©dotorijen
-Ada dua fakta yang mengejutkan Taeyong ketika minggu ini ia harus membantu si nenek memanen buah persik. Ketika itu Minhyung dipangku oleh Doyoung, mereka langsung akrab sebagaimana ibunya berteman baik dengan si pria bermata kelinci. Mungkin mereka akan menjalin persahabatan yang sama kelak, meski umur mereka terpaut jauh.
Tawa kecil putranya terdengar dari kursi ramping yang diduduki Doyoung, entah mereka sedang memainkan apa sampai Minhyung tergelak seperti itu.
Kembali pada dua fakta tersebut. Taeyong mengingat dengan jelas ungkapan si nenek.
Pertama, tangisan Gumiho tak sembarang membuat hujan turun. Hanya emosi yang terdalam yang dapat membuat hujan itu terjadi. Kesedihan yang teramat, air mata yang mengalir tanpa dusta. Itulah yang membuat hujan turun serta menghujam bumi ketika si rubah menangis. Dan warga desa menyebutnya sebagai air mata rubah atau hujan rubah.
Kedua, manik yang tertanam di tubuhnya dapat dilepas. Mungkin Jaehyun sengaja tak memberitahunya hal ini dan Taeyong menyebut pria itu licik. Namun bersyukur di satu sisi karena mungkin jika tidak karena akal liciknya, mereka tidak akan bersatu sampai detik ini. Memiliki putra yang tampan serta kehidupan yang diidamkan.
Ada ramuan khusus berwarna merah delima yang dapat membantu melepaskan manik itu dengan mengurangi rasa sakitnya. Jaehyun meminum ramuan tersebut ketika purnama kemarin. Itulah mengapa maniknya bisa lepas dari tubuh.
Taeyong tak sempat memikirkan hal itu, bagaimana manik itu bisa lepas dan berada di tangannya sepanjang malam karena situasi yang rumit. Mungkin setelah ini ia bisa membuat perhitungan kepada Jaehyun.
Uang bulanan dua kali lipat rasanya tidak buruk.
"Minhyungie, ganti popokmu, aigoo lihat pasti sudah penuh." Taeyong mengangkat putra kecilnya dari pangkuan Doyoung, dokter muda itu sedang berkunjung karena merindukan Minhyung, kebetulan shift malamnya telah selesai dan ia punya waktu seharian untuk bermain di rumah Taeyong.
"Kau punya soda?"
"Ambil di kulkas."
Sesuai intruksi si pemilik rumah ia pergi ke dapur, membuka pintu kulkas lalu mengambil sekaleng soda. Isi kulkas Taeyong dapat ditebak dengan jelas karena pemuda itu tinggal bersama siluman rubah. Daging merah dimana-mana, buah di dalamnya juga berwarna serupa. Seram juga jika dilihat.
"Ugh.. Ini seperti kotak penyimpanan korban pembantaian atau apa?" komentar Doyoung sembari menutup kembali pintu kulkas.
"Jaehyun tidak bisa memakan sayur, kau tahu."
Doyoung mendekatinya lalu menjatuhkan diri di kursi tempat ia semula duduk. Di sampingnya Taeyong sedang memakaikan Minhyung popok, bayi itu benar-benar memiliki senyum dan tatapan yang menawan. Doyoung yakin saat besar nanti ia akan menjadi lelaki tampan yang lihai memikat hati orang-orang.
"Dia belum bisa memakan sayur? Setelah ratusan tahun?"
"Jangan kau kira hanya gumiho yang seperti itu, manusia juga pemilih. Bahkan sebagian ada juga yang memiliki phobia terhadap buah-buahan."
Doyoung mengangguk, menyetujuinya kali ini. "Kau benar, tapi apa bisa dia diajarkan memakan sayur?"
"Dia mulai bisa memakan kimchi."
"Baguslah. Kau beruntung karena pekerjaannya bagus dan menghasilkan uang cukup untuk membeli semua daging itu."
Tak tahu kenapa Taeyong tertawa mendengarnya, mungkin itu menjadi salah satu alasan mengapa Jaehyun begitu bekerja keras dalam study dan karirnya. Perubahan zaman yang ia hadapi menuntut dirinya juga untuk keluar dari cara hidup yang primitif. Tidak mungkin berburu hewan di hutan lagi, jumlah mereka tak sebanyak dulu serta hukum perburuan liar yang berlaku.
"Kau benar, tapi kau tahu, Jaehyun itu punya IQ yang tinggi dan aku yakin Minhyung juga memiliki kecerdasan yang sama atau bahkan lebih dari Ayahnya."
Doyoung menelan soda yang menggelitik tenggorokan dengan mata membeliak. "Kau tidak menyinggung IQ mu?" katanya menahan tawa.
Taeyong tersenyum geram kepada kawan baiknya, kebiasaan Doyoung yang selalu menyinggung kemampuan otaknya. Padahal ia tak seburuk itu dalam pelajaran. Hanya... lebih ke pemalas.
"Sialan." desisnya dengan dua tangan menutup telinga sang putra. Tidak baik mengumpat di depan bayinya, meski daya ingatnya belum bertahan lama.
"Ngomong-ngomong, suamimu kemana? Bukankah ini sudah lewat jam pulang?"
Benar juga, Jaehyun biasanya tidak telat datang ke rumah. Kalau pun ada urusan mendadak, ia akan memberitahu Taeyong lewat pesan. Sore ini cuaca cerah, barangkali pria itu ingin mengambil waktu untuk berjalan-jalan sebentar.
***
Sudah lama ia tak mengunjungi kedai kopi dan resto milik kerabatnya, Jeon Jungkook. Pria 27 tahun itu kini sukses menjalani bisnis kuliner juga sebagai model. Wajahnya tercetak di berbagai majalah, terutama untuk fashion pria. Popularitasnya bahkan mampu menandingi idol-idol muda di televisi.
Bau kopi dan daging panggang langsung tercium, menggoda selera makan setiap orang di sana. Jaehyun belum memesan apapun, ia baru saja tiba dan duduk di kursinya.
Jungkook benar-benar pintar mengelola bisnis, ia memilih tempat yang strategis, tak hanya itu, bangunan dengan eksterior yang menonjol di sela bangunan lainnya berhasil menarik banyak pengunjung. Menu yang ditawarkan juga tak main-main dalam kualitas dan rasa, pantas saja jika bisnisnya bisa panjang umur.
Jaehyun menikmati waktu sendirinya, sore yang tenang ditemani aroma kopi.
Sebagai seseorang yang pengertian, Jaehyun juga tak lupa memberitahu Taeyong lewat pesan. Namun rupanya si manis belum membuka pesannya sampai sekarang. Dia pasti sedang sibuk mengurus putra kecil mereka. Jaehyun rasanya jadi ingin cepat pulang ke rumah.
Namun hari ini ia memiliki janji untuk bertemu dengan seseorang. Mereka membuat janji dan bertemu di hari yang sama. Jaehyun sempat menolak karena menurutnya pertemuan mereka tidak perlu tetapi orang itu memaksa. Ia bilang ini bisa saja kesempatan terakhir mereka.
Beberapa menit setelah ia duduk di kursinya, Jaehyun mendengar pintu kedai terbuka. Seseorang yang ia kenal masuk ke dalam, ditemani satu orang asing yang berjalan di belakangnya. Jaehyun belum pernah melihat pria tinggi dengan banyak tindik di telinganya itu.
"Sore, dokter."
-
To be continued...
Temen-temen kalau ada pertanyaan tentang cerita ini, entah apapun yang belum sempat dijelaskan atau kalian masih bingung sama satu hal. Boleh bertanya,
Disini >>
Rencananya nanti aku bakal kasih bab khusus bersamaan dengan hidden plots di cerita ini.
Sampai jumpa di bab depan!
Terima kasih sudah membaca ❤
—Jen

KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fanfiction[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...