji dirinya~•
"Gry woy! Mana Erika? " Griyyan membalikan badannya melihat Bisma yang datang tergeropoh menghadapinya yang sedang membuang sampah."Tadi sih keluar, mana gue tahu. Coba kita cari. Gue khawatir 2jam pelajaran dia gak masuk"
Griyyan kembali lagi setelah membawa tasnya di dalam kelas. Namun langkah mereka terhenti saat pak Danu memegang bahu Bisma.
"Kamu! Sebentar saya baru ingat wajah kamu emang familyar ya" beliau mengingat kembali bahkan berusaha untuk mengingatnya
"Kenapa pak? Saya salah apa pak? "
"Bentar makannya saya lagi mikir dulu!"
Griyyan menoleh pada Bisma yang masih mendatarkan wajahnya, "Lo masalah apalagi sih Bis? "
"Gak tahu, kayaknya nih guru naksir gue deh" cowok disampingnya membelalakan matanya antusias, sampai segitunya Bisma ditanya cowok pun berprasaan.
"Lo baper? "
"Ya mana mungkin" ketusnya kembali pada pak Danu.
"Oh ya, kamu yang loncat benteng kemarin sore kan? Saya inget sekali"
Bisma melotot, sepertinya dua hari kebelakang tidak membuatnya selamat sekarang. "Ah bapak kalo inget sekali gak bakalan negur saya hari ini"
"Oh iya ya...eh kamu mau mainin saya? Ikut saya, akan saya kasih pelajaran tambahan"
"Tapi pak..saya harus ke rumah teman saya pak" beliau menggelengkan kepalanya tidak setuju, ia berjalan lebih dulu meninggalkan keduanya yang masih diam. Bisma tidak ingin memberontak, ia tahu jika aturan tidak membuatnya waras kali ini kepada yang lebih tua ia berusaha menjadi manusia yang lebih baik.
"Udahlah sana biar gue yang nyari Erika sendiri. Gue bawa tasnya dulu"
Mau tidak mau Bisma mengikuti pak Danu ke ruangnya mengambil resiko karena telah membolos pada pelajaran bu Elang.
"Yauda gue duluan"
Akhirnya Griyyan memutuskan untuk mencari Erika sendiri, menyusuri tiap koridor dan bahkan toilet pun ia cari. Namun satu tempat yang belum ia cari. UKS ya, gadis itu sering berdiam disana bak pemilik uks sendiri
Setiba di depan UKS cowok beralis tipis itu menyimpan wajahnya didepan jendela. Barangkali jika seperti ini ia akan menemukan Erika didalam. "Rik... Erik? Lo didalam gak sih? "
Pertama tidak ada sahutan,
"Rik... Erika? "
Kedua masih sama,
Oke mungkin ketiga bisa"Erika? Plis dong gue mau balik nih, gue udah amanah sama si Bisma mau cari lo. Gue gak berani masuk ah"
"Kalo ada lo didalam keluar dong, nih tas lo gue kurang apa coba baik baikin lo. Gue gak mau jadi fitnah Rik"
Griyyan berhenti mengetuk pintunya, sepertinya percuma saja ia berteriak diluar jika tidak ada orang didalam.
Ditempat lain, Erika celengak-celinguk ketika tidak mendapati tas nya didalam kelas. Ini hal yang mustahil jika setan yang mengambilnya.
"Loh kok gak ada sih. Siapa yang ngambil coba"
Ia berdecak kesal, marah dan argh ingin sekali menampol orang yang mengambil tasnya.
"Apa Edo yang ambil? Atau Griyyan? Bisma? Cuma mereka sih yang gue harepin" Erika memutuskan mencari ketiganya di parkiran. Sepertinya ia tak mengenali motor yang tersisa, hanya saja motor Bisma yang sering ia tumpangi menjadi teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Teen Fiction| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...