©dotorijen
-Jaehyun tersentak bangun lagi. Ini sudah minggu ketiga, seharusnya ia sudah terbiasa dengan waktu tidur yang tidak nyenyak sama sekali.
Biasanya setiap malam bayi mereka akan terbangun tak lebih dari tiga kali, namun kali ini Jaehyun harus membuka dengan berat kelopak matanya untuk yang kelima kali. Kepalanya terasa sakit, tangisan Minhyung sangat keras, tenaganya cukup besar untuk menjerit membangunkan tetangga sekitar.
Taeyong pergi ke dapur untuk menyiapkan susu formula. Sedangkan Jaehyun dengan mata setengah tertutup, nyawa setengah menyatu dengan raga, sibuk menggendong bayinya di kamar, menepuk pelan punggung si buah hati untuk menenangkan.
"Tidur lagi sayang, tidur ya jagoan ayah." Jaehyun berbisik, mengecup pipi gembil putranya yang masih merengek. Kedua tangan kecilnya mengepal, bergerak memukul udara.
Jaehyun terkekeh. "Kau marah? Baiklah, ayah minta maaf."
Jaehyun mengubah posisi Minhyung dalam gendongannya menjadi tengkurap di dada, satu tangannya menopang belakang kepala karena bayinya kini mulai bisa bergerak lincah.
"Sabar sayang, mama sebentar lagi kembali, kau haus ya?"
Yang menarik adalah Minhyung selalu diam ketika Jaehyun bicara. Seperti mendengarkan dengan patuh apa yang dikatakan sang ayah, walau pada kenyataan dia belum mengerti. Kadang memberi respon dengan kedipan atau senyumnya yang cemerlang.
Jaehyun rasanya tidak pernah merasa bangga lebih dari ini.
"Mama datang~ Jagoanku haus ya?" Taeyong mendekati pasangan ayah anak tersebut dengan botol susu di tangan.
Jaehyun bergerak menyamping, memberi ruang untuk Taeyong memasukkan dot ke dalam mulut putranya. Benar saja, Minhyung langsung menyedot rakus susu di dalam botol, bibir kecilnya terus bergerak dan ia baru berhenti sejenak ketika susu di dalam dot tinggal setengah. Benar-benar keturunan Jaehyun.
Taeyong tersenyum, putra kecilnya tumbuh dengan baik. Satu tangannya mengusap kepala Minhyung selagi putranya masih gencar menghabiskan susu. Kedua pasang permata hitam itu saling bertemu, Taeyong mengagumi walau milik Minhyung tak sebesar miliknya, namun tetaplah terlihat cantik.
"Kenapa sayang?" Taeyong mengusapkan ibu jarinya pada pipi tembam sang putra. Bagaimana permata kecil itu lekat memandang permata miliknya.
"Dia belum mengantuk?" Jaehyun bertanya, suaranya sengau entah seberapa banyak tenaga yang ia keluarkan hari ini. Klinik lebih sibuk dari hari sebelumnya.
"Belum, lihat, matanya malah terbuka lebar." Taeyong menambah ucapannya dengan tawa.
"Sayang tidur, sudah mau jam 3 pagi dan ayahmu belum tidur sama sekali."
Ganti bayi kecilnya diam, kini giliran bayi besarnya yang merengek. Taeyong memukul pelan punggung Jaehyun, memintanya untuk berhenti karena putra kecil mereka terlihat mulai mengantuk.
"Ssst, sebentar lagi dia tidur. Gendong yang benar!" Taeyong menahan suaranya.
Jaehyun cekatan menepuk pelan punggung Minhyung sampai bayi mungil itu terjatuh dalam tidur.
"Sudah tidur?" bisik Jaehyun.
Taeyong mengangguk, segera membantu suaminya untuk memindahkan Minhyung dari dalam gendongan ke tempat tidur.
***
Taeyong tak melanjutkan tidurnya selepas mengurus putranya yang rewel pada pukul tiga pagi tadi. Dua bayinya kini sedang terlelap. Selagi langit masih gelap di luar sana, Taeyong melakukan sesuatu di dalam rumah.
Menyiapkan seragam kerja Jaehyun, menyiapkan sepatu Jaehyun, menyiapkan sarapan untuk Jaehyun dan menyiapkan perlengkapan mandi untuk Minhyung. Taeyong tertawa kecil mengingat bayinya kini bertambah satu.
Taeyong melakukan semuanya dengan cepat, sudah pukul enam pagi dan rupanya kedua bayinya masih tertidur pulas tanpa terganggu bising apapun. Benar-benar satu keturunan. Bahkan posisi tidur mereka sama.
Dua tangan mereka terangkat dengan posisi wajah saling menghadap.
"Ya Tuhaaan." Taeyong menggigit kuku jarinya, menahan gemas.
Ia berjalan ke sisi tempat tidur, berdiri di samping Jaehyun yang masih damai di alam mimpi. Tubuhnya membungkuk, mendekati wajah pria-nya untuk berbisik.
"Sudah pagi, bangun bayi besar!"
Mimpi Jaehyun terusik, terlihat dari kerutan di dahi dan suara rengekan layaknya bocah. Ia menggeliat sebelum matanya benar-benar terbuka dan melihat morning angel-nya sedang berdiri memangku tangan.
"Cantik~" Jaehyun menyeringai jahil.
Tangan Taeyong tiba-tiba ditarik, menyebabkan dirinya jatuh ke bawah, menubruk dada Jaehyun dengan wajahnya. Tangan lain dengan sigap melilit pinggangnya, dengan tenaga yang dikeluarkan Jaehyun, ia tak bisa berontak meski pria itu menahannya dengan satu tangan.
"Lepas Jaehyun!"
Taeyong tertawa geli ketika Jaehyun memberinya kecupan-kecupan di wajah sementara tangan pria itu tak diam mulai meraba punggung di balik bajunya.
"Jangan macam-macam Jaehyun!" gertak Taeyong mencoba menjauhkan tangan pria itu darinya.
Mereka bergelung ribut pagi itu, Jaehyun suka sekali menggoda istri-nya yang sekarang menjadi lebih cerewet. Namun tentu, seseorang akan merasa terganggu.
Minhyung menangis keras, tak memberi jeda pada orangtuanya. Berakhir dengan Jaehyun yang telat datang ke klinik karena Minhyung tak mau lepas dari gendongan sang ayah.
-
To be continued...
Selamat malam, manis.
Kelabu di sini~
-Dr. JaeTerima kasih sudah membaca ❤
—Jen
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fiksi Penggemar[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...