Ke-Tujuh Belas

40 9 2
                                    

•~Terkadang seseorang yang selalu membuat kita kesal, adalah orang yang selalu ada buat kita~•

Selesai mengambil surat izin dari meja piket,  Erika berjalan menyusuri koridor yang menyepi sebab jam pelajaran masih berlangsung.

"Erik!!" teriakan Bisma membuat Erika berhenti secara paksa. Cowok itu mengeluh mengatur nafasnya yang ingin normal kembali. Sebab sedari tadi Bisma berlari dari lab-meja piket-koridor.

"Kenapa? " tanya Erika datar

"Lo ngeselin ya sumpah"

"Emang"

Erika tidak peduli,  ia terkekeh melihat Bisma yang masih berdiri di belakangnya.

"Eh balik ini lo gak ada acara kan? "

"Kenapa? "

"Gue mau ajak lo balik. Kalo diem berarti iya. Yauda bye istriku"

Belum sempat Erika menjawab Bisma sudah mengiyakan saja. Memang ya nasib punya temen gesrek seperti Bisma harus banyak bersabar.

Mau tidak mau Erika tidak bisa menghindar,  toh Bisma sendiri yang menawarkan. Lumayan juga uangnya tidak terkuras untuk kendaraan pulangnya

**

"Gry?  Lo ada kabar gak tentang Fanya? "

Griyyan menoleh saat hendak menyimpan penghapus milik Erika kembali.  "Gak ada. Ngapain juga"

"Griyyan! Gue serius"

"Kenapa gak lo hubungin sih Rik? Lo kan punya nomornya"

Erika baru ingat, malam kemarin Fanya sempat menelponnya. Semoga saja Fanya ada kabar setelah ini. Sebab setelah tiga hari belakangan ini, Fanya tidak ada keterangan sama sekali.

"Do,  lo ada lihat kertas polio gue gak sih? " tanya Griyyan setelah menyadari bahwa tugas yang semalam disalinnya tidak ada. Ia menyusuri kolong mejanya beserta buku bukunya,  siapa tahu saja ia mendapatkan jejak.

"Nggak tahu. Jatoh kali coba lo cari" jawab Edo mengantuk

Griyyan beranjak dari duduknya, ia mencari secara detail pada lantai kelas untuk mencari kertas polio nya. Erika yang merasa gabut, ia memutuskan untuk mengikuti Griyyan dari belakang.

Sampai-sampai Griyyan mengecek satu persatu tempat sampah.

"Gry? Kapan ke kelas Bisma? "

"Ecie cie...udah mulai masuk keperangkap si Bisma ya lo" jawabnya ngasal. Erika menaikan kedua bahunya acuh, terserahlah yang penting Griyyan puas

"Gry!! "

"Gak tahu Erika. Ngapain juga gue ke kelasnya, palingan nanti istirahat ke dua pas dzuhur, ya sekalian ngantin"

"Oh. Gue ikut ya"

"Nggak ah, lo ngerepotin"

"Griyyan!!!!! " Griyyan berhasil menemukan kertas polionya, ternyata benar ia menemukan lembar kerjanya di tempat sampah 'Organik kering' sepertinya ia salah membuang.

Selepas sholat dzuhur, sesuai yang dijanjikan Erika memohon mohon pada Griyyan yang masih menyalin pr kimia nya. Ia nampaknya fokus dengan hasil milik Erika yang dipinjamannya tadi.

"Gue mohon ya Gry... Gue mohon" Erika memegang tangan sebelah kirinya, sujud sujud pada tangannya yang digantungi gelang hijau pada kulit putihnya. Namun Griyyan tidak peduli, ia masih sibuk dengan pekerjaannya

"Iih lo budek banget sih Gry. Udah nyontek juga" sambung Erika menonjok bahu Griyyan kuat. Percuma saja sih sepertinya, cowok itu tidak akan merasa kesakitan sebab  sekuat kuat tenaganya Erika masih 1/4 miliknya.

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang