RF.10

31.7K 5.1K 212
                                    

©dotorijen
-

Siang bolong, bukan waktu yang tepat untuk berlari di atas aspal dan menembus hawa 36 derajat. Semakin siang semakin panas rasanya, ini belum puncak. Biasanya Seoul dapat menyentuh suhu 40 derajat, gila.

Jaehyun membiarkan peluh mengucur, membasahi kain putih pada tubuhnya. Mobilnya dibiarkan dekat halte, gang menuju klinik Doyoung lebarnya tidak lebih dari 1,7 meter jadilah ia menggunakan kaki untuk mencapai tujuan.

Denyut jantungnya tidak seribut tadi dan rasa sakit itu perlahan reda walau masih menyengat. Si lesung pipit menarik napas, dia tahu keadaan Taeyong juga akan serupa. Detik itu juga Jaehyun mengambil langkah cepat, melewati lorong putih dan berhenti di depan pintu abu-abu.

Dia mendorong pintu dengan normal namun tetap membuat penghuni di dalam terhenyak.

"Ada apa Jaehyun?" Doyoung bertanya namun Jaehyun langsung mengunci tatapannya kepada si pria berkacamata.

Sudut matanya menajam, begitu rahangnya mengeras.

"Dimana Taeyong?" suara Jaehyun terdengar dalam.

Satu pertanyaan itu membuat alis Jackson Wang meninggi sebelah, ia terusik namun lebih penasaran lagi dengan hubungan si pria lesung pipit dengan mantan kekasihnya.

"Di toilet, kau tunggu saja-"

Jaehyun memotong ucapan Doyoung dengan langkah tegas yang diambilnya, ia cepat-cepat menerobos masuk ke dalam toilet, membiarkan Jackson yang sudah berdiri dengan mata dan batin membara.

"Taeyong? Ini aku Jaehyun." ucapnya di depan pintu lalu ketukan pelan menyusul.

Tidak ada sahutan dari dalam.

Jaehyun masih berdiri kukuh di depan pintu, tidak terdengar apapun selain bising keran. Namun tak lama knop pintu pun berputar. Wajah manis dengan surai hitamnya menyumbul setengah, rautnya kaku dan pias.

"Kita pulang saja." kata Jaehyun menarik satu tangan Taeyong yang menggantung lemas.

Jaehyun cukup tahu sopan santun untuk tidak melewati dua orang di sana dan menyeret Taeyong pergi begitu saja, pria itu menempatkan Taeyong di belakang punggung sebelum bersuara.

"Maaf, saya harus membawa Taeyong pulang, kondisinya sedang tidak sehat. Dokter, tak masalah?"

"Uh... Kenapa dia tidak bilang dari awal kalau kondisinya sedang buruk? Kita bisa menunda pertemuan ini, benar kan Mister?"

Jackson tersenyum kecut walau sebentar lalu berkata dengan kecewa. Sorot matanya menusuk, menatap sarat akan sesal dan marah.

"Sebenarnya aku juga sibuk, tapi untukmu, aku bisa mengatur ulang pertemuan kita di lain waktu." Jackson berujar, netranya menatap telak iris kelabu Jaehyun.

Doyoung seperti berdiri di antara dua kubu, tanpa senjata dan ketakutan. Dia pun mencicit. "Baiklah, saya akan menghubungi Anda, Mister."

"Tidak usah, pertemuan ini batal dan tidak akan ada pertemuan lainnya. Kami pamit." Jaehyun mengangguk, memutus kontak sepenuhnya dengan si Pria Wang yang sekarang jelas sedang meradang.

Jaehyun berhasil membawa Taeyong pergi. Sekarang dia aman dalam genggamnya.

Mereka akan menghabiskan waktu di rumah, berbicara sampai tuntas agar hal seperti ini tidak terulang dan membuat mereka kerepotan.

***

Seseorang datang dan menoreh luka di tempat yang sama. Perih sekali rasanya. Taeyong ingin memaki semesta, melontar pertanyaan, kenapa pula mereka harus dipertemukan.

"... Seperti itulah."

Pernyataan mantan kekasih cukup membuat Jaehyun mengurut pelipis. Jadi itulah kenapa tadi siang dadanya seperti mau meledak.

"Dan kau masih menyukainya?"

"Tidak."

Meski merasa miris, Jaehyun tersenyum saja menanggapinya.

"Jadi kurasa dia memang masih menyukaimu. Tapi seperti katamu, kau tidak."

Taeyong menunduk, tidak mengiyakan tidak menampik juga. Ia diam saja, membiarkan Jaehyun menebak sendiri.

"Kenapa? Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan lagi? Katakan, aku mendengarkan."

Jaehyun menunduk, mengintip di balik anak rambut yang terjatuh lambat.

"Hey?"

Taeyong masih segan bicara, takut isakan di ujung lidahnya ikut keluar. Namun sesak itu semakin berlebihan dan Taeyong akhirnya tak mampu menahan. Ia mengangkat kepalanya dengan jelaga di mata.

"Jaehyun, peluk aku." pintanya putus asa.

Jaehyun dengan senang hati membawa raganya dan memeluk erat. Disesapnya harum lembut pada surai hitam di bawah dagu, sedikit mengusalkan ujung hidungnya dan mengecup ringan.

"Taeyong, menangis saja." dia berbisik.

Dengan seizin Jaehyun, tangisnya pun pecah. Tanpa tahu malu ia meraung kencang di dada. Taeyong merasa hancur, Jaehyun juga.

-

To be continued...

Ternyata Jackson Wang gais, hehe maaf bang rasanya kamu cocok jadi si orang ketiga di sini :'

Kenapa dada mereka sakit? Karena mereka terikat oleh manik Jaehyun dan selama mereka berbagi manik itu, baik si pemilik atau si penerima nggak bisa suka sama orang lain. Dan di sini kasusnya, pemirsa, ternyata Ty masih menyimpan rasa sama bang Jackson.

Tapi tenaaaang, karena cerita ini bukan soal pelakor-pelakoran, orang ketiga, cinta segitiga, atau semacamnya, jadi nggak bakal aku bikin ceritanya fokus ke sana. Santuy yhaaa 🙂🤙

Sampai di sini dulu. Jaga kesehatan ❤

Terima kasih sudah membaca.
Best regards,
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang