Ke-Enam Belas

49 10 10
                                    

•~Namanya juga perjuang pasti ada aja nasib yang terbuang.~•

Malamnya Erika tidak bisa dibuat tidur, sebab hidungnya yang sedikit mempat membuat dirinya filek. Suaranya yang purau membuat dirinya jengkel sendiri. Padahal besok hari senin namun keadaannya seperti ini

Erika memantulkan dirinya didepan kaca, melihat wajahnya yang lesu dan hidungnya memerah membuatnya sulit tidur. Padahal jam sudah menunjukan pukul 11, ini sudah larut malam.

Ketukan pintu kamar membuat ia memalingkan wajahnya melihat siapa yang masuk saat pintu berhasil terdorong kedalam.

"Erika? Belum tidur?"

"Belum ma. Erika gak enak badan, kenapa ma?"

"Mama tadi denger kamu bersuara ternyata belum tidur" Anggun mendekat membelai rambut panjang Erika. Beliau menuntun Erika dengan biasanya dan menurunkannya ke kasur.

"Besok gak usah sekolah aja ya, mama buatin surat"

"Besok juga sembuh ma. Kalo gitu Erika tidur dulu"

Erika memutuskan untuk menutup matanya sampai fajar menjemput. Semoga saja besok ia bisa beraktivitas seperti biasanya.

Anggun menciumi kening Erika, batin Erika tidak pernah ingin memberontak. Malahan ia sangat bersyukur jika Anggun kembali memerhatikan dirinya.

"Selamat malam"

**

Keesokannya keadaan sekolah semakin ramai saja, pasalnya gerbang sudah tertutup dari jam 6.45 tadi. Namun kali ini nasib sedang menimpa dirinya. Erika terpaksa menunggu jam kedua untuk bisa masuk ke area sekolah. Jika dihitung hitung cukup banyak juga yang senasib dengannya. Hanya saja kebanyakan kaum adam yang terlambat.

"Neng Erika kenapa telat? Amang baru lihat kalo neng Erika telat"

"Ah iya mang, semalam Erika gak bisa tidur jadi bangunnya telat deh hehe"

Mang Dadang hanya menganggukan kepalanya paham, ia berjalan keluar gerbang entah untuk apa. Yang jelas Erika hanya ingin fokus pada orang orang yang berserakan meminta jatah untuk masuk

"Pak lebihin dikit napa sih pak?"

"Pak saya kasih dua batang deh janji"

"Gak ada gak ada. Ini udah aturan kalian saja yang malas udah kelas 12 masih saja kurang disiplin" perintahnya membuat kedua cowok itu berhenti mengoceh.

"Aduh pak sebungkus deh saya tambahin. Wajar loh kita telat, gak ada kata terlambat buat cari ilmu pak"

Seseorang memegang sebelah bahu tiba tiba, membuat gadis itu membalikan badannya pada sumber dan alangkah terkejutnya-

"Bisma?"

"Hai. Kenapa telat?" sapanya.

Kini Bisma membenarkan posisinya ia melihat jalanan yang dipenuhi murid lain. Syukurlah ia tidak sendiri, apalagi ada Erika disampingnya.

"Griyyan kemana?"

"Gak tahu. Dia udah gak bareng lagi, mungkin udah di dalem" Erika menganggukan kepalanya mengerti. Selebihnya biar Bisma saja yang mengajaknya mengobrol

"Kelas 12 mana? Coba maju kedepan!" perintah pak Satpam membuat beberapa siswa siswi maju kedepan. Terutama Bisma yang menggandeng Erika dengan menyimpan tangannya yang melingkar dibahu Erika. Jelas membuat gadis itu menoleh dan mendapatkan kedipan buaya.

"Berapa orang nih!" pekiknya mulai menghitung murid kelas12.

Pak Danu selaku seksi keamanan menatap tajam kearah Bisma. Namun berbeda hal, cowok tersebut hanya berwajah datar tanpa dosa. "Hei kamu!" Bisma tersentak, tatapan tajamnya pak Danu pasti mengarah pada dirinya. Dengan menegapkan tubuhnya yang jangkung Bisma baru menjawab

"Iya kamu, " jawab Bisma membuat sekelilingnya tertawa. Erika gelisah, melepas rangkulannya membuat Bisma menurut saja.

"Ngapain rangkul kayak gitu? Kayak adik kakak saja"

"Iya, kami adek adek-an pak. Bapak aja kurang tahu, ya kan de?" Bisma menaik turunkan alisnya melirik Erika yang menatap tajam ke Bisma

"Maklum pak adik saya pemalu" sambungnya dengan sedikit teriak

"Ah sudahlah. Kalian yang rangkul rangkulan, ikut saya. Sisanya ikut pak Alim"

"Baik pak" jawab mereka serempak. Erika terpaksa mengikuti Bisma dari belakang, hal ini menjadi tatapan kagum dari sekelilingnya karena Erika yang dikenal kurang berbaur sudah tahu tahu dapet pacar saja.

Sesampai di depan lab biologi, pak Danu membalikan badannya dengan sebelah tangannya yang memegang tembok. "Nah, kalian berdua bereskan ruangan ini sampai bersih. Gak boleh ada debu sedikit pun. Khususon kamu, siapa kamu?" tanya pak Danu sinis pada Bisma.

"Saya pak? Atau bapak saya?"

"Becanda pak. Saya Bisma pak" sambung Bisma sebelum pak Danu memuncakan emosinya.

"Hm, saya titip beratkan. Jangan sampai buat yang tidak senonoh. Kamu ingat itu"

"Yaelah pak saya juga tahu"

"Ya siapa tahu aja kamu kelepasan. Disetiap tempat itu selalu ada setannya"

"Halah bapak, santai aja pak. Saya gak takut sama setan, setan juga saya ajak kerumah buat namu"

Erika menahan tawanya, ia melihat Pak Danu dibuat memerah karena kesal dengan lantunan dari mulut Bisma yang ngasal.

"Yasudah, jika sudah jam ke2 temui saya dimeja piket bawa surat izin"

"Iya pak" jawab mereka serempak. Kepergian pak Danu membuat suasana semakin sunyi. Keduanya nampak diam, Erika memilih untuk memasuki lab meninggalkan Bisma yang masih melamun.

"Erik, lo udah sehat?" tanya Bisma disela mengelap beberapa barang. Erika sedikit melirik lalu memalingkan wajahnya kembalu

"Kenapa emangnya?"

"Nggak apa. Cuman memastikan, kalo kemarin hujan buat lo sakit atau enggak"

"Lumayan"

"Kayaknya lebih sakit lagi ditinggal gue ya kan?" Erika berhenti sejenak, menyimak perkataan Bisma yang sama sekali tidak mengerti.

"Mau lo jauh dan gak bakalan kembali sekalipun kek, gue gak bakalan sakit Bis. Biasa aja, malahan jadi fresh bebas deh ngehirup udara"

Erika menelan salivanya ketika Bisma bungkam. Padahal tidak sepenuhnya Erika tidak memperdulikan perkataan Bisma. "Bis..."

"Iya gue tahu. Lo becanda kan?"

Bisma menaikan sebelah alisnya sebelum pergi, ia mengambil pel-lan dan sapu untuk membersihkan yang terakhir. Erika hanya bisa memandang punggung Bisma. Cowok itu ternyata sama sekali tidak keberatan dengan jawaban Erika

"Bis, maksud gue gak gitu kok. Gue cuman-"

"Gak apa kali, namanya juga perjuang pasti ada aja nasib yang terbuang. Tapi kayaknya nasib gue gak gitu, lo akan narik semua omongan lo kan?"

"Pd banget"

Bisma berhenti ketika pel nya menyentuh kaki Erika. Ia kembali menatap Erika dengan senyumannya. "Dan gue percaya suatu saat nanti lo gak mau kehilangan gue"

"Ihh mulai halu lo!" jawab Erika mendelik, Bisma tertawa puas dan melanjutkan pekerjaan yang hampir selesai

"Setidaknya halu gue gak ngerugiin orang lain sih gak masalah. Selama halu gue tentang lo juga.. jangan jadi masalah ya buat lo"

"Lo lama-lama ya gue sumpel pake globe tahu rasa!"

"Jangan galak galak deh sama suami Erika. Itu dosa besar"

"Bodoamat!" Erika menenteng tas nya keluar lab hal ini membuat Bisma kesal sendiri sebab sedari tadi gadis itu hanya membenarkan posisi meja, mengelap barang barang praktek termasuk patung organ manusia, mengelap meja dan sudah itu saja. Berbeda dengannya yang menyapu, mengelap, mengepel memerat air pel lan.

"ERIKA!!! BERANI BANGET LO SAMA GUE"








Ah sampai sini, bagaimana? Masih sanggup membacanya?

ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang