Ke-Delapan

38 10 5
                                    

•~Masih banyak kok manusia baik di dunia, kamu aja yang kurang luas mainnya~•

"Huwaaaa..."

"Kamu masih ngantuk aja Erika. Kenapa?"

"Mm gak papa ma. Kayaknya Erika perlu tidur lagi hehe"

Beliau tersenyum karena mengerti kondisi Erika yang terlihat lelah, Erika beranjak dari meja makan dan memilih untuk tidur kembali

"Oh ya, semalam kamu diantar siapa? Kok mama gak tahu ya? Ayah bilang kamu diantar sama cowok"

Erika mematung, ia lupa bahwa Ayahnya semalam mempergokinya diantar cowok. Untung saja Bisma langsung pulang, coba saja cowok itu turun dulu dan berasalaman bisa abis Erika dibasmi mereka

"Temen Erika ma. Erika tidur dulu ya"

"Oh yaudah, lain kali kamu bilang kalo mau ganti jadwal les biar ayah bisa jemput. Mama kira sih ayah jemput kamu semalam soalnya ditelpon gak nyambung terus kalian"

Erika kembali menguap ia memilih memasuki gua nya yang menjadi tempat fav sepanjang hayatnya. Pajangan wajah cantiknya ia pantulkan pada cermin sebelum benar benar ingin masuk kedalam kasur lagi

"Aneh ya kenapa gue jadi mau akrab sama si Bisma. Secara diakan cuman modus doang"

Erika meraih satu bingkai foto yang berisikan dirinya dengan Egi satu tahun yang lalu saat Annive.

"Diinget inget alay juga gue kayak gini"

Erika melepaskan gambar dirinya bersama Egi didalam bingkai, ia juga memisahkan fotonya bersama pria yang sulit baginya untuk dilupakan.

"Nah gini kan bagus, lo cocoknya sendiri Eg jangan sama gue. Gue gak pantes buat lo, ambil positif aja sih"

Erika tidak ingin tidur kembali setelah melihat foto Egi. Entahlah seleranya berganti pagi ini

**

"Bis, kamu ada lihat laptop papah gak sih? Semalam papa naro dikamar kok gak ada yah"

Bisma belum menjawab, ia masih menghabiskan rotinya setengah lagi. Dengan seulas slai cokelat nan manis tak mampu membuat Bisma rela menghabiskan rotinya dengan cepat

"BISMA!"

"Iya pa, Bisma denger yaelah"

"Lihat?" tanyanya memastikan. Bisma menggeleng antusias

"Enggak. Lupa naro kali"

"Kamu ini papa tungguin kirain lihat"

Griyyan berjalan dari arah kamar mandi dengan sedikit rambutnya yang terus bercucuran air. Cowok itu hanya menganakan kolor dan kaos polos

"Gry lo lihat laptop punya bokap gak?" Griyyan yang terus mengacak rambut basahnya hanya bisa menggeleng

"Laptop? Yang mana?"

"Itu..emang yang mana lagi sayang"

"Najis lo jijik" jawab Griyyan amit amit diikuti Bisma yang terkekeh pelan

"Oh iya papa lupa. Udah udah, kayaknya dikantor deh ketinggalan. Berarti harus cepat kesana nih"

Griyyan seolah menjadi anak bawang hanya menutup keningnya pening. Melihat keduanya yang terus seperti ini sudah menjadi biasa dikehidupannya

"Receh lo sumpah"

"Dih. Bokap gue tuh yang receh, noh lo lihat sendiri yang lupa bokap"

"Ya terus kenapa gak lo bantu cari?"

"Ya kan gue nanya dulu ke lo, siapa tahu aja lo tahu terus kalo tahu tinggal nyuruh lo deh haha"

Griyyan mendelik tidak suka, ia melangkah pergi meninggalkan Bisma yang terus menertawakan yang sama sekali tidak lucu. Sampai sampai membuat dirinya tersedak dan bersegera minum untuk menghilangkannya

Erika keluar dari kamarnya dengan mengenakan jeans pendek juga rambut yang dibiarkan terurai ditambahi bondu diatasnya

Ia sudah siap menerkam pahitnya perjalanan dunia. "Ma, Erika pergi dulu"

Tidak ada sahutan dari sebrang sana, ah mungkin Mayang sedang ke pasar atau tidak ke toko mengambil pesanan.

"Oke ma."

Teriakan Erika seperti orang gila saja, padahal sedari tadi tidak ada orang dirumah selain dirinya

Ia mulai melambaikan tangannya melihat angkutan umum yang mengarahnya. Tidak lupa tangannya yang terus menggenggam laptop dan aerphone membuat dirinya menjadi sorotan kejahatan sepertinya jika harus di tengteng seperti ini

"Neng, mau kemana?" Erika dibuat kaku, ia sepertinya salah server. Tiga pasang mata mengarah pada tubuh dan laptopnya

"Bang kiri bang."

Angkot berhenti di depan halte, Erika menyerahkan uangnya dan bersegera turun. Segerombolan orang dari lawan arah membuat Erika sulit untuk melawannya

"Aww..permisi dong"

"Arghh.. ..permisi dong, budaya antri"

Erika terus menyelip hingga membuat nafasnya lega. "Huwaaaaa"

Sepertinya ketiga pria tadi tak mengejarnya. Syukurlah mereka hanya modus saja tidak berniat menjahatinya

"Gara gara mereka gue harus jalan deh. Mau kemana sih gue sebenernya"

Erika terus mengerutuk sepanjang jalan, ia hanya mengikuti pinggir jalanan besar yang semakin siang semakin panas.

Erika mendorong pintu kaca yang bertulisan BUKA. Ia masuk mencari tempat kosong untuk tongkrongannya.

"Coffuccino satu ya"

Erika mulai megeluarkan laptop dan aerphonenya. Ia mulai menyambungkan wifi pada toko tersebut. Namun wifi tidak tersambung, sang pengguna pasti sudah menggantinya

"Kenapa gak nyambung sih" gerutunya mulai kesal

"Permisi..ini pesanannya"

Erika mendongak memperlihatkan wajah manisnya. "Terimakasih mbak"

"Sama sama"

"Em mbak sebentar?!"

Pelayan yang mengenakan baju merah itu segera kembali dengan sopan. "Em maaf sebelumnya, mbak tahu gak kata sandi wiffi yang sekarang? Saya lagi perlu nih mbak hehe"

"Oh, biar saya bantu ya mbak"

Setelah wiffi nya tersambung Erika berterimakasih banyak. Ternyata masih ada manusia baik di muka bumi ini.


ERIKA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang