•~Kenapa ya? Rasa yang diabaikan justru malah semakin menumpuk untuk diperhatikan~•
Suster cantik telah mengganti cairan infusan. Hal ini membuat Fanya berdecak kesal sebab tangannya kembali linu jika harus diganti.
"Bis.. "
Bisma yang tengah tertidur dipaksa bangun karena panggilannya. Ia melihat Fanya yang memainkan selang infusan karena merasa gatal ditangannya
"Hm.. "
Masih dengan mata menyipit Bisma membasuh wajahnya dengan air. Ternyata setelah isya tadi ia tidur setengah jam. Bisma mengakhiri kontak matanya pada jam yang melingkar ditangannya, ia kembali ke kasur Fanya yang masih dengan posisi memainkan selang infus
"Kenapa? "
"Kok gue gatel ya. Tapi linu juga"
"Yaelah di infus doang lebay, hapus tato aja lo gak linu" sindir Bisma membuat Fanya mendelik
"Itu sakit bukan linu lagi oon! Udahlah gak usah ngungkit gue yang dulu"
"Hm.. Emang gak mau sih"
Fanya menarik tubuhnya untuk bersender pada tembok. Melihat Bisma yang senantiasa membantunya membuat Fanya merasa lebih lega.
"Bis.. Kok tiba-tiba gue kangen si Griyyan sama si gendut itu tuh siapa sih gue lupa"
"Oh, Edo maksud lo? "
"Nah iya, mereka apa kabar sih? Gue mendadak kangen mereka"
Fanya melamun, mengingat kejadian yang selalu membuatnya darah tinggi. Tidak lain adalah Griyyan. Momen bersamanya akan selalu menjadi ingatan sepanjang masa, sebab setelah ini jika Fanya diberi kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang baik ia akan memutuskan untuk pergi dari kota ini. Dan tidak lain, melupakan semua kenangannya
"Fan!"
Fanya menoleh melihat Bisma yang memakai jaketnya. "Kenapa lo? "
"Gue mau balik dulu bawa baju. Ntar gue kesini lagi"
"Hm. "
"Lo mau nitip apaan? "
"Gue gak mau nitip. Gue mau ikut aja" Bisma mendekat melihat Fanya yang so cantik itu dengan sentilan kecil didahinya
"Anjir bangsat ya lo! "
"Ogah"
Fanya tertawa setelah Bisma pergi, meski keningnya sedikit pusing dan sakit atas sentilan Bisma ia masih bisa tahan. Sebab Bisma seperti itu sudah hobby nya, dan Fanya akan membalasnya dengan lebih nanti
**
Erika membuka diary nya kembali, melihat hanya dua lembar yang ia isi.
"Kira kira gue nulis apa lagi ya.. Bisma lagi gitu? "
Erika tersenyum, sepertinya cowok itu menjadi jawabannya sekarang. Kini Diary yang tak pernah ia lirik sebelumnya akan menjadi bahwa Erika mencintai Bisma hari ini
Dear Diary
Malam ini entah mengapa seperti ada yang mengganjal. Bukan bonteng ataupun kaleng, tapi perasaan. Mulai detik ini aku mengakui, bahwa aku mencintai Bisma.
Erika membaca ulang kalimatnya, mengingat notabenya yang selalu ketus pada Bisma, masa iya harus kalah dengan perasaan bapernya? Bisma kan playboy, sebaiknya ia harus memikirkannya kembali
"Dirobek sayang, kalo dibiarin nanti si Bisma baca. Bodo amat deh lah"
Erika membuka lembaran selanjutnya menulis dengan betul betul.
KAMU SEDANG MEMBACA
ERIKA [TAMAT]
Fiksi Remaja| PERBAIKAN | MOHON MAAF BILA BANYAK TYPO Ketika kamu percaya bahwa tidak ada sahabat sejati di dunia ini, lantas apa yang kau pikirkan setelahnya? berteman dengan kemunafikan? atau berteman dengan kebohongan belaka? -Erika- Namun, seorang Bisma ya...