•~Setidaknya menitikan air mata membuat mu merasa lebih lega, itu lebih baik~•
Erika menyimpan ponselnya berniat untuk mengubur kesalahannya. Ia melihat Anggun yang berusaha bangkit dari tidurnya dan sssegera gadis itu membantunya.
"Sayang...mama haus, ambilin minum bisa?"
"Bisa ma. Sebentar"
Erika pergi membawa segelas air putih dari dapur lalu ia kembali dan memberikannya. Kedatangan Afgan dengan dua kantong keresek membuat Anggun buru buru meneguknya dengan cepat dan menyambut kedatangan Afgan.
"Sayang....kamu bawa apa?"
"Aku beli buah buahan sayang. Buat calon bayi kita, Erika? Kamu sudah tahu mengenai kehamilan mama?"
Erika mengangguk, "Usah yah, tadi mama cerita kok"
Afgan tersenyum senang mendengarnya, "Syukurlah. Oh iya, ini ada makanan buat kamu"
"Apa yah? "
"Kentang goreng, burger, sama minumnya juga ada"
"Ah makasih banyak yah, kalo gitu Erika ke kamar ya"
"Iya, sama sama" Anggun pun ikut tersenyum melihat Erika yang sudah berlalu membawa hadiahnya.
**
Bisma mulai menaikan kecepatan motornya, hingga akhirnya Bisma berhasil memotong jalan Fanya. Ia membuka helmnya dan segera meminta Fanya untuk turun
"Fan..Fanya turun"
Fanya menurunkan jendelanya malas.
"Kenapa?""Lo kenapa pergi gitu aja? Ada masalah bilang dong. Jangan seenaknya pergi. Lo kira cuman lo aja yang kecewa?"
"Lo gak tahu apa apa tentang gue. Gue emang ada urusan Bisma" nada Fanya masih bersikap normal, ia memalingkn wajahnya kegagang stir kembali
"Lo boleh bohong sama semua orang, tapi enggak sama gue Fan. Gue tahu lo, dan gue bisa baca gerakan lo. Dan gue bisa baca dari wajag lo" tukas Bisma memopang dagunya dengan santai di samping jendela
Fanya mendelik, ia mulai menaikan kaca mobilnya dan membiarkan Bisma diluar sana dengan angin dingin yang terus meresap ketubuhnya
Brakk
Sebagian motor Bisma Fanya tabrak dengan mobilnya, Bisma hanya bisa berdecak kesal dan membangunkan motornya yang tidak berdaya. Ia akan mengikuti kemanapun Fanya pergi. Khusus malam ini
"Maafin gue Bis. Lo bukan siapa siapa dihidup gue, gue gak mau ada campur tangan apapun dari lo" bisik Fanya ditengah setirnya. Ia menyesal jika telah merusak barang milik Bisma, namun itu balasan jika Bisma masih terus ikut campur degan urusannya.
Bisma masih dibuat bingung dengan keberhentian mobil milik Fanya di RS. Lantas ia tak pernah berkunjung kesini, namun saat matanya menatap tulisan "KEJIWAAN" Bisma dibuat ambigu. Fanya mengusap wajahnya dengan sedikit make up, ia keluar dengan dress yang dibawanya dan ransel dibahunya.
Itu Fanya? Batin Bisma bertanya tanya. Fanya terus berjalan kedalam entah untuk apa Bisma kurang tahu. Tepatnya cowok jangkung itu menunggu kepulangan Fanya dari dalam. Hanya 20menit berlalu Fanya dibuat terkejut saat Bisma menyender di mobilnya dengan menatap langit yang gelap. Tidak ada Bintang, ataupun Bulan. Ini benar benar gelap, hanya lampu yang meneranginya
"Bisma? Lo ngapain disini?!"
Bisma menatap Fanya dengan datar. Seketika tubuhnya masuk kedalam pelukan Fanya dan sampai membawa gadis itu terbang keangkasa. "Bis.."
"Jangan dulu dilepas. Gue nyaman kayak gini" Bisma masih memposisikan yang sama seperti tadi. Memeluk Fanya dengan cara sepihak dan menunggu gadis itu membalasanya.
Fanya mendorong tubuh besarnya, ia menahan air matanya yang kian meleleh. "Gue gak suka cara lo kayak gini"
"Biar ini jadi rahasia Fanya. Gue ada di posisi lo. Dan lo bebas menangis sepuas lo"
Akhirnya. Benteng yang dibuat kian lama bertahun tahun roboh seketika saat Bisma menawarkan dada bidangnya untuk Fanya.
Fanya akhirnya memeluk Bisma dengan sigap, sedikit tekanan membawa pria itu terus masuk kedalam tubuhnya. Fanya menangis hebat tanpa jeda. Ia terus melelehkan air matanya yang tak kuasa lagi untuk ia tahan. "Gue-gue, gue gak bisa tahan ini semua Bis"
"Nyokap gila karena bokap, dan bokap pergi gitu aja Bis! Gue benci sama dia! Dan lo tahu, korban disini gak cuman nyokap! Tapi gue Bis! Gue!"
"Percuma gue punya segalanya, tapi gue sendiri gak punya keluarga yang utuh, gak punya temen sebaik lo semua orang takut sama gue Bis! Semua orang takut! "
Bisma semakin mengeratkan tubuhnya, tangan kanannya yang terus mengusap kepala gadis itu. "Gue boleh nanya? "
Ada atau tidak jawabannya, Bisma akan tetap bertanya tentunya. "Kenapa lo berubah? Maksud gue-jadi lebih ke peminim"
Perlahan Fanya merenggangkan tubuhnya, sesekali tangannya mengusap air mata yang sudah membanjiri wajah cantiknya. "Di depan nyokap, gue bukan Fanya. Tapi Angel, adik gue"
"Lo kembar? "
"Nggak, nyokap lebih merhatiin Angel dibanding gue. Dari dulu, nyokap udah bedain kita. Dan-gue ngerubah diri gue kayak Angel, alhasil nyokap sayang sama gue. Tiap kali gue kesini, lo lihat kan? Seberapa penting nyokap dihidup gue sampe gue bela-belain kayak gini. Nyokap bangga pada anaknya yang bisa merias diri"
"Gue kayak gak ada harganya dimata nyokap, gue udah kayak bukan siapa-siapa lagi kalo jadi diri gue."
Fanya kembali memeluk Bisma kedua kalinya, jujur ini kali keduanya ia bercerita tentang keluarganya.
"Menangislah, setidaknya buat diri lo lega. Jangan terus ditahan, gue tahu lo juga punya hati sama kayak gue"
Bisma tak berujar serius ia terus terkekeh membandingkan dirinya yang mempunyai hati
"Iya sih, semua orang bisa masuk kedalamnya. Iya kan playboy? " tanya Fanya menaikan sebelah alisnya
Bisma menaikan bahunya acuh, iya juga sih bila dipikir-pikir. Pikirnya
Huwaaaaa, oh ya teman-teman. Sebelumnya mohon maaf akan ada perbaikan part ya. Jadi mohon pengertiannya:) oh ya, aku juga tidak akan mengubah jalan ceritanya kok. Hanya di perbaiki kata-katanya saja
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Teen Fiction| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...