•~Menggurui tanpa menghakimi~•
"Mang, di depan kita berhenti dulu ya sebentar. Saya mau beli sesuatu"
"Oh iya den"
Egy melemparkan wajahnya ke samping kiri melihat jalanan kota besar yang akan ia lupakan sejenak. Mobil akhirnya berhenti ditepi jalan, Egy keluar dengan jaket yang sengaja tidak ia kaitkan dengan retsletingnya.
Tampan. Ya tatapan gadis seusianya nampak kagum dengan Egy yang begitu kagum dengan pakaian serba hitam. Mulai dari kaos hitam, celana hitam, dan bahkan sepatu hitam. Sengaja ia meletakkan kemeja nya di dalam mobil. Rambutnya yang sedikit pirang, kulitnya yang putih tidak terlihat sedikit pun yang ia perlihatkan kekurangannya pada orang lain. Sudah benar benar mensekat sempurna
"Permisi, saya pesen yang ini dua ya mbak. Tolong sekalian dibungkus juga"
"Baik mas. Ada tambahan lagi? " tanya pelayan itu ramah
"Em tidak ada"
"Baiklah..sebentar ya"
Hanya butuh lima menit Egy menunggu pesannya, kemudian ia membayarnya dengan kartu kredit dan membawa bekalnya sebagai oleh oleh untuk Erika.
"Terimakasih"
"Terimakasih kembali mas"
Egy kembali masuk kedalam mobil, menggerakan keempat bannya menuju jakarta. Semoga kehadiran Egy kembali tidak akan menjadi luka untuk Erika
**
Disisi lain Erika tengah menikmati makannya bersama Fanya disebuah restoran kecil. Pasalnya Fanya menlaktir Erika dan itu sebuah kebahagian untuk Erika
"Oh ya gue hampir lupa, gue sempet ngutang sama Bisma dulu"
"Eh? Ngutang apaan? " tanya Fanya penasaran
"Bakso, dulu dia suka ngintilin sih sampe makan gue juga dia bayar. Jadi gak enak aja gitu sama itu anak"
Fanya terkekeh, meneguk airnya hingga sampai ketonggorokan. "Ah ellah sampe sekarang tuh anak tetep ngintilin lo Rik"
"Iya sih. Fan, makasih ya udah mau nlaktir hehe"
"Iya sama sama, jarang-jarang" Fanya merasa perutnya nyeri dan ingin memuntahkan makannya kembali. Rasanya begitu nyeri dan mual, ia segera berdiri dari mejanya berharap tidak memuntahkannya di depan Erika.
"Em gue ke toilet ya bentar"
"Iya" Erika menghabiskannya sampai tak bersisa, melirik jam yang melingkar ditangannya sudah menunjukan pukul 18.08
Dengan perasaan gelisah Erika menemui Fanya di toilet, katanya sebentar sudah lima menit Fanya tidak menampakan hidungnya. "Fan? Lo yang mana nih? "
Fanya tersentak saat mendengar Erika memanggilnya. Ia berusaha tenang menahan perutnya yang mual. "Rik? Lo duluan aja ya. Gue lagi mau boker nih" bohongnya
"Lih elo Fan ada-ada aja deh. Gue tungguin kok, sekalian kita maghrib dulu yuk"
"Lo duluan aja ya, gue nanti aja nyusul. Udah sana!" Fanya sedikit geram hingga menekan kalimat terakhirnya.
"Tapi.. Masa gue ninggalin lo? "
"Rik gue berani kok."
Erika diam sejenak menimbang kembali permintaan Fanya. Tapi iya juga kata Fanya, Erika penakut jika harus pulang larut malam kecuali beliau bersedia mengantarnya pulang
"Fan? Lo gak papa kan? "
Fanya memejamkan matanya sejenak, menahan elungan sakitnya yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Teen Fiction| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...