RF.15

26.9K 4.3K 360
                                    

©dotorijen
-

Menikah?

Jaehyun kembali tersenyum mengingat ajakan pemuda manis yang sekarang sedang tertidur pulas di atas pangkuannya. Jaehyun pikir itu hanya sebuah lelucon, tapi ternyata sebelum terlelap, Taeyong sempat menggumam soal seribu mawar putih di acara pernikahan mereka nanti.

Mungkin ini terlalu cepat, mungkin terasa menggebu juga, namun ikatan yang mereka rasakan begitu kuat. Bukan karena manik atau perasaan saling membutuhkan, melainkan gurat takdir yang tertulis. Jaehyun rasa ini waktunya, memiliki seseorang yang pantas ia sandingkan, ia jaga dan ia cintai selama waktu tersisa.

Jaehyun membelai surai hitam kekasihnya lalu bergumam pelan, "Baiklah, ayo menikah."

Kemudian Jaehyun memberi kecupan pada mahkota hitamnya, memeluk tubuh mungil sang kekasih sampai ia rasakan geliat kecil di dalam dekapan. Taeyong melenguh sebelum matanya terbuka dan mendapati sesuatu di depan wajahnya.

"Jaehyun aku tidak bisa bernapas!" racaunya berusaha mendorong dada Jaehyun agar menjauh.

"Oh kau bangun?"

Jaehyun kembali bersandar pada kursi, membiarkan Taeyong bangun dan duduk di sampingnya dengan wajah mengantuk.

"Maaf mengganggu tidurmu." katanya dengan satu cengiran, sedangkan tangannya terangkat untuk merapihkan rambut Taeyong yang kusut di satu sisi.

"Jam berapa sekarang?" si manis menggosok matanya sambil menengadah.

"Jam satu siang." jawab Jaehyun.

Taeyong terperangah, ia melotot ke arah Jaehyun. "Kau tidak pergi ke klinik?"

"Tidak."

"Kenapa??"

"Sakit."

Terlihat raut tegang di wajah manisnya luruh, mata bulat itu tetap terbuka namun memandang sendu.

Dengan segera Taeyong memeriksa suhu tubuh Jaehyun, menempelkan punggung tangannya pada kening pria itu. Lalu mengernyit. Ia lupa kalau suhu tubuh Jaehyun memang lebih panas dari manusia biasa, jadi bagaimana bisa ia mengetahui kalau Jaehyun sedang demam. Taeyong menarik tangannya kembali, tersenyum kaku.

"Ah.. apakah ini masih suhu normalmu?"

Taeyong menggosok punggung tangannya, kening Jaehyun memang panas, seperti saat ia sendiri sedang demam namun ia tahu kalau itu baik-baik saja untuk Jaehyun.

Jaehyun hanya tertawa kecil, tanpa bicara ia membawa tangan si manis ke dalam genggaman, lalu menciumnya. "Aku sakit kalau tidak melihatmu."

Taeyong mengerjap, ia mengembangkan senyum dengan perasaan kesal.

"Itu menggelikan Jung Jaehyun! Kemari kau!"

Kepalan tangan Taeyong meleset dan berakhir memukul lengan kursi. Jaehyun berhasil lebih dulu menghindar, pria itu bahkan sudah berdiri di dekat pintu kamar. Rubah sialan!

"Tapi itu benar!" teriak Jaehyun di ujung sana.

"Kemari kau!"

Taeyong hendak mengejar namun sudut bibirnya terjatuh begitu melihat sosok menjulang Jaehyun sudah berdiri di depan mata.

"Kau menyuruhku untuk mendekat, sekarang apa?"

"Uh.. Tidak ada." Taeyong bergumam, masih memelototi dada Jaehyun yang berlapis kain hitam.

Sebelah kakinya terangkat, berniat untuk mundur dan menghindar namun tangan Jaehyun sudah menggapai dan menarik pinggangnya lebih dulu. Tubuh mereka langsung menyatu. Tanpa sadar Taeyong menahan napas saat Jaehyun menunduk dan berbisik di ceruk lehernya.

"Apakah boleh?"

Suara berat itu menggaum di telinganya, membuat riuh di dada. Taeyong kembali menarik napas dalam, kemudian menoleh, ia langsung mendapati sudut mata Jaehyun yang tajam. Dengan yakin, Taeyong pun menyanggupi.

Tubuhnya langsung diangkat dengan mudah, ia dapat melihat wajah kekasihnya yang begitu tenang walau sedang mengangkat beban hampir 60 kilogram. Taeyong merangkul leher Jaehyun, membiarkan pria itu membawanya ke dalam kamar.

Siang itu tak cukup panas, namun kegiatan yang mereka lakukan membuat suhu ruangan semakin naik. Tapi sayang, mereka belum sempat melakukannya karena panggilan yang masuk lewat telepon rumah.

"Sialan." Jaehyun terus meracau.

Kim Doyoung. Akan dia ingat nama itu.

-

To be continued...

Poor little Jae :3

Terima kasih sudah membaca.
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang