Ke-Dua puluh Delapan

31 21 0
                                    

•~Semakin hari menatapmu lebih lama, seakan jantung ini berhenti berdetak~•

Erika membuka beberapa buku lainnya untuk mencari sumber, ia melihat jam yang menempel pada tangannya masih menunjukan pukul 19.20

"Kak Fatimah... Erika nyerah deh yang ini"

Fatimah yang sedang mengerjakan tugasnya mengakhiri sejenak, ia lebih mementingkan milik Erika terlebih dahulu. "Yang mana kamu kurang mengerti nya? "

"Yang ini" Fatimah mulai mengajarkannya sampai Erika mengerti, hingga menit berganti menit dan sampai jarum jam menunjukan pukul 8 malam

Erika mengemas beberapa bukunya kedalam tas, sepertinya ia telah melewatkan sesuatu. "Kak Fatimah, Erika mau pamit dulu, soalnya ada hal yang harus dibeli"

"Oh iya, kamu pulang dijemput Rik? "

"Enggak kak, Erika bawa sepeda. Soalnya ayah sama mama lagi keluar kota buat tiga hari ini"

"Oh gitu, yauda kamu nginep aja"

"Hehehe... Gak apa-apa kak"

Fatimah mengangguk "Yauda hati hati ya. Kakak anter sampe depan yuk"

Keduanya berdiri menuju halaman depan dan segeralah Erika menaiki sepedanya. Tidak lupa ia melambaikan tangannya pada Fatimah.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Meski les privat dengan Fatimah, Erika juga harus tetap les di GO. Sebab mata pelajaran yang dianggapnya penting tidak memberinya keringanan seperti dirumah.

Sebelum benar-benar pulang Erika mendatangi dulu supermakrket. Dua hari lagi tanpa sang mama harus membuat Erika mandiri. Ia membeli nugget, roti, susu, dan beberapa snak lainnya. Masih dengan keadaan mengantri Erika melihat ke samping kiri bagian atas.

"Mbak? " Erika mengerjapkan matanya terkejut, ia menyimpan belanjanya diatas meja kasir. Tidak lama Erika menyerahkan uangnya dan berterimakasih untuk segera pulang.

Sepanjang perjalanan Erika hanya berdoa agar selamat sampai tujuan, baru kali ini ia keluyuran lebih dari jam8. Mendengar gebrakan pintu mobil saja Erika dibuat teriak histeris. Kali aja setan ya

"Ngesselin banget deh tuh orang. Nutup mobil pake ancang-ancang kek atau gimana kek" gerutunya sepanjang perjalanan

Egy yang baru saja menutup pintu, mengalihkan wajahnya berpandang lurus. Mobil mulai bergerak kembali untuk menuju rumahnya

**

Masih dengan Ujian praktek siswa siswi kelas12 dibuat sibuk dengan pratikum mereka. Dimana kelas C yang masih menyalin jurnal masing- masing harus berebutan dengan teman yang lainnya.

Bisma yang baru saja datang ikut melotot melihat seisi kelasnya yang ricuh mencari contekan untuk pembuatan jurnal. Sejak kapan kayak gini? Bisma duduk dibangku kedua bagian akhirnya. Ia melihat teman sebangkunya Aron sedang memegangi pensil, pengahapus, tipX, beserta penggaris.

"Ron, kenapa pada sibuk sih? "

"Emang lo udah Bis? "

"Emang apaan sih? Gak bisa santai aja anak +62" Aron menutup bukunya selesai, ia mengerutkan dahinya melihat Bisma yang sibuk merapikan rambutnya.

"Ya buat jurnal lah oon. Sekarang kan jam pertama praktek Biologi"

"Demi apa lo? "

"Demi lo gak diizinin buat praktikum!"

Jleg. Jantung Bisma hanya bisa ia raba-raba, memompa lebih cepat melebihi debarannya berhadapan cewek cantik. "Apa ini namanya jatuh cinta"

Aron tertawa menyikut perut Bisma yang ngawur. Percuma juga jika memaksakan, usaha Bisma juga hanya bisa dihitung. Lebih baik ia menyusul saja nanti dengan kelas lain

"Rik, lihat jurnal lo dong" salah satu perempuan berambut pendek mulai mendekati Erika yang memainkan ponselnya.

Erika mendongakkan kepalanya melihat Ajeng yang terus memohon. Iya sih Ajeng memang satu kelompok dengannya, dan hanya pelajaran Biologi dan Kimia ia bergabung

"Bentar"

Erika menyerahkan buku jurnalnya, ia sama sekali tidak keberatan. Nanti juga mereka dapat pelajarannya sendiri

"Makasih ya" Ajeng kembali pada bangkunya, hal itu menjadi sorotan tajam untuk Edo

"Lo satu kelompok ama Ajeng? "

"Hm"

Edo tidak melanjutkannya memilih untuk menyalin jurnal milik Jessie. Meski Jessie musuhnya, tapi mereka satu kelompok.

"Lah gue kelompok mana?" Griyyan masih bertanya sendiri, ia celengak celinguk entah kenapa

"Gue masuk kelompok lo aja ah Rik"

**

Bisma masih berdiri diambang pintu, sudah satu jam lebih ia hanya menunggu teman-temannya keluar dari lab. Ia mendapat hukuman dua jam pelajaran untuk tetap berdiri.

Namun suara gemuruh dari samping kanannya membuat Bisma menoleh. Ia mendapati Griyyan yang mengenakan jas lab dengan tawanya bersama Edo. Ia juga melihat gebetannya, Erika. Gadis itu sangat cocok sekali memakai jas putih, dengan rambut panjang dan kacamata yang melekatnya

Perfect.

"Eh? Lo ngapain disini? "

"Wukuf" ketus Bisma tidak bisa berpaling dari tatapan Erika.

"Lo dihukum? "

"Iya ih bawel" Griyyan mengangkat sebelah bibirnya, Erika yang tidak suka ditatap serius oleh Bisma mengalihkannya pada objek lain

Hanya masih dengan keadaan diam, murid kelas Bisma sudah keluar dengan ponselnya masing masing. Biasalah mereka sudah selfi

"Ron, gue pinjem jurnal sama jas lo ya"

Aron menyerahkannya dengan was-was takut takut ada yang mengawasi mereka. "Kalo ditanya lo bilang aja nyolong ya"

"IYA!"

Bisma menaikan alisnya pada Erika, ia berjalan beriringan dengan kelas A yang ikut masuk kedalamnya. Erika berusaha kuat menahan senyumnya.

Semakin hari menatapmu lebih lama, seakan jantung ini berhenti berdetak Rik. Bisma ikut masuk beserta anak kelasA. Masalah ditolak tidaknya itu biarlah urusan nanti

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang