•~Terkadang keras menunjukan bahwa kita peduli~•
Bisma tidak mendapati Fanya dirumahnya, pasalnya rumah Fanya tidak menadakan ada seseorang didalamnya. Dimaklum saja Fanya tinggal sendiri tanpa siapa pun. Makannya ia brandal karena kurang perhatian.Drtttt
Bisma yang mencekal hp nya mengangkat telepon tanpa bertanya tanya.
"Hallo, selamat siang. Apa benar ini dengan sodara Bisma? "
"Iya saya sendiri"
"Kami dari pihak rumah sakit Medika, ingin memberitahukan bahwa pasien atas nama Fanya Antarisko sedang dirawat di ruang 452"
"Oh iya sus, terimakasih. Saya segera kesana"
Bisma bersyukur masih diberi keringanan, ia melajukan motornya untuk menyusul Fanya sesuai pesannnya tadi.
Sesampai di rumah sakit Bisma tidak lupa membawakan buah beserta roti dan susu yang dibawanya khusus untuk Fanya. Ia melakukan ini karena sayang
Bisma mendorong pintu ruang rawat dengan pelan, memperlihatkan tubuh kecil yang tidak terurus itu sedang berbaring rapuh diatas kasur
"Fan..gue dateng. Sorry gue telat" Bisma mencium aroma harum dirambutnya, meski terlihat absurd Fanya tetap bersih dan wangi. Hanya wajahnya dan penampilannya yang tidak bisa meyakinkan.
Bisma menyeret kursi untuk lebih dekat dengan kasur yang ditiduri Fanya. Ia memperhatikan wajah Fanya yang semakin hari semakin menyendu dan pucat pasi. Bisma tidak habis pikir, masih ada saja orang yang tidak menyayangi dirinya sendiri
"Bis..lo dateng" suara purau membuat Bisma mengerjapkan matanya, ia mencium bau alkohol dimulutnya.
"Lo minum lagi? " kini tatapan marah Bisma membuat Fanya menyesalinya. Gadis itu merapatkan kelopak matanya erat. Sungguh ia takut jika Bisma meninggalkannya setelah ini
"Gue gak bisa buat nahan diri gue Bis. Gue candu"
"Tapi candu lo buat lo menderita Fan! Kurang apa sih gue ngasih tahu lo! " Bisma membentaknya dan ini kali pertamanya Bisma terlihat tegas didepan Fanya.
"Gue keras karena gue peduli! " sambungnya dengan penuh amarah.
"Ya karena lo gak ada buat gue! Gue frustasi kala itu. Lo gak ada malam kemarin. Lo kemana? Gue butuh Bis! " Fanya sama menekan kan perkataannya namun ia tak pandai menangis, hatinya sudah membatu
"Gue punya kesibukan sendiri Fan. Gue bingung sama diri gue sendiri, pertama gue gak kenal lo, kedua lo bukan siapa siapa gue, dan ketiga gue gak tahu sendiri kenapa gue bisa peduli sama lo! "
Bisma mengacak rambutnya frustasi. Meredakan amarahnya dengan menidurkan tubuhnya diatas sofa. Ia menangis dalam diamnya, menangis sebab ia tidak bisa menjaga Fanya seutuhnya.
"Gue gagal jadi cowok!"
Bisma menutup wajahnya memerah, ia benci pada dirinya sendiri. Padahal ini bukan sepenuhnya salah Bisma.
"Lo gak pernah gagal buat jadi cowok Bis! Tapi gue..yang gagal jadi manusia"
**
Griyyan nampaknya mengerutkan keningnya saat mendapati pesan dari Edo. Edo memerintahkan Griyyan untuk membantu dirinya mencari Fanya. Sebab guru-guru pun sepertinya sudah tidak perduli, toh Fanya datang kesekolah sendiri dan tak pernah sekalipun diberikan keterangan identitas hidupnya
"Gimana caranya gue nyari Fanya. Gue sendiri juga gak tahu"
Griyyan bangkit dari tidurnya, melihat fotonya bersama Bisma di zebra cross. Keduanya nampak tertawa dengan merangkul satu sama lain. Padahal kendaraan yang masih menunggu lampu hijau masih bersedia memperhatikan mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Novela Juvenil| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...