RF.05

36.4K 6K 697
                                        

©dotorijen
-

Vote ya ^^

Jaehyun masih menunggu Taeyong untuk berhenti menangis dan uring-uringan di kamarnya. Benar, sampai pagi menjelang, pria mungil itu masih mengurung diri di dalam kamar dan terus menghindarinya.

"Sudah ya? Aku boleh masuk?" kata Jaehyun di depan pintu.

"TIDAK!!"

Oh Tuhan, untung saja jantung gumiho itu kuat. Jaehyun menggosok bawah hidungnya, ini cukup rumit.

"Lee, dengar, aku tidak akan berbuat apa-apa."

"KAU HAMPIR SAJA MEMBUNUHKU!"

"Iya maaf, aku tidak sengaja. Aku sedang dalam kondisi yang buruk dan emosiku tidak stabil. Aku akan menjelaskan semuanya dan melakukan apapun yang kau suruh setelah kau berhenti menangis dan membiarkanku masuk."

Jaehyun mendekatkan wajahnya ke daun pintu, mencuri dengar apa yang sedang pria itu lakukan. Telinganya yang lebih peka, bahkan tidak kesulitan untuk menangkap segukan kecil dan deru napas di dalam sana. Taeyong benar-benar menangis rupanya.

Jaehyun tersenyum begitu mendengar derap langkah kaki mendekat.

Pintu terbuka.

Wajahnya muram, hidung dan matanya merah muda, sembab. Jelas pemuda manis itu masih ketakutan juga. Jaehyun meredam tawanya, si mata bulat terlihat imut jika marah.

"Boleh aku bicara lagi?" tanya Jaehyun.

Taeyong meliriknya sekilas, tidak menjawab hanya mengangguk lemah.

Mereka duduk di ruang tengah, dengan jarak yang dibuat Taeyong berjauhan tentunya. Pria itu masih waspada dengan bantal bulu angsa sebagai senjata.

"Dengar, aku tidak akan melukaimu, sungguh. Yang kemarin itu aku tidak sengaja, maaf. Aku gelap mata, kau tau ketika wujudku berubah, hanya sekitar 35% dari kesadaranku sebagai manusia yang tertinggal, selebihnya aku dikendalikan oleh wujud asliku."

Taeyong memeluk bantalnya semakin erat. Jujur saja, ini bukan dongeng yang menyenangkan.

"Aku juga punya pekerjaan, tempat tinggal, dan kehidupan sebagai manusia biasa, hanya saja satu bulan yang lalu aku harus pergi untuk menyelamatkan anakku. Aku pergi ke hutan, tempat dimana aku menemukannya. Aku harus mencari manik anakku, namun semuanya terlambat, dia tak bisa bertahan dan aku pun berakhir dikejar hunter."

Taeyong diam saja, namun raut wajahnya melunak. Sejenak merasa iba kepada si pria berlesung pipi.

"Anakmu kau bilang? Kau sudah menikah?"

Jaehyun menggeleng. "Anak angkat, aku belum berhubungan dengan siapapun."

Tak tahu kenapa, Taeyong terdorong untuk mengulas senyum. Jawaban itu di luar dugaan, untuk seseorang yang amat rupawan dan dia masih melajang selama ratusan tahun. Luar biasa.

"Lalu sekarang kau tinggal dimana?"

"Di sini."

"Di... mana?"

"Di sini. Di rumah ini."

Taeyong mengerjap, lalu tertawa.

"Eyy... Jangan bercanda, biar kuantar ke rumahmu."

"Aku serius, ini rumahku."

Menit berlalu dan Taeyong masih diam mematung. Bingung.

***

Sudah tiga hari. Ya tiga hari, mereka makan, tidur, mandi, menonton, dan melamun di bawah satu atap yang sama. Taeyong baru berpacaran satu kali, itu pun waktu SMA dan tidak bertahan lama. Dia belum pernah membawa pacar ke rumah atau menetap dengan orang asing dalam waktu yang lama.

Ini canggung, tentu saja. Dia merasa tak leluasa melakukan aktivitas sekalipun di rumahnya sendiri.

Taeyong melirik si pria bermarga Jung dengan gusar. Dia masih asik mengunyah sosis panggangnya. Benar, satu kebiasaan Jaehyun yang Taeyong tahu, setiap sore pria itu akan memanggang sosis dan memakannya di depan TV dan saluran TV Favoritenya adalah KBC, acara Battle Trip.

"Hey, kau belum mau pergi dari sini?" kata Taeyong, tiga hari dia menahan pertanyaan itu.

"Kenapa harus? Ini rumahku." jawab Jaehyun ringan, tanpa meliriknya.

"Aku sudah membeli rumah ini, mungkin kau kena tipu atau apapun itu tapi rumah ini sudah menjadi milikku, kalau kau tidak percaya, aku punya bukti tertulis." jelas Taeyong.

Jaehyun melahap potongan terakhir sosisnya, mengunyah dan menelan. Belum dia menjawab, pria itu pergi ke dapur lalu kembali dengan satu kaleng bir.

Setelah membasahi kerongkongannya dengan cairan beralkohol itu, Jaehyun duduk dengan tenang di samping Taeyong.

"Memang, ini rumahmu." katanya.

Taeyong mengernyit, menatap tak suka. "Lalu kenapa kau masih diam di sini!?"

Jaehyun menarik sudut bibirnya, menyeringai. "Mau kuceritakan satu rahasia lagi?"

Permukaan sofa di sampingnya semakin turun seiring bertambahnya beban yang menimpa. Taeyong menjauh sementara Jaehyun mengikis jarak.

"Apa lagi?" cicit Taeyong.

Yang ia terima hanya senyuman lebar, sampai cacat di pipinya terlihat.

Ya Tuhan.... apa lagi?

-

To be continued...

Ayo main tebak-tebakan lagi 🙃

Mau nunggu votenya rata dulu 100+ baru up lagi 🤧

Mata Jaehyun kalo lagi normal kayak gini, silver grey gitu warnanya, kalau lagi dalam sosok gumihonya dia warna merah darah kayak di cover book ini 😚 ganteng gak? 🙃

Mata Jaehyun kalo lagi normal kayak gini, silver grey gitu warnanya, kalau lagi dalam sosok gumihonya dia warna merah darah kayak di cover book ini 😚 ganteng gak? 🙃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(source : unknown)

Terima kasih sudah membaca.
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang