©dotorijen
-Part a awas kelewat.
Sesuatu yang tidak Taeyong harapkan pasti terjadi. Ia menyimpulkan itu ketika hujan turun cukup deras beberapa menit lalu. Kini suasana kembali tenang, tumpukan salju sebagian luruh dari pepohonan, atap, dan jalanan, tersapu oleh air hujan. Purnama masih berjaga di langit malam, diam tak terusik.
"Antarkan aku kesana sekarang juga!" Taeyong meraung marah kepada Taeil, pemuda itu meminta dengan keras agar diantar ke gubuk Barat tempat Jaehyun berada namun Taeil tetap menolak.
"Sesuatu bisa terjadi padamu." jawab Taeil dengan tenang. Ia dapat mengerti kekacauan yang dirasakan pemuda manis itu lebih dari yang lain.
"Taeyong-ah, tunggu sebentar lagi saja, aku berjanji akan mengantarmu kesana." Doyoung menarik pundak Taeyong agar berhenti memukul dan menarik kerah baju Taeil.
"Tidak Doyoung, kau juga tidak bisa." Taeil menolak mentah.
Doyoung menatap pria itu penuh tanda tanya, walau begitu ia hanya bisa menurut terlepas dari rasa tidak percayanya terhadap semua yang sedang terjadi.
"Baiklah." Doyoung menarik tangan Taeyong dengan perlahan namun pemuda itu segera menepisnya.
"Tidak hyung, aku yakin tidak akan terjadi apapun padaku," Taeyong menghapus air matanya dengan tergesa, malu rasanya namun ia sudah tidak peduli "Kalau begitu aku akan pergi sendiri, kalian tunggu di sini."
"Taeyong-ah!"
Taeil dapat menyaingi langkah Taeyong dengan cepat tentu saja, ia tetap menahan pemuda itu meski mendapat banyak perlawanan.
Taeil mengerti waktu yang sedang mereka lalui saat ini. Jaehyun akan hilang kesadaran secara utuh dalam sosok aslinya selama perubahan yang berlangsung di bawah purnama. Ada kemungkinan ia mengenal Taeyong jika saja manik itu masih tersimpan di dalam tubuhnya. Manik yang terbelah bagai kutub magnet yang saling menarik, namun kali ini tidak ada jaminan jika Jaehyun akan mengenal Taeyong. Sesuatu yang berbahaya bisa saja terjadi.
.
.
.
.
."Sejauh apa kau memberitahu Taeyong tentang itu?"
"Tentang?"
"Tentang aku."
"Aku tidak memberitahu apapun tentangmu, dia hanya bertanya tentang kebiasaan orang-orang desa, aku menjawabnya sebagai salah satu kebiasaan masyarakat di sini untuk mencegah kemalangan yang pernah terjadi di masa lalu. Aku tak diberi izin untuk mengungkap semuanya kepada orang baru, termasuk istrimu."
Jaehyun menutup pintu toko, di jam buka belum ada pembeli yang datang, ia beruntung. Ia memastikan tidak ada seorang pun di sekitar yang dapat mendengar percakapan mereka.
"Terima kasih, selama ini aku masih bersembunyi di setiap purnama. Aku tahu dia akan merasa khawatir jika tahu, jadi sampai purnama nanti tolong jaga dia."
Taeil merendahkan suaranya. "Perubahan sempurna?"
Jaehyun mengangguk. "Setelah itu, aku akan memberitahu Taeyong segalanya tanpa terkecuali."
"Kau yakin dapat bertahan tanpa manik utuh?"
"Hey... Kau tahu aku melakukan itu dulu dan sekarang aku masih hidup."
Taeil tertawa, dia ingat masa remajanya dihabiskan dengan berburu. Saat itu adalah pengalaman yang luar biasa baginya, melihat seseorang yang sekarat setelah diserang serigala hutan dan kehilangan dua jarinya. Beruntung Jaehyun mau menolong dengan seluruh maniknya padahal malam itu adalah purnama.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fanfic[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...