©dotorijen
-Tolong vote.
Hidup di desa memang pilihan yang tepat, keputusan yang rupanya tidak Taeyong sesali sejauh ini. Namun misteri yang tersimpan di balik undakan bukit dan ladang gandumnya membuat Taeyong sedikitnya merasa penasaran.
Di era modern ini rupanya masyarakat desa masih percaya dengan hal mistis, contohnya mereka membakar dupa di setiap malam purnama bersama daging rusa mentah sebagai sesajen entah untuk apa. Setiap rumah penduduk juga memelihara satu ekor anjing sebagai penjagaan. Taeyong mendapat cerita itu dari si pemilik toko buah, Moon Taeil. Mereka cukup dekat untuk mengobrol di setiap petang manakala Taeyong membutuhkan buah-buahan segar di kulkasnya.
Meski sudah beberapa bulan menetap, namun tidak ada hal aneh yang terjadi. Kecuali tinggal bersama siluman rubah yang telah Taeyong terima dalam hidup dan akal sehatnya. Bukan lagi sebuah ancaman. Kadang dia sendiri yang menjadi ancaman untuk Jaehyun.
Satu jam lebih perhatian Taeyong masih tersita pada layar komputer. Ia duduk di meja belajar yang tersimpan di sudut kamar, bersebelahan dengan vinyl player milik Jaehyun. Jemarinya menggantung di atas keyboard selagi ia merancang paragraf selanjutnya di kepala.
"Aaarrf!!" pemuda itu mengerang, mengacak surai hitamnya dengan gemas. Idenya mendadak hilang setelah pikiran tadi menyusup ke dalam otaknya.
Kalau sudah seperti ini, ia harus berhenti sejenak.
Taeyong mendorong kaki meja sampai kursi yang ia duduki meluncur ke samping tempat tidur. Ia meraih ponsel yang tergeletak di sana.
***
Klinik Jaehyun tidak sepi, pasien semakin ramai berdatangan di musim pancaroba. Kebanyakan dari mereka meminta suntik vaksin terutama untuk anjing dan kucing.
Taeyong datang di waktu yang kurang tepat, Jaehyun bilang waktu istirahatnya diundur satu jam karena pasien yang membludak saat jam makan siang. Taeyong akan menunggu di ruangan seperti biasa dengan kotak bekalnya.
Hal pertama yang selalu ia lihat begitu memasuki ruangan tersebut adalah abu kremasi milik putranya, Jisung. Masih tersimpan di dalam lemari kaca dengan terawat. Disentuhnya permukaan kaca yang menghalang keramik gelap dengan jemarinya, Taeyong tersenyum memberi salam seperti biasa.
Pemuda itu berbalik, berjalan menuju ranjang kecil untuk duduk dan menunggu di sana. Namun sebelumnya ia harus penasaran dengan satu hal. Taeyong ingat, parfum milik Jaehyun masih baru dan semua botolnya terpajang di kamar mereka. Kecuali pria itu membawa satu namun botol di atas meja kecil itu bukan salah satu koleksi Jaehyun.
Rasa penasaran membuatnya bergerak membawa botol kecil itu. Bukan merek parfum yang biasa Jaehyun pakai dan baunya asing bagi Taeyong.
Pintu terbuka, Taeyong berhasil bersikap tenang dengan botol parfum yang masih digenggamnya.
"Jaehyun, kau membeli ini?"
Taeyong cukup kecewa ketika Jaehyun menampilkan raut wajah yang tak biasa. Ia pikir satu kata sebagai jawaban sudah cukup tanpa harus membuatnya menerka.
"Hadiah dari pasienku." seolah paham dengan diamnya pemuda manis di depan, Jaehyun memberi sedikit penjelasan.
Taeyong sedikitnya merasa lega karena selain jawaban itu, tidak ada denyut nyeri di dadanya. Pemuda itu menyimpan kembali botol parfum ke atas meja kemudian mengajak Jaehyun duduk di tepi ranjang.
"Aku membawa makan siang untukmu."
"Terima kasih." Jaehyun tersenyum manis seperti biasa. Perlakuan yang tak pernah berubah dan selalu berhasil membuatnya jatuh.
Wajar jika Jaehyun menerima banyak hadiah, entah dari pasien atau siapapun yang mengagguminya. Taeyong sadar sebesar apa keteguhan hati pria itu untuk menunggunya dengan tidak melirik satu pun orang di luar sana.
Dengan itu segala prasangka buruknya hilang.
Memang apa yang patut ia curigai, Jaehyun benar-benar mencintainya.
-
To be continued...
Mau bikin sedikit kejutan (.◜◡◝)
Masih ada yang manggil mimin sama thor/author ya, panggil aja dotori atau jen biar lebih ena (.◜◡◝)
Aku dapet panggilan lain juga, deterjen.
Terima kasih sudah membaca.
—Jen
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fanfiction[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...