RF.29

20K 3.4K 153
                                    

©dotorijen
-

Vomen rame, update lagi.

Hari ini bukanlah hari yang spesial, namun Jaehyun dengan semangat mengajaknya pergi ke suatu tempat meski jalanan tertimbun salju. Begitu sampai ke rumah, dokter itu melupakan rasa lelahnya dan dengan wajah berseri-seri mengajak Taeyong pergi keluar.

Seingat Taeyong semalam mereka tidak membahas apapun atau memiliki rencana mengunjungi suatu tempat kecuali jadwal akhir tahun di kapal pesiar di Sungai Han. Tapi sekarang baru awal Desember.

Taeyong telah siap dengan penampilan paling terbaiknya meski dengan baju berlapis yang menghalau dingin juga menyembunyikan perutnya yang membuncit ia tetap tampil menarik.

Pukul lima tiga puluh sore mereka berangkat. Beruntung jalanan tidak tertutup salju tebal, tidak begitu ramai pula. Kedai di sepanjang jalan tetap buka menampilkan hiasan musim dingin juga natal di bagian depan. Begitu pun dengan toko buah Taeil.

"Ngomong-ngomong Taeil memberiku semangka hari ini." Taeyong menatap toko buah di perempatan jalan, tampak dekorasi tambahan dari luar seperti lampu hias pada papan tulisan MOON di atas toko.

"Oh maaf, aku tidak ingat untuk membeli satu kemarin." jawab Jaehyun, matanya tetap fokus memerhatikan jalan bersalju di depan.

"Dia menitipkan semangka itu pada Doyoung. Aku tidak tahu mereka sedekat apa sekarang."

"Dari toko buah ke rumah kita cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, kau pikir Doyoung akan berhenti di perempatan dan mampir ke toko buah setiap berkunjung ke rumah kita untuk apa?"

Taeyong melirik suaminya dengan mulut menganga. "Jangan-jangan..."

"Mereka berteman baik, bisa saja."

Taeyong mendengus, Jaehyun baru saja mematahkan harapannya. Tapi itu tidak terdengar buruk juga, lagi pula tidak mudah bagi Doyoung menjalin hubungan dekat dengan orang baru.

"Ya, mungkin saja." ia ikut berkomentar sama.

Jalanan di depan sudah lebih ramai, jika lurus ke depan mereka akan tiba di klinik Jaehyun tapi pria itu memutar setirnya ke kiri. Taeyong tak dapat menebak kemana pria itu akan membawanya pergi.

***

Jaehyun sampai di alamat yang Naeun berikan. Hotel 127 di tengah kota dengan 24 lantai. Lobi hotel yang mereka masuki disulap menjadi tempat pesta, meja bundar di atas lantai granitnya dipenuhi gelas dan botol minuman. Cara yang tepat untuk menghangatkan diri dengan alkohol dan berdiri di tengah pasangan manusia. Jaehyun terkagum dengan interior di sana, khas eropa lebih kental dengan langit-langit yang menjulang tinggi.

Rooftop adalah incaran para tamu malam ini. Seperti kata Naeun, jika membeli tiket emas mereka akan mendapat jamuan spesial selama 12 jam bersama dengan fasilitas di rooftop dan satu kamar hotel VIP.

Bayangkan berapa uang yang Jaehyun keluarkan untuk malam ini demi sebuah kejutan.

"Pesta apa ini?" Taeyong berjalan di samping sambil menggandeng tangannya, ia merasa canggung untuk datang ke acara seperti ini dengan penampilannya sekarang.

Walau siapapun tak dapat berbohong jika pemuda manis itu benar-benar mempesona.

Mereka melewati tamu lain di lantai tengah menuju ke tempat kosong di sisi ruangan, pasang mata tak lepas mengintai keduanya sejak dari pintu masuk. Kedatangan Taeyong dan Jaehyun tak dipungkiri menjadi sorotan. Penampilan serta rupa yang menawan, mereka bagai pasangan raja dan ratu semalam.

-

Inti acara telah selesai, para tamu kini dipersilakan untuk mencicipi hidangan. Mulai dari dessert sampai makanan utama seperti bebek peking tersaji di setiap meja. Sejak tadi Taeyong lebih suka mengambil kue dan makanan manis lain, sedangkan Jaehyun masih memegang segelas wine putih.

"Jaehyun kau tidak makan? Jangan minum terus!" Taeyong berbicara dengan mulut penuh.

Dokter itu tertawa melihat dua tangan si manis yang dipenuhi kue, belum lagi pipinya yang bulat bergerak lucu mengunyah makanan.

"Habiskan saja, semua makanan di meja ini untukmu."

Taeyong berhenti mengunyah, ia melirik kiri kanan dengan tatapan malu sebelum menggeram kesal kepada Jaehyun.

"Kau mengejekku?"

"Tidak sayang, ini memang untukmu. Aku memenangkan tiket emasnya, ingat?"

Taeyong tidak mengerti apa itu tiket yang dibicarakan suaminya sejak tadi. Jaehyun bilang ini sebuah kejutan dan memang sukses membuatnya terkejut. Taeyong kira suaminya tidak seromantis ini, tapi melebihi ekspektasi ternyata Jaehyun telah menyiapkan semua ini.

"Kau bilang kita akan bermalam dan menghabiskan waktu seharian di rooftop?"

"Ya, terdengar bagus bukan?" Jaehyun memeluk pinggang sang istri, ia tak mau kalah romantis dengan pasangan lain.

Taeyong hanya mengangguk lalu memasukkan kue lain ke dalam mulut.

Seseorang datang mendekat ditandai suara ketukan hak sepatunya pada lantai, Naeun dengan seragam kerjanya tampak cantik berjalan ke arah Jaehyun dan Taeyong di meja tengah.

"Bagaimana?" ia menatap pasangan itu dengan senyuman lebar, puas dengan rencananya dan bonus yang ia dapatkan.

"Seperti yang aku harapkan, terima kasih." balas Jaehyun dibarengi acungan jempol.

"Aku juga sangat berterima kasih, kau tahu dokter, bonusnya apa? Liburan ke Bali! Yuhuu!"

Satu orang baru paham dengan situasi di sini, Taeyong cepat-cepat mengunyah dan menelan kue yang masih menjejali mulutnya. Pemuda itu pernah melihat perempuan dengan seragam pegawai hotel tersebut di klinik Jaehyun berkali-kali, tak menyangka mereka sudah sedekat ini.

"Kenalkan, Lee Naeun, dia yang membantuku membuat semua kejutan ini."

Taeyong mengangguk, menyapa perempuan cantik itu dengan seulas senyum. Sekejap merasa bersalah karena sempat berpikir buruk tentang perempuan itu dan berakhir dengan memarahi Jaehyun. Suaminya hanya terdiam, seperti mengakui suatu kesalahan malam itu.

Dia sempat lupa dengan manik di tubuhnya. Ketika ia menyentuh dadanya dan tidak ada denyut apapun di sana, Taeyong yakin semuanya akan baik-baik saja.

-

To be continued...

Baca teori kalian kemaren seru juga (∩╹□╹∩) ada yang mendekati satu poin, cukae.

Beneran ini mah, VOTE atulah :<

Terima kasih sudah membaca.
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang