[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah?
Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan.
-
⚠...
Taeyong menggunakan kesempatan ini dengan baik, ia memasukkan banyak barang ke dalam troli sampai harus menambah satu troli lagi. Berkat jarak dari desa ke pusat perbelanjaan di kota cukup jauh, jadilah ia sekaligus membeli banyak dalam agenda berbelanja hari ini.
Doyoung meluangkan waktu untuk menemaninya ke kota, dokter itu tak banyak bicara ketika Taeyong mengajaknya pergi. Setelah dari Supermarket, Taeyong juga ingin menjajah makanan pinggir jalan dan kali ini Doyoung berani menolak karena langit yang semakin mendung.
Dokter itu menolak untuk berjalan di tengah cuaca dingin dan juga badai tampak akan datang tanpa peringatan. Belum lagi kondisi Taeyong yang masih rentan. Ia tak mau berakhir dengan disuntik vaksin anjing oleh Jaehyun nantinya.
"Masuk ke restoran atau cafe saja." kata dokter muda tersebut.
"Aku bilang jajanan pinggir jalan bukan restoran." Taeyong masih bersikeras.
"Tidak ada bedanya, Taeyong."
"Ada, kau tidak tahu bedanya dua makanan itu?"
"Hanya beda tempat pengolahan saja!"
"Rasanya juga berbeda!"
"Terserah, lihat hujan sebentar lagi turun!"
Taeyong menengadah mengikuti arah telunjuk Doyoung. Di atas sana langit memang sudah tertutup rapat oleh awan kelabu, suhu di sekitar pun turun. Taeyong memandang kecewa kawan dekatnya, dengan berat hati ia pun mengikuti Doyoung untuk duduk di dalam restoran.
Tempat ini jauh lebih hangat, dari kaca jendela yang menjulang di setiap sisi dapat terlihat orang mulai berlarian mencari tempat untuk berteduh.
"Jaehyun akan memarahiku jika tahu aku membiarkanmu berkeliaran di tengah cuaca buruk seperti ini. Dan coba perhatikan pakaianmu jika ingin keluar di musim hujan, setidaknya kau membawa jaket." Doyoung memulai petuahnya.
Taeyong kembali menyedot cokelat panas di meja dengan satu tangan yang tak lepas mengusap perutnya. Tubuhnya kini dibungkus mantel panjang milik si dokter, dan benar saja hujan lebat turun tanpa perkiraan.
"Aku ingin sesuatu yang panas, kau tahu apa yang enak di sini?" Taeyong membaca daftar menu di tangannya namun tak ada satu pun nama makanan yang akrab dengannya.
Ternyata mereka memasuki restoran Prancis.
"Ini pertama kalinya juga aku datang ke sini." jawab Doyoung masih membolak-balik buku menu di tangan.
Taeyong memutar matanya, menutup buku menu lalu bersandar pada punggung kursi. "Baiklah, makan siangku kau yang urus. Kau tahu aku membenci timun dan bawang putih, itu saja."
"Baiklah, yang mulia."
***
Taeyong tidak langsung pulang ke rumah, ia meminta Doyoung untuk mengantarnya ke klinik saat mereka berada di tengah perjalanan. Dan itu membuat si mata kelinci kesal karena harus memutar arah dan menempuh jarak lebih jauh. Taeyong tertawa saja menanggapinya. Selain itu dia tahu masalah apa yang membuat mood Doyoung menjadi buruk.
Lusa lalu Johnny datang kembali ke rumahnya. Tebak, pria itu mencoba untuk melamarnya. Doyoung menyebutnya pesakitan disertai makian lain yang ikut keluar ketika mereka berbicara di telepon waktu itu.
Doyoung sendiri merasa tak sedang menaruh hati kepada siapapun saat ini. Tidak sekarang, tidak nanti. Dia pikir.
Hujan di luar telah reda, Doyoung pergi setelah mengantarnya masuk bersama kantong-kantong belanjaan. Mantel yang Taeyong gunakan sekarang berganti milik Jaehyun, pria itu sendiri masih sibuk di dalam dengan tiga pasien terakhir.
Taeyong pergi keluar setelah cukup lama menunggu di ruangan. Ketika pintu terbuka tubuhnya langsung bertemu dengan udara dingin, sedikit membuatnya menggigil namun ia tetap pergi ke taman kecil yang menyatu dengan klinik.
Taeyong bertemu seseorang di sana, wajahnya setengah tertutup topi dan hoodie. Mungkin salah satu pasien yang berkunjung ke klinik.
"Kau bisa menunggu di dalam, di luar dingin." ucap Taeyong.
Lelaki itu membungkuk sopan, masih menggosok kedua tangannya dan menggigil. "Tidak papa, aku alergi bulu kucing."
Taeyong mengangguk paham. "Lalu kau sedang ada urusan lain di sini?"
"Aku mengantar adikku ke klinik. Kami cukup rutin datang ke sini." lelaki itu menatap Taeyong di bawah topinya, "Kau istri Dokter Jae?"
"Oh.. Kau mengenal suamiku?"
Lelaki dengan topi hitam itu mengulurkan tangan. "Namaku Lee Jungwoo, aku mengenal Dokter Jae karena penyakit anjing kami." katanya dengan jenaka.
Taeyong tersenyum, ia menjabat tangan itu dengan senang hati. "Aku Jeong Taeyong. Senang bertemu denganmu dan semoga anjingmu cepat sembuh."
Jungwoo tertawa, suaranya tak begitu keras terdengar. Taeyong menilai bahwa lelaki di depannya ini memiliki kepribadian yang baik. Mungkin saja mereka bisa berteman akrab.
"Itu adikku!" Jungwoo berseru, seseorang berjalan mendekati mereka dari pintu masuk.
"Dia istri Dokter Jae."
Taeyong tersenyum, rasanya ia pernah melihat wajah itu beberapa kali. Rambut hitam panjang dengan poni ikalnya.
"Benarkah? Perkenalkan, aku Lee Naeun."
Nama yang membuatnya ribut dengan Jaehyun malam itu.
-
To be continued...
Kenapa ada orang ketiga di cerita ini? Meski fokus ceritanya bukan ke sana, aku cuma mau ngasih sedikit konflik batin di sini.
Dan jangan lupa, manik yang tertanam di dada Jaehyun sama Taeyong. Jangan lupa.
Masih ada konflik lain di depan.
Terakhir, yongie beneran jadi embul. Suka banget liatnya (ㄒoㄒ) kayaknya pas nyampe dorm, Jae langsung nguyel-uyel muka yongie deh huhu gemesss
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.