RF.24

21.8K 3.6K 794
                                    

©dotorijen
-

Satu bulan berlalu, kini usia kehamilan Taeyong menginjak minggu kelima. Jaehyun tidak kerepotan memenuhi keinginan si manis meski sesekali harus keluar jam sepuluh malam dan membeli sekantong bungeoppang.

Kehidupan mereka normal saja sejauh ini, tidak ada gangguan selain toilet mampet dan AC yang perlu diganti. Sudah cukup membuat hidup Taeyong yang semula seperti pelarian kini menjadi lengkap dengan segala hal yang membuatnya bahagia. Kehadiran Jaehyun adalah alasan utamanya.

Taeyong juga tidak lupa dengan janji orang tuanya, mereka akan datang pada musim dingin. Beruntunglah mereka sangat menyukai Jaehyun, dan ayahnya sudah begitu akrab sampai mengajak suaminya untuk berburu bersama.

Hal lain, Jaehyun terlihat lebih bersemangat setiap harinya, ia selalu membawa pulang setidaknya satu buah mainan. Sekarang di dalam kamar mereka terdapat kotak besar yang menampung semua mainan itu dan Jaehyun ternyata lebih banyak membawa mainan untuk anak laki-laki.

"Kau yakin dia laki-laki?" sore itu Taeyong kembali bertanya ketika Jaehyun menempatkan sebuah mobil remot di sebelah mainan kuda poni.

"Anak pertama tentu saja harus laki-laki." jawabnya.

"Dan kau yakin tentang hal itu?" Taeyong melipat tangannya, membungkuk untuk menemukan wajah sang suami.

Ini kesekian kalinya mereka berselisih tentang jenis kelamin anak mereka. Jaehyun selalu yakin kalau anak pertamanya adalah laki-laki namun Taeyong tidak begitu yakin.

"Kau tidak suka dengan anak laki-laki?"

"Bukan begitu, bagaimana kalau anak kita perempuan? Semua barang ini harus kita apakan nantinya?"

"Kita bisa menyimpannya dan menunggu anak laki-laki kita lahir. Kita bisa membuat anak laki-laki, tak perlu khawatir aku siap membuatnya lagi—"

Jaehyun segera menjauh saat kepalan tangan Taeyong telah mengudara dan siap mendarat di kepalanya.

"Aku bercanda." pria itu menatap dan tersenyum, "Baiklah, aku akan berhenti membeli mainan sebelum kita melakukan USG nanti."

Taeyong membantu Jaehyun membereskan mainan-mainan ke dalam kotak, tidak menolak juga jika anak pertamanya benar-benar lelaki tapi rasanya sayang jika semua mainan ini hanya tersimpan di dalam kotak andai anak pertama mereka perempuan.

Taeyong diam-diam tersenyum menyadari keseriusan Jaehyun dalam mengurus dirinya dan calon anak mereka. Dia pria yang tegas dan penuh perhatian, meski kadang terlalu protektif dengan apa yang dimilikinya.

"Jaehyun aku ingin makan semangka."

Kegiatan Jaehyun terhenti, kotak besar yang dibawanya sedikit terbanting ke lantai di sudut kamar.

"Semangka?" pria itu bertanya penasaran.

Seperti apa yang dia tahu, Taeyong tidak menyukai buah semangka. Jaehyun tersenyum begitu menyadari situasi, ia berjalan mendekat dan meraih pinggang sang istri.

"Dia benar-benar anakku." bisiknya sebelum mencumbu leher Taeyong dengan kecupan-kecupan dan hisapan kecil.

"Kau pikir dia anak siapa!" ujar Taeyong sedikit kesal.

Taeyong akan mendapatkan buah semangkanya, namun sebelum itu ia harus memenuhi keinginan Jaehyun untuk bermain sebentar di atas ranjang.

***

Pukul delapan malam, rasanya tubuh Taeyong pegal dan ia perlu membersihkan diri sebelum tidur karena lengket dimana-mana. Mereka menghabiskan waktu dua jam untuk bersenggama. Cukup melelahkan.

Seperti biasa, Taeyong menginginkan bungeoppang. Jadilah Jaehyun pergi keluar, tak membawa mobil karena kecepatan berlarinya sama seperti serigala hutan. Gelap malam membuatnya lebih leluasa menampilkan jati diri.

Taeyong menunggu di ruang tengah dengan jubah mandi dan segelas susu putih. Ia sedang rutin meminum susu kehamilan selain menjaga pola makan dan olah raga ringan. Semua itu juga tak lepas dari perhatian Jaehyun.

Dering telepon di kejauhan terdengar, Taeyong menatap bingung ponselnya yang tergeletak di meja depan.

Ternyata Jaehyun tak membawa ponselnya.

Benda itu tergeletak di nakas samping tempat tidur, layarnya menyala terang menampilkan nama kontak si pemanggil. Dengan ragu Taeyong menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Dok, anjingku terus memuntahkan makanannya lagi. Bagaimana ini?"

Genggaman tangan Taeyong pada benda pipih itu mengetat, ia tak tahu jika di luar jam kerja Jaehyun menerima panggilan konsultasi dari pasiennya juga. Taeyong tak bisa menjawab, ia tak tahu apa-apa soal itu.

Beruntung suara pintu terdengar, disusul dengan derap langkah cepat dari seseorang. Taeyong berbalik dan langsung mendapati sang suami dengan sekantong bungeoppang di tangannya.

"Maaf lama, antreannya panjang."

"Jaehyun."

Jaehyun mengerjap mendapati respon tak biasa dari sang istri.

"Pasienmu menelpon."

Pundak perkasa itu merosot, dia kira apa. "Oh... dari siapa?" ia bertanya sembari menyimpan bungeoppang ke atas meja lalu membuka jaketnya.

"Lee Naeun."

Dan Jaehyun menoleh cepat ketika nama itu disebut.

-

To be continued...


Ada yang masih penasaran sama misteri yang Jaehyun simpan?

Update lagi kalau vote tembus 250. Ramein kolom komentar juga kalau sempat (.◜◡◝) ♡

Terima kasih sudah membaca.
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang