©dotorijen
-Vote ya ^^
"T-tunggu!"
Taeyong dengan cepat menahan tangan Jaehyun yang merayap di pahanya, lagi pula dia tidak ingat kalau sedang memakai celana pendek di atas lutut. Sejak kapan?
Bibirnya sudah lumayan bengkak bekas dimainkan lambat-lambat dan disesap penuh oleh Jaehyun. Harusnya dia tidak meminta itu, Taeyong tak bermaksud melanjutkan ini, namun entah, ia pun tak sanggup menolak ketika si tampan memberi cumbuan yang lebih.
Napasnya kembali tertahan ketika bibir mereka saling mengunci. Masih bermain dengan alot, Jaehyun terus saja menggodanya. Ia mengulum dan melumat, mengecap keseluruhan bibir Taeyong bagai permen manis kesukaan.
"Mmmhh..." Taeyong melenguh, meremas kerah di baju Jaehyun ketika lidahnya dimainkan dan disesap kuat. Dia mabuk.
Keduanya melangkah, dalam posisi saling memeluk erat mereka melewati pintu kamar.
Sampai kaki Taeyong terantuk sisi ranjang dan menjatuhkan diri, tak sengaja melepaskan pautan mereka. Benang saliva entah milik siapa menjuntai di dagunya, pipi merah, mata sayu. Jaehyun bergerak ke bawah, memotret rupanya yang indah.
Panas, dia sendiri yang membuat Taeyong berantakan. Jaehyun tersenyum puas, ada rasa senang yang berlebihan.
"Biar aku katakan sekarang," si tampan berucap, menyapukan ibu jari ke pipi si manis, "... bahwa aku mencintaimu."
Sudut bibir Taeyong berkedut, tertarik kaku sebelum ia mampu membalas. "Maaf, aku belum bisa menjawab."
"Tak apa, sudah kubilang, aku bisa menunggu."
Jaehyun menarik pinggang Taeyong sampai pemuda itu kembali berdiri, merengkuh tengkuknya seiring menyatu kembali bibir mereka. Saling berpagut, saling berpaut menimbulkan decak halus yang mengisi sepi ruangan itu.
"Ngahh..." Taeyong menahan erangan, Jaehyun sedikit kasar sekarang, dia menggigit dan menggesek taringnya ke bibir bawah. Taeyong rasa ada lecet di sana.
Satu tangan Jaehyun mengusap punggungnya, turun ke pinggul hingga pipi pantatnya, membuat si manis melenguh tertahan ketika ia memberi remasan di sana.
Ciuman itu menuju ke rahang dan leher, Taeyong mendongkak, menatap langit-langit kamar yang menjadi buram atas perlakuan si tampan. Meski berulang kali dicium dan dilumat, pintarnya Jaehyun tak sampai meninggalkan jejak, hanya ada merah muda karena tak sengaja dia sesap.
Jemari Jaehyun menyentuh kulit pucatnya, masuk ke dalam baju dan menyusuri tiap jengkalnya. Taeyong pasrah saja ketika bagian sensitifnya dimainkan. Namun ketika sadar mereka telah bermain jauh, melewati batas dan menggebu, Taeyong lekas mendorong Jaehyun.
Mereka menyudahi semuanya.
Saling memberi jarak normal untuk bersitatap, Jaehyun menjauh namun masih menempatkan lengannya di bahu Taeyong yang bergerak naik turun.
"Maaf, aku belum bisa." si manis menunduk, berucap lirih.
Jaehyun mengerjap, menyadari situasinya. "Oh, maafkan aku."
"Tak apa, salahku juga."
-
Ketika malam menjelang, sepenuhnya memoles langit dengan hitam, Taeyong dan Jaehyun hanya menghabiskan waktu dengan menonton acara televisi bersama dua toples kue kering dan obrolan singkat yang ditanya dan dijawab cuma-cuma.
Sampai jarum pendek berhenti di angka sembilan, Taeyong bangkit dan pamit untuk pergi ke kamar lebih dulu.
"Selamat malam." Jaehyun membalas. Ia memerhatikan bagaimana pintu kamar tertutup, kemudian berguling di atas kursi sambil meracau.
Gila dia rasanya, sang rubah hanya sangup meratap tanpa berucap. Walau taringnya tajam, namun hatinya masih tumpul akan rasa.
Payah! Jaehyun mengerang.
***
"JUNG JAEHYUUUUN!"
Tanpa menunggu kesadarannya pulih, Jaehyun tersentak bangun, cepat-cepat turun dari kasur dengan hampir membawa selimut yang melilit di kakinya. Dari arah kamar mandi terdengar teriakan dari orang yang dia suka.
"Kenapa? Ada apa??" cerca Jaehyun begitu sampai, matanya melotot memindai keadaan.
Yang dia lihat hanya ceceran tisu dan Taeyong yang sedang berdiri tegap, berkacak pinggang dengan lengan baju di gulung sebatas siku. Dari raut wajahnya, suasana hati si manis tidak bisa dikatakan dalam kondisi yang baik, tanda Jaehyun harus hati-hati dalam tutur kata dan sikapnya saat ini.
"A-ada apa?" Jaehyun mencicit.
Pemuda manis itu menoleh, menusuk matanya dengan tatapan bengis, si rubah berjengit. Katakan dia terlalu lemah untuk menghadapi manusia normal yang seukuran dengan anak angkatnya dulu.
"Apa yang kau lakukan dengan handukku?"
Mata Jaehyun bergulir ke sisi lain, mengikuti arah telunjuk Taeyong yang mengacung. Oh, Oh! Jaehyun baru ingat. Wajah pria itu pucat, tak tahu harus menjawab apa, meski Taeyong sudah pasti paham namun ia sukar untuk menjelaskan.
Terlalu malu, terlalu menjijikkan.
Jaehyun membatin, memaki berulang kali atas tindakannya semalam.
Jangan melakukan itu setelah alkohol, moron!
-
To be continued...
Apa yang dilakukan Jaehyun?
Mnya nanti saja.
Terima kasih sudah membaca.
—Jen
KAMU SEDANG MEMBACA
(✔) Rain Fox
Fanfiction[ SELESAI ] Bagaimana rasanya tinggal dan menikah bersama manusia rubah? Lee Taeyong membeli sebuah rumah di pedesaan. Namun tak disangka, ternyata rumah itu masih berpenghuni dan sosok yang tinggal di sana adalah manusia rubah berekor sembilan. - ⚠...