RF.34

19.5K 3.1K 232
                                    

©dotorijen
-

Enam bulan berlalu secepat kedipan mata. Taeyong membenahi kehidupannya bersama Jaehyun lambat laun sampai segalanya kembali normal. Ia lebih membiasakan diri sebagai seorang istri dari pria yang berprofesi sebagai dokter tersebut, memerhatikan si jabang bayi yang kini telah memasuki bulan ke delapan.

Banyak perubahan dalam waktu sesingkat itu, dari sisi manapun. Dari dirinya atau lingkungan sekitar. Segalanya menjadi lebih baik.

Rumah yang mereka tempati juga telah direnovasi, ada penambahan ruang sebagai kamar dan ruang keluarga. Dengan jumlah ruang dan ukuran rumah yang dulu, mereka tidak bisa leluasa terlebih jika si kecil telah lahir. Tidak ada niat untuk pindah meskipun rumah ini tak semegah impiannya, karena di sinilah hidup mereka dapat diterima dan dihargai.

Taeyong nyaman tinggal di tempat ini, ia ingin menghabiskan waktu bersama orang yang dia cinta. Bukan tentang rumah megah atau segala kemewahan yang dulu pernah ia impikan, asalkan segalanya cukup, sisa hidupnya hanya ingin bahagia bersama Jaehyun dan anak-anak mereka kelak.

Sore ini sembari menunggu Jaehyun pulang, Taeyong membuat jus semangka dan memotong sisa dagingnya untuk simpanan di dalam kulkas. Musim panas keduanya di desa, butuh lebih banyak buah segar di rumah mereka. Dan entah sejak kapan ia jadi terbiasa memakan buah semangka.

"Kesukaanmu menurun dari ayahmu, hem?" Taeyong mengangkat gelas jusnya ketika berbicara dengan si jabang bayi. Jaehyun memang menyukai buah semangka dan persik. Tidak heran jika bayinya meminta itu hampir setiap hari.

"Lalu apa yang aku turunkan padamu?" Taeyong bertanya lagi bersama usapan lembut diperutnya.

"Apapun itu, kuharap kau tumbuh menjadi anak yang baik, sehat dan cerdas." ia menambahi.

Segelas jus tandas, sekarang Taeyong ingin kembali memeriksa hasil tulisannya yang hampir menyentuh bab akhir namun ada saja kendala yang membuat mood menulisnya tersendat.

Sebelum langkahnya sampai di dalam kamar, pintu rumah terbuka lebih dulu. Taeyong tahu betul siapa yang datang, ia lekas pergi untuk menyambut si dokter tampan. Pria itu berjalan dengan menenteng tas hitamnya, wajah lelah yang berseri-seri menyambutnya di ambang pintu.

"Hai Jae," Taeyong merentangkan tangan, ia menerima pelukan serta ciuman di bibir dan perutnya.

"Hai sayang, hai jagoan?"

Taeyong terkekeh mengusap perutnya. "Dia tidak mendengarmu kali ini- tunggu!"

Keduanya saling berpandangan dengan mulut terbuka, senyum perlahan merekah ketika tangan Taeyong merasakan gerakan kecil di perutnya sekali lagi.

"Astaga dia mendengarmu!"

Jaehyun tertawa, dengan bangga ia menyentuh dan mencium perut besar sang istri.

"Tentu, dia jagoanku."

"Dia tidak menjawabku tadi," Taeyong mengerutkan wajahnya "Hey nak, aku ibumu!"

Tawa Jaehyun meledak akan tingkahnya. Cepat-cepat ia melempar tas jinjing ke atas sofa, tangan bebasnya kini mengangkat tubuh Taeyong tanpa kesulitan. Ia berjalan ke arah kamar, membuka pintu dengan satu kakinya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Taeyong menatap wajah tampan di atasnya.

"Tidak ada."

"Mandi Jaehyun!"

"Tentu aku akan mandi, kau tunggu di sini."

"Jangan macam-macam, kau tahu dia bisa lahir kapan saja?"

"Maka aku akan merasa senang."

"Jaehyun!!"

***

Taeyong terbangun pada pukul sembilan malam, Jaehyun benar-benar tak bisa menahan diri. Ia lepas berkali-kali walau tak sampai meninggalkannya di dalam. Taeyong menikmati setiap perlakuan suaminya, ia tak merasa lelah karena Jaehyun benar-benar berlaku lembut kepadanya.

Sekarang pria itu sedang tertidur dengan tubuh telanjang memeluknya. Lengket dimana-mana, Taeyong perlu membersihkan diri sebelum tidur, selain itu ia juga harus mengisi perutnya dengan sesuatu karena melewatkan jam makan malam. Selimut disisihkan perlahan, melepas tangan Jaehyun yang melingkar di perutnya kemudian beranjak turun dari ranjang.

"Kau mau kemana?" suara serak suaminya terdengar.

Taeyong menoleh, jemarinya mulai memasangkan kancing baju satu persatu. "Aku lapar."

"Oh," Jaehyun cepat-cepat bangun, "kau ingin makan apa?" pria itu turun dari ranjang, memungut celana yang berserak di lantai lalu memakainya.

"Susu dan roti, aku tidak nafsu makan sebenarnya."

"Baiklah, tunggu sebentar."

Taeyong tersenyum menatap punggung suaminya yang menjauh, lalu mengaitkan kancing terakhir sebelum pergi ke kamar mandi.

Jaehyun kembali dengan segelas susu dan potongan roti, mereka duduk di sepasang kursi yang tersimpan di dekat jendela kamar. Gorden sengaja dibuka untuk menampilkan pemandangan lembah hitam dengan langit biru tua sebagai latarnya.

"Benar, aku lupa memberitahumu."

Taeyong menoleh menatap Jaehyun. "Ada apa?"

"Naeun datang ke klinik hari ini."

Taeyong menarik kembali potongan roti yang akan masuk ke dalam mulut. Beralih menatap suaminya dengan pandangan terkejut namun tetap bersikap tenang.

Jaehyun melanjutkan, "Dia menangis meminta maaf padaku."

Taeyong menegakkan punggungnya. "Lalu bagaimana? Apa yang dia katakan?"

"Hanya sebuah permintaan maaf dan salam perpisahan kurasa."

"Maksudmu?"

"Dia tetap bekerja di hotel dan hidup bersama kakaknya. Jungwoo sendiri sekarang rutin melakukan terapi dan sudah berjalan sekitar dua bulan. Meski kesalahannya belum bisa ia tebus, Naeun bilang dia tidak akan berani datang lagi selama kesempatan itu tidak kita berikan."

Taeyong menarik napas, sesuatu yang membebani dirinya seakan terlepas. Meski selama enam bulan terakhir ini ia telah berangsur melupakan kejadian lalu, namun tetap saja perasaan gelisah selalu ada.

"Kita manusia, kita tidak sempurna. Kita melakukan kesalahan dan memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki itu semua." ia menggenggam sebelah tangan Jaehyun, senyum manis terukir di wajahnya. "Aku telah memaafkannya di hari itu juga, aku melihat air matanya menetes untukku. Dia hanya korban, sama sepertiku."

Jaehyun mengangkat tubuhnya untuk bergerak ke depan, lalu memberi sebuah ciuman di kening sang istri.

"Suatu hari, aku yakin kita akan bertemu lagi dalam waktu dan keadaan yang lebih baik."

-

To be continued...

Terima kasih sudah membaca ❤
—Jen

(✔) Rain FoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang