•~Alangkah indahnya bukan jika cinta yang dicari itu bisa bertemu? ~•
"Pah? Bisma mau minta sesuatu boleh kan? " Griyyan yang berada di samping Bisma melotot tidak percaya. Ternyata sahabat sekaligus yang sudah teranggap sebagai saudaranya itu akan berbuat nekad setelah ini
"Minta apa sih Bis? "
Adran-Ayah Bisma yang sehari hari pekerja kantoran, dan hanya sabtu-minggu cuti. Pria yang sudah menginjakan umur 43tahun itu hanya fokus dengan koran ditangannya. Ia tak melihat Bisma yang terus berbisik bisikan dengan Griyyan agak menghentikan tekadnya.
"Jangan nekat deh Bis. SMA Harapan Bangsa itu jauh dari rumah" bisik Griyyan gemas
"Santay aja kali Gry, kita bisa cari kossan"
"Kalo bokap lo yang nanya? Lo jawab apaan? "
"Gampang deh" jawabnya enteng.
Griyyan menutup telingantya tidak tahan, sebab ia sudah mengetahui latar belakang Bisma yang ingin pindah sekolah.
"Bisma.. Sama Griyyan mau pindah SMA ya pah? "
Adran melipat korannya kembali, kali ini ia menyimpannya diatas meja melihat Bisma yang dipenuhi ambisi untuk pindah.
"Sekolah kamu kenapa sih Bis? Kamu sudah lima kali loh kayak gini"
"Janji... Deh janji aja dulu. Ini yang terakhir" Bisma nyengir sebagai tanda sumpahnya. Adran beranjak meninggalkan keduanya yang masih beradu tatap
"Nah kan!!! Lo mampus abis ini"
"Gak mungkin dong bokap ngelarang anaknya nuntut ilmu. Ya gak sih? "
"Bussettt... Nuntut ilmu sih nuntut, tapi kalo ganti sekolah tiap semester namanya bukan nuntut lagi. "
"Apaan dong? "
"Bangkrut! Banyak menuntut!" maki Griyyan kesal. Jelas saja, Griyyan yang ikut bernumpang hidup pada Bisma mau tidaj mau harus mengikuti Bisma kemanapun ia pergi, maksudnya sekolahnya ya
Griyyan harus sama mendapat nasib sial jika tiap semester Bisma mengajaknya pindah sekolah.
**
"Nazwa, Haikal, Erika, Arga dan Ellin. Baiklah cukup kalian bisa gabung bersama kelompoknya masing masih"
Perintah dari bu Ade membuat suasana kelas semakin ricuh dengaj sibuk mendorong kesana kemari kursi untuk mereka duduki. Berbeda dengan Erika, yang duduk di meja kedua akhir itu masih sibuk dengan tulisannya.
"Alwi! Lo tuker sama gue ya, gue gak mau sama Erika. Dia orangnya dingin"
"Yahh... Iya yah, lo aja deh Van. Lo kan dulu temen sd nya sama Erika, pasti lo tahu kan Erika sedingin apa? Gue males kalo gini. Dia gak mau di ajak kompromi"
Mendengar ejekean dari teman temannya, Erika memilih mundur dari keempatnya. Ia sama sekali tidak keberatan untuk pergi diantara mereka, toh masalah sukses atau tidak itu kita yang kondisikan kan?
"Udah gak usah, biar saya yang pergi"
Erika mengangkat langkahnya kearah meja guru, beberapa pasang mata mengarahkan pada Erika yang memang berani jika dalam berprotes
"Saya lagi gak enak badan bu, saya izin ke UKS. Jadi untuk tugas kelompok saya sendiri aja bu"
"Tapi Erika-"
"Gak apa bu, saya bisa kok sambil selonjoran di UKS" Erika tersenyum diatas penyiksaan dari teman-temannya. Namun ia tak pernah menyeselai keputusannya
"Baiklah. Kalo kamu memang bener bener tidak enak badan, jangan di paksakan ya Erika"
Erika mengangguk setuju, ia mengambil kertas yang di berikan beserta alat tulisnya menuju UKS.
Mungkin setengahnya dari mereka yang merasa di rugikan karena kehadiran Erika dapat menghirup nafasnya kembali lagi dengan normal. Pasalnya Erika slalu bertolak belakang dengan teman temannya
Disisi lain, Bisma memohon mohon di ruang kepala sekolah untuk dimintai keterangan perpindahannya.
"Pindah tuh bukannya dilarang Bisma, tapi.. Ya kamu tahu sediri kan. Kamu pindah sudah berapa kali?"
Bisma masih menundukan kepalanya dihadapan kepsek, siapa tahu aja dengan hormatnya sekarang ada kemudahan untuk pindah kan.
"Udahlah Bis, cuma empat bulan lagi kok kita disini. Gak bakal lama serius!"
Griyyan terus merengek meminta pulang pada Bisma, namun bukan Bisma jika menyerah begitu saja.
"Tapi pak, papa saya kan udah setuju tuh mau pindahin saya. Masa bapak gak setuju sih"
"Iya Bisma saya tahu. Tapi ini sudah terlambat, banyak yang harus kamu kerjakan disini. Itu juga sebentar lagi akan masuk ujian ujian. Kalo gitu acara ini kita tutup, saya harus pulang"
"Saya bakalan rajin kok pa disana. Saya kalo buat janji suka nepati kok" Bisma menyerah setelah pak Wisnu, selaku kepsek di sekolahnya itu tengah membereskan buku buku di sampingnya. Sepertinya ia telah membenah untuk segera pulang.
"Pak Wisnu? " Griyyan kali ini mengangkat suaranya, melihat pak Wisnu yang beranjak membawa tasnya.
Pak Wisnu melihat Griyyan yang menatapnya kecewa, ia hanya bisa pasrah jika Griyyan yang akan menangis disini. Secara Griyyan merupakan yatim piatu yang diurus oleh keluarga Bisma
"Kasian pak temen saya... Usahain ya, kita janji kalo bapak udah berusaha ngeyakini sama kepala sekolah di sana, kita bakal terima apa adanya pak"
"Baiklah. Saya usahakan"
Bisma bergermbira, ia mulai meloncat loncat girang memeluk Griyyan erat.
"Thanks ya broooo"
"Inget! Ini terakhir! "
"Iya deh" Bisma kembali tersenyum menampakan giginya sangat bahagia. Sebentar lagi ia akan bertemu dengan Erika.
Masih berekspetasi, masalah takdir biar kita tunggu saja.
Ayo sampai sini ada yang penasaran sama kelanjutannya gak? Harus lah yaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Roman pour Adolescents| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...