RF.14

27.1K 4.5K 569
                                    

©dotorijen
-

Taeyong pulang lebih dulu, katanya bosan jika harus menunggu Jaehyun sampai klinik tutup. Jadilah sebelum sampai ke rumah, ia mampir ke minimarket dan membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Dia ingat, Jaehyun juga suka camilan yang manis-manis.

"Terima kasih ahjumma." pamitnya kepada bibi penjaga toko.

Taeyong sudah dikenal sebagai pemuda manis yang ramah di Desa, berita itu cepat menyebar ke telinga setiap orang di sana beberapa hari setelah ia menetap. Namun anehnya tak ada yang menyinggung soal Jaehyun, padahal pria itu sudah sejak lama tinggal di sana.

Taeyong pikir Jaehyun sangat tertutup, mungkin karena itu orang-orang tak terlalu akrab dengannya.

Sampai di rumah ia langsung menyiapkan apa saja bahan yang diperlukan di atas meja. Tak lupa memasang apron pada tubuhnya. Si manis begitu bersemangat untuk menyambut Jaehyun dengan kue buatannya.

-

Satu jam lewat sejak ia menuangkan adonan ke dalam loyang, kini tinggal melapisi permukaan kue dengan krim vanilla. Di atas meja berserak perkakas kotor, harum coklat dan mentega memenuhi ruangan, wajah manisnya sebagian kotor terkena adonan. Taeyong juga membiarkan surai gelapnya berjatuhan ke depan.

Langkah terakhir setelah melapisi seluruh permukaan kue, Taeyong menyiapkan buah persik untuk dekorasi dan menggambar kepala rubah di atas kuenya. Namun ia harus merasa kesal karena gambar rubahnya menjadi tak sempurna gara-gara ulah seseorang.

"Jaehyun!" Taeyong melempar krim coklat di tangannya dengan kesal, ia sudah tahu percis siapa pemilik lengan kekar yang melilit di pinggangnya tanpa melihat ke belakang.

Orang yang dibentaknya seperti tak keberatan, Jaehyun malah tertawa di belakang sana.

"Aku pulang, tapi tak ada yang menyambutku."

"Aku sedang memasak!" ketus Taeyong kembali melanjutkan gambar rubahnya.

"Kau marah?"

"Iya!"

"Jangan marah, kau terlihat lebih menggemaskan nantinya."

Taeyong berbalik kemudian mendorong tubuh jangkung kekasihnya agar menjauh. "Baiklah, sekarang pergi bersihkan tubuhmu dulu Jaehyun. Kau memelukku dengan bulu binatang di bajumu, ya Tuhan kau jorok sekali!"

Jaehyun memeriksa lengan bajunya, "Oh kau benar, maaf sayang." pria itu meringis.

"Apa?"

"Kenapa?"

"Kau bilang apa?"

"Aku bilang apa?"

"Yang barusan."

"Yang mana?"

Taeyong menarik napas lalu cepat-cepat membalikkan badan Jaehyun dan mendorongnya keluar dapur. "Sudah sana, kau bau!"

Namun ketika mereka sampai di dekat pintu, Jaehyun tiba-tiba berbalik badan dan mengecup bibirnya sebelum kemudian melesat ke dalam kamar.

"Jung Jaehyun!!" pekik Taeyong.

"Maaf aku mencuri ciumanmu lebih dulu sebelum kau mencuri nama depanku nanti!!"

Dada Taeyong bergemuruh, tangannya sigap menutup merah mudah di pipinya.

"Jung Jaehyun, sinting."

***

Taeyong menangkup kedua tangannya di depan dada, menatap pria di depannya dengan mata bulat berbinar. Ia sedang gugup, menunggu Jaehyun yang akan mencicip kue buatannya.

"Bagaimana dengan penampilannya?" tanya si manis.

Jaehyun memutar kue di depannya sembari menilai. "Delapan koma lima dari sepuluh."

"Yes! Sekarang coba rasanya!"

Jaehyun mengangguk, lekas memotong kue di piringnya dengan sendok lalu melahapnya. Pria itu mulai mengunyah, merasakan tekstur lembut serta rasa yang bisa dibilang sempurna. Dia tersenyum, tidak salah jika ia membanggakan seorang Lee Taeyong.

"Bagaimana?"

Pemuda manis di depannya tampak antusias.

"Hum.." Jaehyun belum menjawab, pikirannya seperti mengawang ke langit-langit rumah. Ia berpikir. "Maaf, tapi.... sembilan dari sepuluh!"

Terdengar tepukan tangan dan sorak sorai yang memenuhi meja makan. Si manis tersenyum lebar dengan binar di manik pekatnya yang tampak seperti andromeda.

"Kau senang?" Jaehyun mengulurkan tangan untuk mengusap pipi sang kekasih.

Membuat Taeyong berhenti melompat di kursinya dan menatap.

"Jaehyun."

"Yup?"

"Rasanya menyenangkan kalau kita saling berbagi."

Alis Jaehyun terangkat, sempat bingung dengan perkataan Taeyong barusan. Namun pemuda itu dengan cepat melanjutkan.

"Apa kau ingin terus berbagi denganku?"

Jaehyun menarik senyum manis. "Tentu."

"Apakah selamanya?"

Jaehyun menatap dalam manik hitam itu. "Selamanya, aku ingin berbagi denganmu. Kau sendiri bagaimana?"

Taeyong tersenyum, tanpa ia tahu pipinya telah merona bagai delima. Kemudian menatap langit mendung yang paling ia suka. Mendung yang tersimpan di balik kelopak mata si pria.

"Kalau begitu, ayo menikah."

Dan petir tampak menyambar pada mendungnya.

Perasaan Jaehyun kini tak dapat dilukis dengan kata, ia terpaku sesaat sebelum berbaur dengan rasa bahagia.

-

To be continued...

Papi dilamar cieee :3

Terima kasih sudah membaca ❤
-Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang