©dotorijen
-Seperti janji mereka, Taeyong akan datang ke klinik Jaehyun jika ia memiliki waktu senggang. Harusnya tadi pagi mereka berangkat bersama, namun Taeyong mendadak dapat video call dari sang ibu. Bukan perkara penting, hanya menanyakan kabar dan pekerjaannya. Namun mereka nyaris menghabiskan waktu satu jam untuk membahas itu semua.
Pemuda manis itu tersenyum kecut, ia terpaksa berbohong kepada sang ibu soal kontrak kerjanya. Taeyong pikir, mulai saat ini ia harus benar-benar serius pada karirnya.
Setelah membersihkan rumah dan menyimpan bahan masakan mentah ke dalam kulkas, Taeyong lekas bersiap diri dengan setelan musim panasnya. Tak lupa membawa kotak bekal untuk Jaehyun. Sedikit banyak dia berharap kalau pria itu akan menyukai bekal buatannya.
Satu bulan lebih, waktu yang cukup untuk mengetahui apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh Jaehyun. Pria tampan itu sangat menyukai olahan daging, tidak begitu suka sayur, terutama daun bawang dan timun. Menyukai kopi hitam dan tidak bisa meminum susu rasa strawberry.
"Cha~ sudah siap! Ayo berangkat!" ia berseru seorang diri, kemudian beranjak dari tempat singgah yang mulai disebutnya sebagai rumah.
***
"Kau datang?"
Suntuk yang Jaehyun rasakan hilang seketika saat melihat siapa yang muncul di balik pintu masuk. Pemuda manis yang sangat dia suka. Tersenyum dengan bibir tipis dan mata bulatnya.
Taeyong mengambil satu langkah ke dalam, berdiri dengan kotak bekal yang didekapnya dengan kedua tangan. Ditatapnya si pria tampan yang sedang berjalan ke arahnya. Sesaat Taeyong terpesona, Jaehyun memang sosok yang begitu sempurna.
"Di sebelah kiri lobi ada satu ruangan, itu tempatku beristirahat, kau tunggu di sana ya?" Jaehyun mengusap lembut pipinya dengan jemari tangan, "Aku harus memeriksa dua ekor anjing yang terkena diare."
Taeyong tersenyum kemudian mengangguk patuh, lalu ia pergi menuju ruangan yang disebut Jaehyun barusan.
Di ruangan itu hanya ada satu tempat tidur, satu meja, dan sebuah lemari kecil. Pada satu bagian lemari yang tertutup pintu kaca terdapat guci kecil dengan satu buket bunga yang sudah agak layu. Taeyong menatap teduh, berjalan mendekat seraya mengangkat satu tangannya, menyentuh pintu kaca itu.
"Jung Jisung."
Taeyong menoleh, mendapati sosok tampan yang tampak gagah dalam balutan jas putihnya.
Pemuda manis itu hanya mengangguk, akhirnya ia bertemu dengan sosok yang selalu dikisahkan Jaehyun setiap malamnya. Anak yang patuh dan tangguh, meski keras kepala, sosoknya juga lembut dan perasa. Jisung pernah menangis ketika Jaehyun memberinya hukuman karena telah memburu binatang liar di hutan.
"Mau melihat fotonya?"
Taeyong mengangguk cepat dan Jaehyun segera mengambil sebuah album foto dari dalam laci.
Pada lembar pertama terdapat foto Jisung di bulan pertama Jaehyun menemukannya, anak itu terlihat kurus dan tak terawat, Taeyong menggigit bibir, mengernyit. Sesuatu seperti mencubit hatinya.
Kemudian pada lembar-lembar selanjutnya terlihat jelas perubahan yang signifikan pada Jisung. Tubuhnya terlihat lebih berisi, rambutnya dipotong pendek dan tertata rapih. Wajahnya sangat rupawan, orang akan percaya bila Jaehyun mengakuinya sebagai keturunan. Keduanya sama-sama tampan dan bertubuh tinggi.
"Oh ya Tuhan..."
Jaehyun melirik pemuda manis yang semakin menunduk di sampingnya. Benar saja, Taeyong merasa tak sanggup menahan tangisnya.
"Kau kenapa?" Jaehyun lekas menyimpan kembali album foto itu kemudian membawa Taeyong untuk duduk.
Dengan terisak, pemuda manis itu berkata, "Aku sangat ingin memeluk Jisung."
Jaehyun mengusap punggungnya kemudian membawanya ke dalam pelukan. Taeyong benar-benar menangis, Jaehyun dapat merasakan getaran dan mendengar bagaimana si manis terisak sambil menarik ingusnya berulang kali.
"Aku juga. Aku merindukannya sepanjang waktu, tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang? Menangis bukan jalan keluar dan Jisung tidak akan menyukai hal itu, anak itu selalu benci melihat orang menangis, kau tahu?" Jaehyun meraih wajah Taeyong, tak disangka, pemuda itu tersedu sampai kedua matanya memerah.
"Tersenyum untuknya, itu akan lebih baik. Terima kasih, .... sudah menyayangi Jisung." Jaehyun mencium kening si manis, membuat tangisnya reda.
"Jaehyun."
"Ya?"
Jaehyun dapat merasakan remasan kecil pada lengan bajunya.
"Kenapa? Ada yang ingin kau katakan?"
Kepala Taeyong yang bersandar di bahunya bergerak, menengadah untuk menatap sepasang iris kelabunya.
Pemuda manis itu berucap tenang. "Kau seorang Ayah yang hebat."
Ayah? Benar, tahta terhebat dan penuh tanggung jawab. Jaehyun tersenyum, ia sempat mewujudkannya.
Berharap suatu hari ada sosok kecil yang kembali memanggilnya Ayah. Dan Jaehyun semakin yakin bahwa Taeyong adalah pilihan yang tepat dalam hidupnya. Pemuda manis itu selalu berhasil membawa raganya yang jatuh, memberinya alasan untuk tetap hidup dan tersenyum.
"Terima kasih."
Jaehyun hanya mampu mencuri kecupan di bibirnya, memagut sebentar merah muda itu dan harus menahan diri untuk tidak meminta lebih karena baru saja ia mendengar suara pintu klinik terbuka.
Sial, Jaehyun rasanya ingin cepat-cepat pulang ke rumah dan mengerjai kekasih manisnya.
-
To be continued...
Aku masih kobam Jaeyong di Star Road huhu (╥﹏╥) mereka se-soft itu 😭
Terima kasih sudah membaca.
-Jen
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...