•~Kecewa datang saat orang yang kita anggap special ternyata tidak menganggap kita special~•
Erika membuka pintu lalu menutupnya kembali. Gadis itu mulai melepas alas kakinya dan menyimpannya di rak sepatu seperti biasa. Melihat mamanya yang sedang membaca majalah sama sekali tak menyambut kepulangan Erika
Tidak biasanya mama kayak gini
Pikir Erika, ia memilih untuk menghampiri wanita itu dan berniat untuk bersalaman
"Ma,"
Beliau hanya membalas ciuman tangannya kemudian kembali membaca majalahnya. Merasa Erika sedikit diacuhkan beliau baru memanggilnya "Erika"
Erika membalikan badannya pasrah, mengulum bibirnya kesal karena sudah tak di perhatikan kembali.
"Kalo mau makan ada dimeja, sisain buat Ayah ya. Sengaja buat sedikit soalnya mama lagi gak enak badan, kamu tahu gak-"
Namun ucapannya terhenti saat menampakan sosok laki-laki yang baru saja datang membuka pintu umum dengan wajahnya yang panik
Hanya ada pertanyaan, ada apa sih? Kenapa semua orang berubah? Itu yang harus dipertanyakan
"Sayang....loh kamu baik baik aja? Bukannya tadi kamu bilang kamu pusing mual mual ya?"
Anggun hanya tersenyum menyimpan majalahnya dan mulai berlari memeluk suami tercintanya. Erika hanya bisa melihat mereka dari balik pintu kamar, melihat kemesraan dari pasangan suami istri yang hanya dikaruniai Erika saja.
"Loh kenapa sih? Coba ceritakan"
Anggun masih senang dengan takdirnya sekarang. Ia melepas pelukannya dan menyimpan kedua tangannya di pipi Afgan
"Sayang...ternyata aku salah. Kata dokter aku gak sakit, tapi....aku hamil" girangnya membuat Erika tercengang hebat.
Hamil? Setelah 10tahun lamanya mereka menikah, dan sekarang diberi momongan?
"Kamu serius?"
Anggun mengangguk semangat, ia kembali memeluk dan mendapat balasan pelukannya dari Afgan
"Iloveyou"
**
Dalam bisingnya volume musik membuat suara Fanya tak bisa memantul dengan jelas. Ia menyipitkan matanya karena silau dengan lampu di sekitarannya.
"Erika mana Fan?" tanya Bisma disela makannya. Fanya menepuk dahinya, ia mulai membuka ponselnya berniat untuk menelpon sahabat barunya itu
"Iya gue lupa. Astaga, kenapa lo baru bilang sih"
Untung saja Fanya pernah menyalin nomor Erika diam diam dihp nya. Mana sempat gadis itu meminta nomor Erika secara Erika saja selalu tertutup dengannya.
"Nyambung gak?"
Fanya menggeleng, namun sedetik kemudian ia mengangguk membuat Griyyan yang berada disamping Bisma ikut memprotes
"Ini anak sinting apa gimana sih Bis? Tadi geleng geleng sekarang iya. Gimana sih"
"Gue juga belum percaya kalo dia manusia "
Erika menurunkan tangannya dari tangan Anggun, membuat wanita yang setengah tidur itu. Ia sedikit memajukan badannya untuk meraih ponselnya diatas meja
Sedikit melirik Anggun yang masih tertidur kesempatan Erika untuk mengangkat telepon dari nomor yang tidak diketahui
"Lo dimana sih?" semprot Fanya membuat Erika sedikit menjauhkan ponselnya
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
أدب المراهقين| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...