RF.22

22.3K 3.6K 218
                                    

©dotorijen
-

Taeyong benar-benar tidak selera makan, menghabiskan semangkuk bubur adalah usaha kerasnya pagi ini. Akibatnya ia diberi petuah oleh Jaehyun tentang pentingnya menjaga kesehatan di musim pancaroba dan penyakit apa saja yang dapat menyerang manusia.

Pria itu meninggalkan Taeyong bersama botol vitamin di meja makan sebelum pergi. Dia tahu jika kondisi Taeyong akhir-akhir ini kurang baik.

Selain sering bergadang menulis naskah, Taeyong selalu ditemani toples kue kering dan cangkir kopi. Jaehyun sudah melarang soal kopi hanya saja si manis tak bisa lepas dari kue kering dan coklat. Lebih jarang makan nasi lantaran tak selera.

Harinya begitu santai, tidak ada aktivitas membuat Taeyong semakin bosan diam di rumah. Kalau saja masih tinggal di kota, ia bisa pergi ke toko buku atau mengajak teman lainnya makan di luar. Namun di desa tidak ada fasilitas seperti itu, hanya minimarket dan toserba yang dijaga seorang ahjumma.

Tubuhnya terkulai di atas kursi dengan kaki yang ditopang pada meja. Segelas susu hangat masih belum di sentuhnya.

"Doy, apa kau sibuk?" Taeyong memutuskan untuk menghubungi Doyoung, satu-satunya teman yang rela menjadi pelampiasan rasa bosan.

"Sibuk, aku bekerja. Kenapa?"

Taeyong merengut, sebenarnya ia tahu kalau Doyoung sudah pasti berada di Rumah Sakit pada jam sembilan. Niatnya ingin mengobrol sebentar tapi dokter itu rupanya sedang disibukkan dengan pasien keracunan makanan.

Suara televisi yang tak menarik minat menemaninya di ruangan itu, Taeyong sadar ia juga tak punya kenalan lain untuk disinggahi. Taeil tidak mungkin, pria itu tidak cukup asik. Selain itu, Taeil juga pasti sedang sibuk mengurus toko buahnya.

Taeyong tiba-tiba teringat dengan nenek pemilik ladang, berjalan-jalan di bawah terik matahari pagi bukanlah ide yang buruk.

***

Ladang gandum dari rumahnya cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, memakai sepedah akan lebih cepat tapi Taeyong tidak memiliki kendaraan roda dua tersebut selain mobil Jaehyun. Dan tidak mungkin ia memakai kendaraan roda empat itu jika tak mau melindas gandum di sisi kiri kanan jalan setapak.

Menempuh jarak 300 meter cukup membuatnya berkeringat, wajahnya merah berkat suhu 27 derajat. Taeyong telah sampai di ladang tempat sepasang manusia renta itu berada.

Rumahnya terlihat cukup jelas dari sini, dua pohon rindang menutup pelataran rumahnya yang kecil, dinding putih gading yang sebagian tertimpa sinar matahari. Bila petang, Taeyong akan duduk pada salah satu kursi ramping di teras rumahnya.

"Nenek!" sepasang kakinya menuruni jalan berbatu, cukup licin karena suhu panas membuat tanah menjadi kering seperti pasir.

"Hati-hati nak!" terdengar suara lemah sang nenek yang melambaikan tangan dari kejauhan.

Taeyong sampai setelah menuruni satu undakan dan berjalan 20 meter menuju gubuk kecil.

"Apa yang membuatmu datang kemari, anak manis?"

Taeyong menerima perlakuan si nenek, rambutnya dibenahi oleh tangan keriput wanita itu.

"Aku bosan di rumah."

"Seharusnya kau meminta seseorang mengantarmu ke sini."

"Nek, jangan perlakukan aku seperti seorang wanita atau anak-anak." Taeyong tak suka, dia tidak lemah, ditambah manik pemberian Jaehyun mungkin ia bisa berkeliling ladang gandum seharian.

Taeyong melihat jauh ke depan, ia tersenyum riang menyapa seorang pria tua yang berjalan ke arah gubuk dengan kerutan memenuhi wajah. Kalau tidak salah, ini kedua kalinya ia bertemu dengan si kakek selain di gereja saat pernikahannya dulu. Kakek tua itu hanya mengangkat sebelah tangan sebagai balasan.

Taeyong kembali menatap wanita tua dengan boots kuning di depannya, mendengarkan suara lemah dan bergetarnya seperti biasa.

"Aku tahu kau dapat memotong tiga petak untuk kami seorang diri. Tapi kondisimu sekarang berbeda, nak."

Taeyong mengerjap ketika menyadari kemana arah pandang si nenek tertuju, ia mengikutinya dan bola mata itu bergulir ke bawah, ke arah perutnya.

-

To be continued...

Hehe spill nek.

Kalo aku bikin cerita yang temanya dark macam gore gitu gimana ya, gara-gara foto ini jadi melintir kemana-mana otakku haduh (✖﹏✖)

Kalo aku bikin cerita yang temanya dark macam gore gitu gimana ya, gara-gara foto ini jadi melintir kemana-mana otakku haduh (✖﹏✖)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang