Ke-Tiga puluh Satu

33 18 0
                                    

•~Kata-katamu membuatku terbang tinggi, dan akhirnya dijatuhkan kembali~•

Anggun sedikit mendorong pintu yang tertutup namun tak dikunci. Pupilnya membesar saat Erika menatap dirinya didepan cermin

Beliau sedikit menutup pintunya dan segera datang menemui Erika.

"Kenapa sayang? Bisma gak salah kok bilang kayak gitu"

"Hm.. Menurut mama, Bisma baik gak sih? " kini Erika menatap Anggun yang juga menatap dirinya tulus, memberikan kesayangan yang teramat sangat membuat Erika yakin. Bahwa yang akan menjadi adiknya nanti tidak menjadi penghalang untuk mendapat kasih sayang dari orang tua angkatnya

"Baik kok, dia orangnya jujur. Jarang loh ada laki-laki jujur mengenai latar belakang mereka"

Erika diam, menurunkan kembali kepalanya. Menatap cermin di depannya, sebelum jauh melangkah Erika ingin lebih memantaskan disisi Bisma. Apakah ia pantas dan layak? Argh.. Pasti mantan Bisma jauh beda dengan Erika.

"Boleh nih? " Anggun tertawa mendengarnya membuat Erika malu kepalang.

**

Fanya menarik tubuhnya untuk bangun, namun ia sudah tak kuasa. Tubuhnya sudah kaku dan dingin. Tangannya sudah tak ingin diajak kerjasama. Mengapa semua berubah? Mengapa tangannya menjadi lemah seperti tidak ada daya? Padahal suster selalu mengganti cairan infus dengan tepat

Melihat ruang yang sedikit lebar, dengan kedua makhluk yang senantiasa setia menungunya. Fanya melirik kedua temannya antusias, merasa nyerinya sedikit reda.

Tuhan, mengapa ini sakit sekali rasanya?  Apa ini terakhir kalinya aku di dunia? Melihat kedua warna ku sedang tertidur pulas. Aku masih ingin hidup, namun sakit ini menjadi penghalang ku

Fanya menutup matanya perlahan, merasa dadanya sesak dan perutnya mual. Fanya menangis dalam diamnya, menikmati tiap tusukan sakit dijenjang tubuhnya.

Disisi lain, Bisma masih asyik mengganggu Erika yang memakan jagong bakarnya. Sesekali ia mencolek colek pipi Erika dengan arang yang tersisa.

"Iih... Bisma lo centil banget sih dari tadi! "

"Yaelah gitu doang marah, gak asyik ah udahan ah" Bisma membuang ujung jagongnya ke tong sampah. Hanya dengan bidikan sekitar satu meter, ia melemparkannya dengan sempurna.

"Wuah... Kerren banget sih gue"

"Yaelah segitu doang sombong" ledek Erika meremehkan seketika Bisma menoleh kesamping kanannya

"Emang lo bisa? " Erika menggeleng kecil, ia suka saja meledek Bisma.

Masih dengan suasana keramaian dari kota besar ini, Bisma tak mampu melihat seberapa banyak orang yang berlalu lalang dengan pasangannya. Melihat fenomena didepannya, Bisma sedikit iri dan mencari cara agar bisa dekat dengan Erika yang belepotan memakan jagung

"Yaallah, ini gue yang katarak atau emang hati gue ketutup sih. Kok gue mau sih sama bocah kayak lo, muka kayak tutup panci juga. Elap tuh"

Komentar Bisma membuat  Erika menoleh sebentar, mengelapnya dengan tangan yang asal semakin Bisma membuka mulut lebarnya.

"Erik! Gue kasih tisu ini"

"Harusnya elapin dong, katanya suka sama gue" delik Erika manja. Ia tersenyum menang kali ini

Bisma menaikan alisnya jahil, "Itu mah keenakan aja lo nya"

Erika tertawa hambar, padahal dari hati yang paling dalam sih iya.

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang