Ke-Empat puluh satu

33 8 2
                                    

•~Ternyata mengakui kita salah itu jauh lebih berharga. Kesalah pahaman muncul, ketika salah satu pihak tak ingin menjelaskan~•

Tiba saatnya kelulusan, seluruh kelas12 di persilahkan mengisi lapangan upacara. Intruksi dari kepsek membuat siswa-siswi berhamburan keluar kelas menuju lapangan. Macam-macam sifat masih tetap menjelma pada setiap seseorang, gerombolan siswa laki-laki mencari tempat seteduh mungkin yang membuat mereka nyaman. Sebagian siswi perempuan berebutan mencari tempat yang pas untuk dipake sesi foto. Mereka sibuk mencari golden houres

Gerombolan kelas Erika sengaja datang paling akhir, mau tak mau mereka menjadi teriakan siswa siswi lain yang sudah kepanasan.

"Idih, perasaan baru jam8 deh pada heboh banget. Kenapa takut gelap tuh kulit? " teriakan salah satu cewek tomboy pada mereka yang menyuraki.

Erika hanya tersenyum, mengenang masa masa seperti ini yang akan menjadi kenangannya dimasa nanti.

Erika duduk diantara Ajeng dan Edo. Melihat wajah familyar membuat Erika memandangnya dengan seksama. Melihat Bisma yang berjalan santai dengan Griyyan membuat Erika terkesima, semakin lama Bisma semakin memenuhi pikirannya.

Bisma menatap Erika yang kian menatapnya dari belakanh, buru-buru Erika alihkan pada Ajeng yang sedang mengobrol dengan disampingnya.

"Mo dimana Bis? Dibelakang aja yu nyari yang teduh"

"Disini ajalah. Lumayan vitamin buat tulang, lo dapet 10 besar gak menonjol banget" kekeh Bisma membuat Griyyan diam. Akhirnya mereka duduk dibagian paling depan, melihat pak Gunawan selaku wakasek beserta bu Erlin selaku kepala sekolah membuat para siswa-siswi yang tengah duduk itu terdiam

"Assalamualaikum anak anakku"

"Waalaikumsalam wr.wb"

"Dipagi hari yang cerah ini kita panjantkan puji syukur kita kepada Allah swt. Tidak lupa kepada keluarganya, sahabatnya dan semoga kita termasuk ke dalam umatnya sampai akhir hayat nanti amin ya rabbal alamin"

Masih dengan pembukaan siswi yang lebih suka nyinyir tidak mendengarkan, mereka lebih senang membuka medsos nya karena merasa gabut. Sebagin siswa laki-laki dipojok kanan pun sama hal nya, mereka sibuk bermain game cacing di ponselnya.

"Hallo hallo... "

"Haiiii " jawab murid serempak. Meski terdengar malas karena cuaca yang sedikit menyilaukan mata bu Erlin tetap melanjutkan katanya.

"Ingat, ini pertemuan terakhir kita dilapangan SMA Pelita. Sungguh tidak terasa lagi bukan jikalau waktu kita semakin cepat? "

"Saya bersama pak Gunawan dan guru yang lainnya sebagai perwakilan, akan mengumumkan daftar nama-nama siswa-siswi yang mendapat beasiswa melalui akademik dan non akademik. Harap yang dipanggil namanya tolong maju kedepan"

Bu Erlin dibantu pak Gunawan membuka lembaran kertas didalam map. Beliau masih membuag jantung siswa-siswi degdegan

Sebelum pemanggilan, Edo bercanda dengan teman sekelasnya. Hal ini membuat Erika ikut tidak tenang.

"Eh Rik, kayaknya lo masuk deh. Percaya sama gue"

"Amin amin... Gue pengen banget do" senyum Erika penuh harap

"Kami akan mengumumkan 5 siswa terbaik dari yang baik. Untuk sebelumnya kalian sudah baca dipapan madding kan siswa siswi terbaik yang mendapat nilai UN? Dan kemarin sudah diberitahu oleh pak Gunawan? "

"Baik, langsung saja akan saya sebutkan. Yang pertama, Erika Adnan Fauzziya, kedua Atikah Rahma, ketiga Gilang Ramadhan, keempat Maulida Syek ikhwan, dan terakhir Fauzan Anshory. Silah maju kedepan"

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang