Ke-Empat puluh

31 10 1
                                    

•~Terkadang tangisan adalah alasan yang tepat untuk menebus kekalahan~•

Erika melihat segerombolan teman-temannya yang masih berebutan kepapan mading. Mereka saling dorong dan bahkan menyelip nyelipkan badannya bagi yang bertubuh kecil

"Ada apa? "

Ajeng menoleh sejenak, "Oh itu Rik, ada hasil UN"

Erika membulatkan matanya, ia tidak sabar ingin melihat daftar namanya diatas papan madding.

"Gila gila... Ini langsung ada nilai anjir"

"Ah keliatan banget gue bodohnya kalo gini caranya"

Beberapa ucapan mereka membuat Erika tidak sabar,  ia ingin melihat daftar nama beserta nilainya. Ternyata tidak begitu lama, papan madding sedikit merenggang, sebab beberapa siswi kembali dengan ponsel mereka. Akhirnya Erika memilih untuk menjinjit-jinjit kan kakinya melihat.

Merasa paling kuper, ketiga sejoli itu berhenti pas dikerumunan orang-orang yang saling tertawa dan juga mengejek. Mereka sibuk bergurau dan dorong-dorongan, selebihnya mereka membubarkan diri sendiri

"Ada apa ya? Gosip apaan sepagi ini? "

"Lihat yo" Edo berjalan lebih dulu. Ia melihat Erika yang sama melihat madding.

Erika melihat daftar namanya paling atas. Sungguh ini sebuah kebahagian terbesar yang ia banggakan pada dirinya sendiri. Memperoleh nilai yang cukup tinggi diantara yang lain membuatnya tersenyum lebar.

Gadis itu merongoh ponselnya dalam saku, ia menjepretkan kameranya lalu mengirimnya pada Egy. Niatnya sih pamer, tapi ia hanya ingin membuktikan bahwa Erika bisa menjadi yang terbaik

Erika sedikit memundurkan tubuhnya, niatnya untuk memberi orang lain tempat itu keputusan terbaik. Matanya tidak lepas dari layar ponsel, ia menunggu Egy yang mengetiknya

Erika melengkungkan kedua sudut bibirnya sempurna, lesung pipinya pun sampai ikut terlihat begitu kala pesannya dibaca. Bisma yang memperhatikannya semakin tak suka, ia tidak suka jika Erika lebih tersenyum selain dengan dirinya

Ya, Bisma egois. Ia lebih senang Erika memberikan senyuman terindahnya itu hanya untuk Bisma.

"Gry nama lo paling bawah goblok hahaha" ejekan Edo membuat Griyyan memerah, ia menutup wajah Edo dengan kedua tangannya sambil tak lepas mencari namanya

"Giyyan bangsat bukan Griyyan. Mana sih nama gue" tekan Griyyan kesal

"Anjir lepas ah" Edo menghentikan tawanya, ia menaikan dagunya pada Griyyan kearah Bisma

"Ntar juga pergi, itung aja sampe 3"

"Eh Bis! Nama lo daftar ke 38 nih. Tumben pinter, padahal lo bukan anak gue. Kedua anak gue sih masuk 10besar, bapaknya aja masuk 50 besar" Bisma tidak menjawab, ia hanya meliriknya dari jarak satu meter.

Selesai membalasya kembali, Erika melihat pesan lima menitnya yang berlalu tak kunjung Egy balas. Padahal ia sedang asyik

"HEY TAYO! " bisma kembali menoleh, memajukan langkahnya agar lebih dekat dan melihat daftar namanya.

"Gini juga udah usaha goblok" akhirnya Bisma membuka suara, mereka tertawa dengan hambar. Erika hanya ikut tersenyum dari belakang. Mereka masih sibuk dengan elakan masing-masing

"Eh eh, si Bisma kok gak pergi? " bisik Edo dengan pelan.

"Karena lo panggil gimana sih" tukasnya berdecak.

"Eh iya yah, yang bego tuh elo apa bapak lo sih? "

"ELO! " Edo kembali tertawa, melihat Bisma yang pergi begitu saja membuat mereka masih berdiam tidak mengerti.

"Kita belom ngitung loh Gry" cowok disebelahnya hanya diam, kebiasaan Bisma yang tidak biasanya menjadi tanda tanya besar.

"Cinta ditolak itu emang gak boleh ya dikamus si Bisma? "

Erika merasa tangannya kembali bergetar, sudah pasti ada notif yang masuk ke ponselnya. Benar saja Egy membalasnya lagi, namun pesan Egy membuat jantung Erika ikut terhenti

Egy

|Neng Erika, ini bi Nasih. Bibi mau memberi kabar, bahwa den Egy telah pergi neng untuk selamanya|9.29

Egy

|Neng Erika yang sabar ya neng, bibi sengaja membalasnya karena permintaan den Egy. Bibi juga sedih neng, tapi Tuhan berkata lain neng. Den Egy masuk ICU setelah operasi, dan dia sempat koma, dan barusan obrolan terakhir kami neng| 9.31

Erika ambruk dalam diamnya, ia menjatuhkan tubuhnya lemas. Air matanya berhasil lolos membuat ketiga sejoli itu membalikan badannya terkejut

"Rik, Erika lo kenapa? "

"Lo sakit hey? Kita ke UKS yo"

Gadis itu menggeleng, melihat pesan selanjutnya yang masuk Erika menghapus air matanya yang berusaha keluar.

Egy

Audio 2.30

Sengaja aku simpen audio ini, sewaktu waktu aku akan meminta bi Nasih untuk mengirimnya buat kamu Erika. Oh ya, kamu bisa bantu aku gak? Aku tahu kamu, kamu sangat baik terhadapku. Tolong beritahu Griyyan mengenai kameraku, pasti dia bertanya-tanya mengapa aku memberinya kamera. Aku sengaja memberinya kamera yang pernah kita beli bersama, aku sayangg sekali dengan kameranya. Bahkan lebih sayang dengan orang yang mengantarku membelinya haha. Oh ya, mengenai kameraku aku ingin Griyyan menyimpannya. Ucapkan terimakasihku padanya, dia sangat baik makannya kuberi hadiah. Sebenarnya aku tahu Griyyan itu teman Fanya, sebab Fanya sering menceritakan nama yang sama kepadaku mengenai pria itu. Aku melihat dia sedang memainkan hp membuatku berinisiatif untuk bertanya, ternyata aku tak salah orang. Aku menemukan orang yang membuat Fanya bahagia. Semoga kamu membaik ya, lekas membaik Erika. Aku minta maaf, doakan aku semoga aku berhasil melewati ini semua. Mulai hari ini, aku memutuskan bahwa kita sampai disini. Aku mau kamu kembali melanjutkan hidup kamu, anggap saja seolah aku hanya ada dimimpi saja.

Suara serak dari Audio Egy membuat mereka semakin bersedih, tangisan Erika semakin menjadi jadi. Ia tidak menyangka bila Egy akan pergi begitu cepat dan mendadak, dan satu lagi yang tidak menyangka. Bisma tidak ada disisinya saat ini. Erika menangisi kepergian Egy, begitupun menangisi perubahan Bisma

Semoga kamu tenang disana Gy. Maafin aku

"Gue ngaku kalah sama perasaan" putus Erika semakin menjadi.

"Gue buat Bisma kecewa" isakan Erika tak henti, ia tetap menangis didekapan Griyyan.

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang